Pukul 8 malam, Erwan membawa Vania ke luar untuk makan malam. Mereka makan ayam bakar di sebuah warung makan tenda pinggir jalan. Nia tampak sangat menikmati apa yang ia makan. Saking asyik memperhatikan Vania, Erwan bahkan belum menyantap makanannya sendiri. "Enak Sayang?" "Heum," Nia mengangguk dengan mulut penuh makanan, Erwan tersenyum, lalu mengusap pipi Vania dengan penuh rasa sayang. Siapapun yang melihat cara Erwan menatap, dan bersikap pada Vania pasti akan bisa menilai. Betapa besar rasa sayang Erwan pada Vania. "Harusnya tadi rambut Nia diikat, jadi rambutnya tidak menjuntai begini," Erwan menyelipkan rambut Vania yang menjuntai ke belakang telinga Vania. "Rambutnya tadikan belum kering benar Bang," sahut Vania. "Sebentar ya," Erwan berdiri, ia meninggalkan Vania, lalu kem