TJCPP 15

1029 Words
Bruk! Satu hantaman saja mampu membuat Bandit itu pusing. Segera elf laki-laki itu ditarik ke belakang oleh elf lainnya. Saat itu pula Alvaerelle membuka matanya perlahan, melihat ke depan. Bertemu langsung dengan makhluk lain yang menyelamatkannya. Rambut biru dengan mata yang sama birunya. Rahang tegas dan terlihat lebih keren. Namun, Alvaerelle tidak tahu apakah laki-laki elf dengan rambut biru itu akan menyelamatkannya. "Kalian para bandit selalu saja tidak tahu caranya bersikap sopan terhadap wanita. Juga tidak ada kapoknya," ucap laki-laki tersebut sambil menahan dengan erat si Bandit tersebut. "Sial, lepaskan! Kalian para bangsawan tidak pernah mengetahui betapa tersiksanya kami!" ucap si Bandit. Laki-laki berambut biru itu pun segera menggeleng. Tidak lupa menahan banditnya lebih erat. "Aku rasa kami sudah mendapatkan bagian yang pas melalui pekerjaan kalian, tetapi kamu tetap merasa tidak puas dan mencoba mendapatkan banyak uang dengan cara yang tidak benar." "Hei-hei tidak begitu!" ujar si Bandit tetapi laki-laki berambut biru itu justru mengembuskan napasnya. Beberapa detik kemudian, dia lalu melepaskan penjahat yang sudah menyerangnya. "Sekali lagi kamu bertindak salah, aku akan pastikan kamu berada di penjara dan mendapat hukuman setimpal," ucap laki-laki berambut biru tersebut. Nampaknya Bandit yang menyerangnya tidak sanggup membalas dan segera pergi begitu saja. Alvaerelle merasa jantungnya masih berdebar-debar. Dia tidak yakin kalau laki-laki di hadapannya juga akan menolongnya. Dia terlalu meragukan para elf di sini. Selain pada Leia, dia belum memercayai elf lainnya. Entahlah, dia merasa makhluk-makhluk sejenis lebih angkuh dan sombong. Sering membuat orang di bawahnya makin direndahkan. Leia satu-satunya elf yang tidak bermuka dua. Meski sempat menimba ilmu lebih baik ketimbang orang lain, dia satu-satunya yang dapat mengatakan dengan baik apa yang memang harus diucapkan. Alvaerelle ketakutan dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Baju yang dikenakannya terlalu berat. Bahkan dia tidak yakin kalau dia dapat berlari dengan pakaian ini. Satu-satunya yang dapat dia lakukan sekarang hanyalah bersikap tenang dan berusaha agar semuanya terlihat baik-baik saja. "Nona, apa Anda baik-baik saja?" ucap laki-laki tersebut. Alvaerelle menatap tajam ke arah elf berambut biru. Mencurigakan. Pokoknya mencurigakan. Alvaerelle tidak boleh salah bicara. Rasanya jika dia bicara asal, yang akan menjadi masalah adalah kepalanya dipenggal. Dia perlu mencari cara untuk kembali ke dunianya, menjalani kehidupan seorang mahasiswa baru—seharusnya jika dia tidak terlempar ke dunia ini. "Tenanglah, aku bukan penjahat. Pelayanmu kebetulan menghampiriku dan rombongan yang baru saja akan kembali ke Irendelle. Dia bilang kalau Nona dalam bahaya. Ah, apa jangan-jangan Nona sudah terluka?" ucap laki-laki berambut biru itu dengan cerewet. Alvaerelle enggan percaya. Bisa saja orang di hadapannya adalah bandit yang lebih buruk. Ngomong-ngomong, apa benar Leia selamat? Dia ingin melihat gadis itu. Namun, kakinya sangat sakit untuk digerakkan. Oh ayolah, jangan bilang jika sekarang kakinya terkilir. Kenapa pula harus terluka di saat-saat yang tidak tepat. Laki-laki berambut biru yang melihat Alvaerelle tengah menahan sakit pun segera mendekat. Dia lalu membuka sedikit gaun Alvaerelle hingga menampakkan pergelanga kaki gadis tersebut. Salah satunya membiru. Dia jelas tahu apa yang terjadi dan itu harus segera diobati. "Nona, Anda terkilir. Aku minta maaf jika tidak sopan, tetapi aku akan membawamu ke tempat yang aman. Pelayanmu juga ada di sana," ucap laki-laki berambut biru sambil tersenyum. "Apa kamu memang berhati baik? Dari mana ucapanmu dapat kupegang sepenuhnya," tantang Alvaerelle. Telinga panjang dari elf berambut biru itu tengah naik turun. Senyum manis darinya dapat membuat gadis-gadis lain langsung jatuh cinta, tidak untuknya Alvaerelle. Meski gadis itu sadar kalau hatinya berdebar-debar. Entah karena ketakutan atau pula karena jatuh hati. Sayangnya anggapan kedua tidak mungkin terjadi. Dia bahkan tidak mengerti sama sekali dengan sosok yang ada di hadapannya. Dibanding jatuh cinta, Alvaerelle justru sangat ingin melarikan diri dari tempat ini. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus. Laki-laki itu pun segera membopong tubuh Alvaerelle. Sukses, gadis itu pun merona malu. Dirinya bagaimana seorang putri yang sedang dibawa oleh seseorang pangeran berkuda putih. Namun, elf yang tengah membopongnya ini bukanlah tunangannya. Entahlah dia hanya sangat yakin jika orang ini bukan Myrin yang memaksa keluarga Zinsastra untuk menyerahkannya. Alvaerelle ditempatkan di atas kuda, dengan menyandar pada elf itu. Posisi tidak aman. Dia dapat mendengarkan detak jantung dari laki-laki tersebut. Ah, menyebalkan. Semasa hidupnya, dia tidak pernah jatuh cinta. Bahkan orang-orang menyebut kalau dirinya terlalu kolot dalam percintaan. Jadi dia sendiri tidak mampu mendefinisikan perasaan di dalam hatinya. Hanya saja dia ha menduga jika ini hanyalah kekesalan semata. “Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diriku kepadamu,” ucap laki-laki itu sambil melajukan kudanya. Alvaerelle enggan menjawab, dia sibuk menatap ke depan sana. “Aqirelle Ayred, aku yakin kamu pernah mendengarkan nama itu. Sebenarnya aku cukup kaget karena melihat kereta kerajaan bisa berantakan seperti itu. Ya, ini bukan yang pertama kalinya,” jelas Ayred pelan. Alvaerelle mengembuskan napasnya. Dia masih mengingat jelas kejadiaan itu. Tiba-tiba keretanya berhenti dan semua yang ada di sekitarnya sudah tidak bernyawa. Hanya ada Alvaerelle dan Leia saja. Andai pelayannya tidak pergi dan bertemu dengan Ayred, dia tidak tahu bagaimana nasibnya selanjutnya. “Apakah kamu tamu kerajaan?” tanya Ayred tiba-tiba. Tidak. Sebenarnya Ayred tengah mengajaknya berbicara, mengusir kecanggungan di antara mereka. Namun, Alvaerelle tidak menanggapi sama sekali. Selain dia bingung harus berkata apa, dia juga masih trauma. Lalu sekarang dia ditanya dengan pertanyaan paling dia hindari. Ya, semua yang berhubungan dengan Kerajaan Irendelle berusaha dia hindari. “Aku bukanlah tamu kerajaan. Bahkan aku berharap untuk terlibat dengannya,” ucap Alvaerelle pelan. “Ah, aku kira itu kabar angin saja. Namun sepertinya memang benar ya? Kamu adalah anak dari Keluarga Zinsastra yang akan menggantikan pertunangan Pangeran Myrin dan Soliana,” lanjut Ayred dengan santainya. Alvaerelle merasa ada sesuatu yang dengan mencengkeram hatinya dengan erat. Dia tidak ingin tahu, tetapi perasaannya begitu menyiksa. Dia ingin menghindar, tetapi kenapa laki-laki itu justru menariknya ke dalam pembahasan yang tidak ingin di dengar. Alvaerelle lalu mengingat nama lengkap Ayred. Elaqirelle, dia yakin sebelumnya Leia sempat menceritakan sesuatu tentang tiga keluarga yang kuat dalam menggunakan sihir. Sebelum pikirannya lebih jauh lagi, Alvaerelle dapat melihat Leia berada di sana dan tengah berlari mendekat. Wajah gadis itu sangat cemas. Lalu Ayred membuat kuda yang ditumpangi pun berjalan pelan, sehingga Leia bisa menyamakan langkah dengannya. “Nona Alvaerelle, apa Nona baik-baik saja?” - - - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD