When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tia menangis dalam pelukan Lambok. Tia tidak mengerti apa yang terjadi dengan Putera bungsunya. Ustadz Joey sudah memeriksa Tristan, tidak ada hal yang diluar nalar. Ustadz Joey menyarankan Tristan dibawa ke psikiater. Tia, Lambok, Lita dan Leo, Atala dan Vita juga Diandra terkejut. Tidak menyangka kalau Tristan yang terlihat baik-baik saja, ternyata memendam sesuatu yang tidak bisa Dia simpan sendiri. Tristan sangat rapuh dan sensitif perasaannya. Akhirnya Mereka membawa Tristan ke Psikiater. Awalnya Tristan menolak. Dia terus memanggil nama Rara. "Aku mau Rara..." Beberapa kali Lita mencoba menghubungi Rara, namun ponsel Rara berada di luar jangkauan. "Bagaimana Nak? Apa Rara sudah bisa dihubungi?" Tanya Lambok. Lita menggeleng. "Ponselnya gak aktif, Pa..." Kata Lita. "Ya Allah...