Bab 1. Perkenalan
Mereka terus memagut, tak peduli suara ketukan pintu dan panggilan dari balik pintu yang berulang kali.
Hanya terdengar ecapan dan desahan mana kala tangan sang pria yang bergrilya menyentuh gunung kembar sang wanita yang terbuka kancing piyama nya.
Suara Adzan subuh sedang berkumandang. Memanggil Umat Nabi SAW untuk segera menghadap Sang Maha Pencipta.
Dor... dor... dor... Ketukan berubah jadi gedoran dan suara-suara nyaring yang sangat riuh dari suara-suara pemilik tubuh mungil.
"Kak Cacaaaaa....!!"
Ceklek
Braakkk
"Aaaacchhhh!!!! Aduuuuhhhh....!"
"Hahahahahaha....!"
"Kak Caca jatuuuhhh...!" Suara-suara itu terdengar memekakan telinga.
Untung bantal guling yang dipeluk Caca terpegang erat dan melindungi kepala nya yang akan terantuk lantai.
"Aaadduuuuhhh... Kalian ini... Bisa gak kalo masuk kamar Kak Caca itu ketuk pintu dulu... Aduuhh..." Caca memegang pinggangnya yang terasa sakit dan terasa basah saat dia meraba ke bawah pinggang nya.
"Kita sudah ketuk pintu dari tadi Kak Caca tersayang... Mommy juga sudah bangunkan Kakak dari tadi... Udah adzan subuh Kak..." Itu suara si cepreng Lulu (Luciana Aisyah).
"Ya sudah... Kalian shalat sana, bilang sama Mommy, Kakak gak shalat, lagi sakit... Nih..." Caca memperlihatkan telapak tangannya yang terkena rembesan darah datang bulannya yang seperti nya baru saja datang.
"Aaacchhhh... Kak Caca kenapa berdarah??" Ini suara si pendiam Lili (Lincoln Ibrahim), kembarannya Lulu.
"Mamaaaa..... Kak Caca Sakit..." Sambil berlari. Dan itu suara si lembut Lala (Latifah Annisa), Adik si kembar.
"Kemana Elo (Alexio Yusuf) si bungsu?" Batin Caca. Dia mendongak ke atas tempat tidur, ternyata adik bungsu nya itu tengah berjingkrak di atas tempat tidur Caca.
"Deeeekkk... Nanti Kamu jatuh... Sudah sana shalat subuh." Pinta Caca.
Ketiga adik nya itu langsung menyusul Lala.
Caca menghela nafas. Dia segera bangkit dan mendapati selimut nya yang sudah berlumuran darah.
"Heeehhh... Mimpi apa yah Aku tadi?" Kok mimpi kayak gitu banget... Hiiiihhhh..." Caca mengedikkan bahu nya. Caca bergegas ke kamar mandi dan merendam selimut serta bajunya yang ternoda darah.
Namaku Syasa Kirana. Usiaku hampir 17 tahun, dan sebentar lagi Aku lulus SMA.
Aku adalah anak kesayangan Ibu Lita... Ah tidak, Mommy kesayanganku. Sejak Mommy menikah dengan Ayah Daddy, hehehehe... Maksudku Daddy Leo, Aku merubah panggilan Ibu jadi Mommy. Ya Mommy ku yang cantik, Dokter Lita. Walau Aku bukan Puteri kandung dari Mommy dan Daddy, tapi Mereka selalu mengutamakan Aku daripada Adik-adik bocil ku. Ah Aku lupa, Lulu dan Lili bukan bocil lagi, hehehhe... Mereka sudah sekolah kelas 5 SD.
Aku anak angkat, Mommy dan Daddy?? No... no... no... and no... Cerita nya panjang, nanti Aku ceritakan sedikit demi sedikit yah.. hehehehe....
Kata Uncle Tristan, Aku itu anak Alm. Dokter Krisna. Waktu itu Mommy Lita terdampar di pantai karena kecelakaan pesawat akibat angin p****g beliung saat Mommy diculik oleh mantan pacar Daddy. Sstttt... Kata Mommy jangan bilang-bilang sama daddy soal penculikan ini, kasihan Aunty Bella yang sudah insaf. Saat itu usia ku baru 3 tahun lebih.
Saat itu Mommy terluka parah dan lupa ingatan, juga sempat lumpuh karena terlalu banyak obat-obatan yang terkonsumsi saat Mommy ngedrop kesehatannya.
Saat Mommy sudah mengingat semua nya, Ayah ku hendak mengantar Mommy kepada tunangan Mommy, Dokter Leo. Tapi Mommy menolak karena Mommy divonis susah mendapat keturunan. Dan satu hal lagi, Mommy terlanjur jatuh cinta padaku, hehehehe... Love You too Mom.
Akhirnya Mommy menikah dengan Ayah dengan Wali Uncle Tristan karena Mommy merahasiakan keberadaannya pada keluarga Mommy.
Saat pernikahan, Kakek dari Ibu kandungku datang dan terjadi baku hantam. Ayah tertembak dan peluru nya merusak organ inti Ayah. Ssstttt.... Kata Author jangan bilang-bilang kalau Mommy menikah dengan Dokter Leo masih perawan. Segitu dulu ya.
__________________
"Pagi Mom... Hai Adik-adik Kak Caca tersayang...." Sapa Caca. Mereka sedang duduk di meja makan, waktu nya sarapan.
"Pagi, Sayang... Kenapa pinggang mu?" Tanya Lita.
"Kak Caca jatuh dari tempat tidur, Mom." Si ceriwis Lulu.
"Again?" Tanya Lita.
Caca hanya mengangguk.
"Ya sudah, nanti minta tolong Mang Jaja melepas tempat tidur mu, gak apa kan, tidur di kasur saja?" Tanya Lita.
"Its ok, Mom. Itu mungkin lebih baik." Kata Caca.
"Daddy belum pulang, Mom?" Tanya Caca.
"Daddy Mu sudah pulang, habis shalat subuh langsung tidur lagi." Kata Lita.
Daddy ku, Leo Adi Putera, Putera kedua dari Grandpa Alexander dan Grandma Lisa. Ah Aku lupa lagi, Mereka tidak mau dipanggil itu, Kami harus memanggil Mereka, Eyang Akung dan Eyang Uti. Walau Eyang Akung Ku asli orang Jerman, tapi Eyang Uti ku asli orang Jogja. Jadi Grandpa maunya dipanggil Eyang Akung. Sekarang Mereka sedang berlibur ke Belanda ke tempat tinggal Kakak nya Daddy, Aunty Alexandra.
"Parah Mom, pasien daddy?" Tanya Caca.
Lita menghela nafas. "Kanker otak stadium akhir. Tapi hidup mati seseorang, Allah yang menentukan, para Dokter hanya bisa berusaha dan berdoa."
"Ya Allah... Caca suka ngeri deh Mom, kalau dengar penyakit pasien Daddy." Kata Caca.
Mommy Ku juga seorang Dokter specialis Saraf dan Cancer. Tapi Mommy fokus di rumah dan Klinik di depan rumah. Mommy lebih fokus meracik obat-obatan herbal. Mommy adalah Mahasiswa Daddy saat mengambil specialis saraf di Universitas Negeri di Jerman. Mommy Mahasiswa Indonesia yang mendapat Beasiswa dan lulusan terbaik saat angkatannya. Padahal tanpa beasiswa, Orangtua Mommy sangat mampu membiayai Kuliah Putera Puteri Mereka.
Oh ya, Oma dan Opa ku dari Mommy, oh tidak, Mereka tidak mau dipanggil Oma dan Opa, tapi Pak Uwo Lambok dan Mak Uwo Tia, karena Mak Uwo yang masih berdarah Minang. Dan Pak Uwo sangat senang bisa mengikuti tradisi Minang. Sekarang Mereka sedang stay di Sumatera kangen dengan Adik Bungsu Mak Uwo, Uwo Nindi yang juga seorang Dokter specialis kanker. Ah Caca jadi kangen Mereka.
"Jadi apa rencana Caca setelah lulus SMA?" Tanya Lita ditengah-tengah sarapan Mereka. Pagi ini hari sabtu, Mereka tak ada aktifitas sekolah.
"Caca masih bingung Mom. Kalau bakat, seperti nya bakat Ayah, Mommy dan Daddy turun ke Caca, tapi Caca takut Mom, Caca gak akan sanggup kalau tiba-tiba menangani pasien seperti Daddy dan Mommy terus meninggal dunia, Caca takut Mom..." Kata Caca.
Lita tersenyum. " Mommy dulu juga begitu, pasien pertama Mommy malah tidak tertolong nyawa nya. Saat itu Mommy sedang riset di Sumatera." Lita mengingat bagaimana dulu mendapat pasien dari Auntie Nindi dan ternyata pasien itu adalah Vero, mantan pacar nya yang tidak jadi menikah dengannya karena tidak ada restu dari Nenek nya Vero.
"Ah iya Mom, Caca ingat. Gara-gara pasien itu, Daddy.... hhmmm... Jangan deh, ada bocil." Caca menutup mulut nya.
"Kakak...! Aku dan Lili bukan bocil ya.." Lulu protes.
"Kakak tahu, tapi Kalian belum pantas mendengar pembicaraan Kakak dan Mommy. Kalau Kalian sudah selesai makan, tolong dibawa piring kotor nya ke dapur, Ok Sayang Lulu yang ceriwis." Canda Caca. Caca sangat menyayangi Adik-adik nya tapi juga tegas pada Mereka.
"Huh Kak Caca... Selalu gitu.. Bossy..." Lulu mengerucutkan bibir nya.
"Lulu... Sebaiknya ajak Adik-adik Kamu ke ruang tengah atau ruang bermain ya..." Pinta Lita dengan lembut.
"Ok Mom... Tapi Kami lebih baik main ke rumah Mama Vita dan Papa Atala saja, Kami sudah janji sama Tita dan Tito." Kata Lulu. "Lala dan Elo jangan ikut ya, nanti ribet. Hehehehe...."
Lita menghela nafas. Lulu memang jadi ketua geng dari para bocil. Dia sangat tidak mau diganggu Adik-adik nya kalau sudah urusan janji dengan anak-anak Mama Vita dan Papa Atala. Padahal Mama Vita tak pernah keberatan dengan kehadiran Lala dan Elo.
Oh ya, Mama Vita hanya punya anak kembar, Tita (Titania Iqlimah) dan Tito (Muhammad Tito). Mungkin Allah belum berkenan memberi Mereka keturunan lagi, cukup dua saja.
"Ya sudah, nanti ade Lala dan Ade Elo sama Kak Caca saja. Kalian kalau mau main jangan bikin Mama Vita repot ya." Pesan Caca.
"Iya Kak Caca yang cantik..." Sahut Lulu.
Lita hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan Caca dan Lulu. Selalu begitu, Lulu senang sekali menggoda Kakak nya. Mereka tak pernah cemburu pada Caca kalau Orangtua Mereka selalu mendahulukan Caca, karena Orangtua Mereka selalu mengatakan semua sama disayang tidak ada yang dibedakan.