Ela, aku menceraikanmu dan kamu bukan istriku lagi!

1452 Words
Ella melirik kearah suaminya. Suaminya masih begitu lelap saat ini di sampingnya. Ella tersenyum senang, walau agak kasar permainan suaminya tadi malam, Ella... entah kenapa Ella malah sangat menyukainya, dan rasanya luar biasa nikmat. Pelan-pelan sekali, Ella merangkak mendekat pada suaminya yang terbaring di ujung ranjang hampir jatuh saat ini. Ingin melabuhkan satu ciuman lembut di kening suaminya. Tapi, baru saja Ella mendekatkan wajahnya dengan wajah suaminya. Kening Ella terlihat berlipat bingung. Kedua hidungnya terlihat menghirup rakus aroma yang menguar di wajah suaminya. Sedetik, dua detik, dan tiga detik, sial! Bau sisa alkohol. Jadi... jadi suaminya mabuk tadi malam? Bodoh, kenapa ia baru mengetahuinya pagi ini ah subuh ini. Melihat keadaan di luar masih gelap. Ella menjauhkan dirinya dari tubuh setengah telanjang suaminya. Suaminya menggigil tadi malam. Membuat Ella dengan susah payah memakaikan celana suaminya dengan susah payah dalam keadaan berbaring tadi subuh. Hahaha pantas suaminya menggigil, dan permainannya agak kasar. Alasannya suaminya sedang mabuk tadi malam. Sial! Apa yang ia rasakan benar, suaminya... pasti ada masalah, dan sesuatu yang di sembunyikan dari dirinya saat ini. Selama hampir tujuh tahun hidup bersama. Ini kali ketiga Serkan mabuk. Dua kali yang lalu, karena masalah perusahaan suaminya yang hampir gulung tikar. Suaminya mabuk karena takut membuat dirinya melarat dulu. Tapi, apa yang membuat suaminya mabuk kali ini? Apakah perusahaan suaminya berada dalam masalah besar lagi?. "Kamu... tumben mas nggak cerita apa-apa sama aku kalaupun mas sedang menghadapi masalah besar saat ini" bisik ella pelan. "Jadi, kamu benar bicara sama rekan bisnis kamu kemarin? Maafkan aku, aku terlalu curiga sama kamu. Karena rasa cintaku yang besar pada kamu, dan anak-anak. "Bisik Ella pelan dengan tatapan bersalahnya. Setelah mengucap permintaan maaf dengan nada lirihnya, Ella segera beranjak dengan pelan-pelan dari atas ranjang. Ia... ia harus segera membersihkan dirinya. Lalu segera turun ke dapur untuk memasak kilat sarapan pagi suami, dan anaknya. Mawar masih lelap. Dua jam yang lalu Ella baru keluar dari kamar Mawar yang ada di sebelah kamar mereka sisa kamar Hanin waktu masih bayi. Ella memungut kemeja, dan jas suaminya yang berhamburan di atas lantai. Hampir saja Ella memasuki kamar mandi yang ada dalam kamar mereka. Tapi, langkah Ella terhenti di saat ia mendengar ada rengekan manja yang mengalun dalam kamar mereka saat ini. Rengekan panjang yang terdengar sangat manja. Ella dengan jantung yang entah kenapa berdegup kencang di dalam sana, membalikan tubuhnya keasal suara. Kamar dalam keadaan temaram. Di luar masih gelap. Masih jam 5 subuh. Tapi, Ella dapat melihat seperti seseorang di sana. Di ambang pintu kamarnya sana. Semakin dekat Ella dengan pintu kamar, semakin jelas Ella melihat sosok itu. Ella menutup mulutnya kuat di saat ia mengenali tubuh mungil yang terbaring di atas lantai tepat di samping pintu yang terbuka lebar saat ini. "Hanin..."Ucap Ella dengan suara tertahannya. Ella reflek menjongkok. Tadi... tadi subuh di saat ia bangun untuk menyusui anaknya Mawar bahkan terbangun hampir tiga kali melihat anaknya Mawar ia tak melihat Hanun anaknya disini. Ah, ia masuk lewat pintu penghubung, bukan pintu ini tadi. Suasana kamar juga dalam kondisi temaram. Dengan cemas, Ella mengangkat kepala anaknya Hanin. Membawa ke kedua pahanya. Menepuk lembut pipi anaknya, berhasil. Kepala Hanin terlihat bergerak, dan kedua mata dengan bulu lentik anaknya terlihat bergerak-gerak pelan, dan dalam waktu lima detik. Kedua mata anaknya sudah terbuka lebar saat ini. "Hanin..."Panggil Ella lembut. "Mama..."Pekik Hanin, dan segera mendekap tubuh mamanya erat. Bahkan anak kecil itu terlihat menangis dengan tubuh yang bergetar hebat dalam pelukan mamanya saat ini. "Hei, kamu kenapa, Sayang. Jangan nangis. Ada mama." "Jangan nangis, Sayang. Ada mama."Bisik Ella lembut. Hanin menghentikan tangisannnya walau tidak sekaligus masih sesugukkan. "Hanin... anak mama kenapa bisa tidur di lantai? Kenapa ada di kamar mama?"Tanya Ella pelan dengan raut pensaran yang tinggi. Kepala kecil Hanin terlihat menggeleng keras. "Ma... Papa pukul,Mama ya, tadi. Hanin lihat papa pukul Mama."Ucap Hanin takut-takut. Membuat kedua mata Ella membulat mendengarnya. "Nggak, Sayang. Hanin salah lihat. Papa nggak pernah pukul Mama."Ucap Ella lembut dengan kepala yang menggeleng tegas. "Tapi, Hanin lihat, Ma. Hanin lihat tadi sebelum Hanin tidur karena takut dengar mama teriak. " "Papa gigit mulut mama. Terus papa timpa tubuh mama. Tubuh papa sama mama telanjang. Setelah papa timpa tubuh mama. Mama teriak kesakitan. Hanin takut sama papa. Papa jahatin mama."Bisik Hanin pelan dengan kedua ekor mata yang melirik takut kearah serkan yang masih terlelap di atas ranjang sana. Ella terlihat menelan ludahnya kasar. Sialan, bodoh sekali dirinya. Anaknya... oh astaga... anaknya melihat dirinya, dan suaminya yang sedang bercinta tadi malam. Ella terlihat menelan ludahnya kasar. Menatap anaknya dengan tatapan dalam, dan sedikit tegas. Ia harus mengalihkan pembicaraan, dan pikiran anaknya tentang kejadian semalam saat ini. "Hanin mau ketemu mama tadi malam? Ada apa sayang?"Tanya Ella lembut. Berhasil! Kepala Hanin terlihat mengangguk cepat. "Kenapa mau ketemu mama?"Tanya Ella lagi. Hanin tak menjawab. Anak itu sedang mencari sesuatu di sekitarnya. Ella melihat dalam diam anaknya. Ponselnya. Mata Hanin berkaca-kaca melihat ponselnya yang berserakan di atas lantai. "Nggak apa-apa. Nggak rusak. Kalau rusak mama perbaiki atau beli yang baru. "Ella memungut ponsel anaknya. Hanin mengangguk pelan. "Mama..."Panggil Hanin pelan. Ella yang sedang memasang ponsel anaknya. Menatap anaknya dalam saat ini. "Ya, sayang." "Lihat, Ma."Ucap Hanin pelan. Hanin membuka mulutnya lebar. Dan menunjuk gigi bawah depannya dengan jari telunjuknya. Menekan-nekannya sedikit kuat. "Gigi hanin gerak, Ma. Hanin takut."Ucap Hanin dengan raut takut kali ini. "Tadi malam. Hanin terbangun. Haus mau minum. Pas minum. Ujung gelas kena gigi Hanin. Terus gerak ma. Gigi Hanin gerak. Kayak mau copot. Huhuhu, Hanin takut. "Ucap Hanin dengan raut wajah yang hampir menangis lagi. Ella... wanita itu menghembuskan nafasnya panjang. Anaknya ini.. Ah, sial! Anaknya sudah terkontaminasi oleh hal m***m, sangat m***m karena giginya yang goyang? Lucu sekali kamu, nak! **** "Hanin bolos saja hari ini. Kita jalan-jalan."Ucap suara itu dengan nada tegasnya, tanpa ingin dibantah sedikit'pun. Itu suara Serkan. Ella yang sedang menyuap nasi dengan fokus saat ini, mengalihkan tatapannya kearah suaminya yang rupanya sedang menatap dirinya dalam diam saat ini. Ella melirik kearah anaknya sebentar. Hanin terlihat senang, bahkan menganggukan kepalanya dalam diam karena ucapan papanya barusan berkali-kali hingga detik ini dengan senyum yang sangat lebar. "Tapi, Mas. Hanin sekolah. Kamu kerja. Ini hari kamis. Kenapa nggak sabtu atau minggu aja, Mas?"Ucap Ella lembut. Dan mendapat gelengan kuat dari Serkan. "Kita jalan-jalanya hari ini. Gimana, Hanin mau nggak?"Serkan menatap anaknya Hanin kali ini, jelas mendapat anggukan mantap dari Hanin. "Mau, Pa." "Mau banget. Heheh"Ucap Hanin masih dengan raut malu-malunya. Rasanya asing aja gitu kalau lagi sama papanya. "Hanin, Mau. Jadi kita jalan-jalan hari ini." "Dalam rangka apa, Mas?"Tanya Ella cepat. Tumben saja gitu? Kalau bukan dia yang merengek, suaminya paling anti untuk keluar rumah kalau tidak ada keperluan penting, dan sudah berada dalam ambang bosan yang tinggi. "Papa Hanin mau keluar kota dalam waktu yang cukup lama."ucap Serkan pelan. Membuat tubuh Ella menegang kaku mendengarnya. "Mas... maksudnya?"Bisik Ella pelan. "Kita bahas setelah pulang jalan-jalan nanti. Kita sarapan dulu."Ucap Serkan dengan nada tegasnya. Tanpa ingin di bantah sedikit'pun. ***** Hari ini suaminya membawa mereka keliling kota Mataram. Jalan-jalan ke mall, Pantai, bahkan mereka pergi ke gili trawangan tadi. Indah sekali, dan seru sekali. Itu yang di rasakan oleh anaknya, Hanin. Anaknya Hanin sangat bahagia. Ella? Demi Tuhan, tidak ada rasa bahagia sedikit'pun yang ia rasakan sepanjang hari mereka berkeliling kota, icip-icip kuliner, dan membeli banyak baju, dan barang lainnya. Hatinya resah, pikirannya selalu terarah pada ucapan suaminya yang mengatakan akan pergi ke luar kota dalam waktu yang lama. Apa maksud suaminya? "Mawar sudah tidur?" Ella tersentak kaget dari dudukkannya. Itu suara suaminya, suaminya berdiri menjulang di depannya saat ini dengan wajah, dan tubuh yang sudah segar, habis mandi. "Sudah, Mas. "Jawab Ella pelan. Serkan terlihat menganggukan kepalanya pelan. "Mas... maksud ucapan mas tadi apa?"Tanya Ella pelan. Serkan diam. Tapi, laki-laki itu saat ini terlihat mengulurkan sebuah map pada Ella. Ella mengernyitkan keningnya bingung, tapi tetap menerima map merah yang di sodorkan suaminya saat ini. " ini... ini apa, Mas?"Tanya Ella pelan. "Baca saja dulu."Ucap Serkan dengan nada yang sangat dingin, membuat Ella sontak menatap kearah suaminya. Ella nggak salah dengarkan barusan? Suaminya berucap dengan nada yang sangat-sangat dingin barusan. "Baca, Ella!"Desis Serkan tegas. Dengan hati yang menahan perih, dan tangis saat ini. Karena perlakuan aneh, dan kasar suaminya. Ella membuka map merah itu dengan tangan yang sedikit bergetar. Semenit, Ella membelalakan matanya kaget, dan sontak menatap kearah Serkan di saat ia berhasil membaca surat itu dari atas hingga bawah sebanyak dua kali. "Mas... ini apa maksudnya?"Tanya Ella pelan. Serkan menatap Ella dengan tatapan dalam, dan dingin laki-laki itu saat ini. Membuat hati Ella bergetar ngilu di dalam sana. Sakit sekali hatinya. "Faradella Rasyid, aku mentalakmu. Mulai detik ini kita bukan sepasang suami isteri lagi. Kamu bisa menanda tangani surat perceraian kita saat ini juga, itu lebih baik." tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD