Di sentuh saat mabuk

1799 Words
Ella melirik kearah suaminya yang terlihat menatap dalam diam kearah anaknya Hanin yang sedang makan dengan lahap saat ini. Kedua manik hitam pekat suaminya, tak beranjak sedikit'pun dari wajah anaknya Hanin yang bersemangat dalam mengunyah makanannya dengan sangat-sangat lahap saat ini. Ella yang sedang turun dari tangga untuk menuju ruang makan untuk menemani, dan menyuap anaknya makan, di kagetkan dengan kedatangan suaminya Serkan dengan berbagai macam makanan yang laki-lakinya itu tenteng tadi di tangannya. Dan Ella yang sudah makan tadi, makan lagi dengan suami, dan anaknya dengan tak gairah karena perutnya sudah kencang. Di tambah ia merasa mual, dan pusing setelah ia melihat bingkai besar yang berisi foto pernikahannya dengan suaminya jatuh begitu saja dari dinding. Padahal tidak ada angin atau, ah intinya itu terjatuh begitu saja. Itu... antara ada yang terjadi, dan hanya kebetulan, dan Ella berharap ini semua hanya kebetulan jatuhnya, dan posisinya memang sudah saatnya jatuh karena angin mungkin walau di dalam rumah kan? Lamunan singkat Ella yang memperhatikan suaminya, dan anaknya buyar di saat ada telapak kaki hangat yang mengelus kaki telanjangnya di bawah sana. Sontak membuat Ella menatap kearah suaminya. "Makan... Enak, Sayang."Bisik Serkan lembut di saat tatapan keduanya bertemu. Bahkan telapak kaki besar, dan hangat serkan di bawah sana, masih setia mengelus punggung kaki mungil , dan halus Ella. Membuat darah Ella seketika berdesir hangat. "Iya, Ma. Nyam, enak banget. Hanin baru tau kalau usus bakar itu enak. Usus ayam, ya, Pa? Mama selalu buang, ya, selama ini. Sayang. "Ucap Hanin semangat, tapi di ucap dengan tak semangat di akhir katanya. Karena sesekali Hanin ikut membantu mamanya kerja, dan turun dapur, mama selalu buang begitu saja usus-usus panjang, dan kotor itu, banyak tai, tapi rasanya enak kalau sudah di bakar. Kalau mamanya beli ayam utuh-utuh masih ada kepala, dan kaki di pasar yang becek itu. Rupanya bisikan pelan Serkan tadi di dengar oleh anak mereka Hanin. Membuat Ella maupun Serkan menatap kearah Hanin saat ini, dan kaki nakal Serkan di bawah sana sudah melepaskan kaki Ella. "Mama bakalan capek kalau harus masak kayak gini. Apalagi usus bakar. Beli aja, Sayang. Murah, harganya nggak seberapa."Ucap Serkan lembut. Membuat Hanin menatap malu-malu kepada papapnya saat ini. Bahkan kedua pipi kecil bulatnya terlihat memerah. Papanya panggil dirinya dengan sayang barusan. Panggilan itu terasa asing di telinga Hanin, dan Hanin malu dengarnya, tapi hati kecilnya senang. Kayak Papa Bella. Papa Bella sering manggil Bella dengan panggilan sayang. Manggil namanya aja, papanya jarang selama ini. "Iyah. Maaf, ya, Ma. Ususnya beli aja. Biar mama nggak capek. Kan Mama udah capek urus adek yang suka nangis terus."Ucap Hanin lagi dengan nada semangatnya, dengan kedua ekor matanya yang melirik malu-malu kearah papanya yang masih menatap dirinya dengan tatapan sangat dalam saat ini. Sedang Ella? Hatinya yang risau sedari tadi, merasa hangat melihat raut semangat, senang, dan malu-malu anaknya terhadap papanya sendiri. Ella gemas. Begitupun dengan Serkan. Ya, tapi laki-laki itu menahan dirinya sebisa mungkin. Untuk menahan rasa gemasnya. Ia tidak boleh terlena. Kalau ia terlena, rasa sakit, luka, dan rindu akan semakin merecoki dirinya nanti. "Mawar sangat rewel ya, tadi?"Tanya Serkan pelan dengan tatapan yang menatap penuh teliti pada wajah agak lelah Ella saat ini. Ella mengangguk, karena itu memang kenyataannya. "Iyah, padahal suhu badannya normal. Nggak ada yang aneh di tubuhnya. Mawar sehat. Tapi hari ini rewel, dan nangisnya parah. Buat aku takut Mas tadi. Tapi untung dia sudah tenang, dan tidur saat ini."Ucap Ella pelan, mengatakan semua yang ia rasakan sedari tadi dalam menenangkan anaknya susah payah sebelum anaknya Hanin pulang sekolah. Sebelum jatuh tertidur lelap hingga saat ini yang sedang di jaga oleh bibi di atas sana. "Aku sepertinya nggak kembali ke kantor lagi. Kamu sangat kelelahan. Maafkan aku. "Ucap Serkan pelan. Ella mematap suaminya dengan tatapan antara senang, dan bimbang. Haruskah ia menahan suaminya atau menyuruhnya agar kembali bekerja saat ini. "Tapi kamu lagi kerja mas."Mulut Ella mengkhianati hatinya yang ingin suaminya tinggal di dalam sana. "Udah nggak apa-apa. Hari ini nggak terlalu banyak pekerjaan di kantor. Aku mau nemanin kamu jaga anak kita yang rewel hari ini."Ucap Serkan lembut dengan senyum hangat, dan manis yang terbit begitu indah di kedua bibir sedikit tebal kecoklatan laki-laki itu. "Tapi, Mas. Aku senang. Tapi, benar nggak apa-apa?"Tanya Ella lagi lembut untuk memastikan. Ella juga tidak mau egois. Suaminya bekerja untuk mereka kan? "Aku bosnya, yang punya kantor juga. Terserah aku, sayang. Mau masuk atau ngga---" Kring! Ucapan Serkan di potong telak oleh suara ponsel laki-laki itu yang berbunyi dengan nyaring saat ini. Membuat Serkan, dan Ella, dan Hanin sontak menatap keasal suara. "Siapa tau penting."Ucap Ella pelan. Dengan malas akhirnya Serkan melirik kearah ponselnya yang ada di atas meja. s**t! Membaca nama sang penelpon membuat tubuh Serkan menegang sangat kakut, dan wajahnya keras detik ini. Dan mau tak mau, laki-laki itu terlihat bangkit dari dudukkannya dengan wajah yang semakin datar, dan keras. Sharon, ya, Sharon la yang menelponnya barusan. "Kolega penting, bentar ya, Sayang."Ucap Serkan dengan wajah tegangnya. Berkali-kali ia bohong. Memang sialan dirinya. Serkan merutuk dirinya dalam hati. Ella mengangguk pahit. Tumben suaminya mengangkat telepon harus menyingkir dari mereka? Sebelumnya nggak pernah walau sepenting, dan sebesar apapun orang-orang yang ingin bekerja sama dengan suaminya. Suaminya akan tetap mengangkat panggilan itu di depannya! Singkat, Serkan sudah kembali ke meja makan. Tapi, laki-laki itu tak duduk. Masih berdiri menatap dengan tatpan bersalah kearah ella, dan Hanin. "Maaf. Ada hal penting yang harus Mas kerjakan. Mas harus segera ke kantor. Mas, dan Papa pamit."Ucap Serkan terburu, dan tanpa menoleh lagi. Laki-laki itu melangkah lebar, meninggalkan Ella yang terlihat sedang tertawa getir saat ini di tempat duduknya. Sudah 7 tahun lamanya Ella tinggal dengan suaminya, dan Ella merasa, sangat merasa ada hal yang sedang di sembunyikan oleh suaminya saat ini. Serkan? Bahkan berlari terburu saat ini untuk segera masuk ke dalam mobilnya, dan melajukannya dengan kecepatan penuh. Sharon... wanita itu terjatuh di toilet, dan ada orang penting yang harus Serkan temui saat ini juga kalau bisa. Benar-benar sialan! SEMBILAN BELAS Ella mematut dirinya di cermin besar yang ada dalam kamarnya. Kedua bibir tipisnya yang berlapis lipstik merah menyala terlihat tersenyum puas melihat penampilannya yang begitu cantik, dan menggairahkan saat ini. Gaun tidur tipis transparan berwarna merah menyala tanpa lengan sepanjang setengah pahanya. Membungkus tubuhnya yang berisi beberapa minggu yang lalu kini sudah kembali ramping walau perutnya masih agak buncit, dan kedua payudaranya masih sangat membengkak hingga saat ini. Tapi, suaminya biasanya akan semakin bersemangat melakukan hal itu setelah ia selesai melahirkan. Karena tubuhnya berisi montok, dan enak di remas di setiap bagian tertentu yang menjadi tempat favorit suaminya. Sudah lima puluh lima hari berlalu. Masa nifasnya bahkan sudah selesai sejak seminggu yang lalu. Tapi karena masih ada bercak darah yang keluar sedikit-sedikit di setiap harinya membuat Ella enggan untuk melakukan hubungan suami isteri. Dan hari ini masa nifasnya sudah benar-benar selesai, dan bersih dari darah. Ella... Ella ingin dirinya bersih sebersih mungkin agar tak ada penyakit kelamin yang ia, dan suaminya alami, dan juga agar miliknya tidak sakit pas melakukan hubungan suami isteri pasca melahirkan. Tapi, saat ini Ella terlihat membalikkan tubuhnya tak semangat, menatap dengan tatapan menunggu, berharap semua membaur menjadi satu di kedua pancaran sinar matanya saat ini kearah pintunya yang tertutup rapat di sana. Berharap suaminya sudah pulang, dan detik ini di balik pintu berwarna cokelat itu sedang meraih gagang pintu untuk membuka, masuk ke dalam, menatap dirinya dengan tatapa terkejut, bahagia, dan segera menerjang dirinya. Tapi... Sampai sekarang, Ella melirik kearah jam besar yang menggantung di atas dinding kamarnya yang masih terang, menunjukkan pukul 9 lewat 30 malam. Suaminya belum pulang. Serkan suaminya mengabarinya kalau ia akan sedikit lembur hari ini. Sore tadi. Biasanya suaminya kalau lembur selama ini. Pulangnya paling lambat jam 8 malam tepat. Tapi sudah lewat satu jam lebih bayang suaminya tidak ada sedikit'pun hingga detik ini di rumah. Pergi kemana suaminya? Ataukah suaminya masih banyak pekerjaan di kantor? Ingin menghubungi, dan bertanya, nomor suaminya demi Tuhan malah tidak aktif. Ella menghembuskan nafasnya panjang dengan lelah. Melangkah tak semangat menuju ranjang. Anaknya Hanin, dan Mawar sudah tidur. Bahkan demi untuk mempersiapkan dirinya, keperluan, dan aktifitas anaknya Hanin sebelum tidur di lakukan dengan bibi. Karena Ella ingin memberikan yang terbaik untuk suaminya malam ini karena sudah menahan dirinya dalam waktu yang lumayan lama untuk tak melakukan hal itu di luar. "Hahahah, benar'kah Mas Serkan benar-benar bersih, dan setia?"Bisikan itu keluar begitu saja dari mulut Ella. Ella saja merasa bingung, kata di atas meluncur begitu saja dari mulutnya. "Dan aku berharap, suamiku setia. Tolong kunci hati suamiku, Tuhan. Agar hanya nama aku yang terperangkap di dalam hati suamiku, selamanya."Bisik Ella penuh harap. Lalu wanita itu dengan pelan sekali membaringkan dirinya di atas ranjang. Sial! Kantuk begitu cepat melanda dirinya. Dan dalam waktu tidak sampai dua menit, Ella sudah benar-benar terlelap dari tidurnya terbang ke alam mimpi. Tak sanggup menunggu suaminya pulang, sepanjang hari ini, Ella lumayan lelah mengurusi anaknya Mawar yang rewel. ***** Ella mengernyitkan keningnya dalam tidurnya di saat ada benda kenyal, basah sekaligus hangat sedang mempermainkan, sial! Sedang mempermainkan dadanya di bawah sana dengan semangat tinggi, dan menggebu-gebu. Karena demi Tuhan, dengan kedua mata yang masih tertutup rapat, emggan untuk terbuka, Ella merasa sakit di atas kedua puncak payudaranya. Seseorang itu, jelas suaminya menghisapnya dengan semangat, dan menggebu-gebu. Seakan p****g Ella ingin copot dari tempatnya kalau saja Ella detik ini tak menjambak rambut agak panjang suaminya agar melepas sejenak putingnya, dan mulut suaminya sudah terlepas dari p****g sebelah kanannya. Membuat Ella menghembuskan nafasnya lega dengan kedua mata yang masih terpejam erat, dan malas untuk terbuka, rasa skit sekaligus nikmat perlahan-lahan menghilang di sana. Tapi, desiran hangat, dan menyenangkan yang sedang menuju titik utamanya di bawah sana, masih di rasakan Ella hingga detik ini. "Buka matamu, Sayang."Bisik Serkan serak. Ella menurut, membuka matanya perlahan. Dan sial! Silau sekali, sebelum tiduran di ranjang karena menunggu suaminya tadi, Ella lupa mematikan lampu, dan kedua matanya terasa sangat silau saat ini. "Mass Serkan....."Ella mendesahkan nama suaminya parau di saat alat intimnya di bawah sana di remas lembut oleh telapak tangan besar, dan hangat suaminya. Membuat Ella merasa panas dingin, dan merasa basah, bahkan sangat basah di miliknya di bawah sana, di saat belaian yang ia dapat perlahan tapi pasti perlahan berubah menjadi sebuah remasan gemas. "Kamu sudah basah. Kamu cantik, dan seksi malam ini. Ah, sial. Kepalaku sakit, tapi aku nggak mau menghentikan aktifitas menyenangkan ini."Bisik Serkan di antara gairah yang sedang menggebu-gebu dengan rasa pening, dan sakit luar biasa yang menerjang kepalanya saat ini. "MASS!!" BRUK Di saat Ella memekik kaget, merasa sakit sekaligus keenakan karena dimasuki oleh Serkan tanpa aba-aba dengan tergesa, dan agak kasar. Ada suara lain yang terdengar di dalam kamar itu. Suara benda jatuh di ambang pintu sana, tapi sayang, ella maupun serkan tak mendengarnya sedikit'pun. Karena kedua anak manusia itu sedang di hantam oleh gelombang gairah, dan nafsu yang sangat besar. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD