"Jangan dekat-dekat denganku! Hush! Hush menjauhlah!" usir pria itu. Entah sudah berapa kalinya, ia mengibaskan tangan meminta Hitam agar menjauh.
Pria itu meringkuk di sudut lubang seraya memeluk lututnya. Tubuhnya tampak gemetar, tanpa henti menatap Hitam yang duduk di depannya. Ia benar-benar ketakutan.
Dasar makhluk aneh! Padahal aku lucu begini? Bagaimana bisa dia takut padaku? batin Hitam kesal. Hitam tak pernah merasa bahwa dirinya menyeramkan. Ia merasa dirinya begitu imut dan menggemaskan.
Karena Kamu bersikap seperti ini padaku, maka aku akan menggodamu. Lumayan, aku bisa sedikit bermain-main. Hitam tertawa dalam hati. Awas saja Kamu!
"Meong ...." Hitam sengaja membuat suara yang terdengar imut.
"Meong ...." Detik berikutnya, Hitam berjalan mendekati pria itu.
"Jangan mendekat kataku!" usir pria itu lagi. Hitam tidak menghiraukannya, ia justru sengaja berjalan mendekati pria itu.
Pria itu beringsut mundur karena ketakutan. Semakin Hitam mendekatinya, semakin gencar pula ia mundur ke belakang. Ia juga memasang sikap penuh waspada.
Hitam tak ingin menyerah, ia ingin memberi pria itu pelajaran karena telah berani melemparnya hingga jatuh ke tanah. Hitam menghentikan pergerakannya, pria itu juga berhenti. Hitam bergerak, pria itu lebih cepat menjauh. Cukup lama drama itu terjadi, hingga pria itu kelelahan.
"Aku mohon ... berhenti! Aku sudah lelah sekali. Tuan kucing, tolong saya ... saya benar-benar takut dengan kaum Anda. Jadi tolong jangan ganggu saya ...." Pria itu mengatupkan kedua tangan seraya memejamkan mata.
Oh, jadi Kamu benar-benar takut kepadaku? Astaga ... tubuhmu saja yang besar dan berotot. Sementara nyalimu ciut seperti itu. Hei! Panggilan macam apa itu? Aku ini perempuan, bagaimana Kamu bisa memanggilku tuan kucing? Apa aku tidak terlihat cantik sedikit pun di matamu? omel Hitam kesal.
Hitam berhenti menggoda pria itu, kenyataan bahwa pria itu takut padanya membuat ia malas melanjutkan permainan. Ia memilih meringkuk di tanah, menanti entah apa karena ia juga tidak tahu apa yang ia nantikan.
"Kamu ... Kamu bisa mendengarku? Iya kan, Kamu bisa mendengarku?" tanya pria itu.
"Meong ...," jawab Hitam malas. (Iya ....)
Sudahlah, aku malas bicara denganmu. Aku mau tidur saja, menantikan keajaiban menyelamatkanku dari lubang sialan ini, ucap Hitam mulai memejamkan mata.
"Kenapa Kamu bertingkah seperti manusia? Aku tahu Kamu paham dengan apa yang aku ucapkan," tuduh pria itu.
"Meong ...." (Masa bodoh!)
Pria itu masih terus memandangi Hitam tanpa berkedip. Sementara Hitam memejamkan mata, mengacuhkan pria tersebut.
***
Hoam .... Hitam membuka matanya dan menggeliat kecil. Ia baru terbangun setelah beberapa waktu yang tertidur pulas.
Apa dia sudah pergi? gumam Hitam seraya menoleh ke arah pria itu.
Astaga! Hitam terkejut saat melihat pria itu tertidur pulas dan seekor ular kobra berdiri di hadapannya. Sepertinya ular itu bersiap untuk mematuk pria yang Hitam selamatkan.
Awas! Hitam memperingati, sayangnya pria tersebut tidak mungkin bisa mendengar kata hatinya. Pria itu bahkan terlalu lelap sampai-sampai tidak mendengar suara eongannya.
Tanpa pikir panjang, hitam melompat. Menyerang ular tersebut. Hingga akhirnya terjadi pertarungan antara si Hitam dan ular kobra tersebut. Hitam menyerang dengan cakarnya, sesekali menggigit ular tersebut. Sementara ular itu berusaha keras untuk memangsa si Hitam.
Suara yang kedua hewan itu timbulkan membuat kegaduhan, membuat pria itu terbangun dari tidurnya. Bertambah terkejut saat ia melihat Hitam memasang badan untuknya dan melawan ular tersebut.
Pergilah! Jangan ganggu dia, usir Hitam.
Apa pedulimu? Aku sangat lapar. Enak saja Kau menyuruhku melepaskan mangsaku begitu saja? jawab sang ular.
Kamu bisa kan makan makhluk yang lainnya?
Tidak mau! Aku mau dia. Kamu kenapa peduli sekali dengan dia? Dia hanya seorang manusia. Dia berbahaya karena sering memburu kita para penghuni hutan, ucap sang ular.
Karena ... karena ... yah pokoknya aku tidak akan membiarkan dia terluka, ucap Hitam.
Kalau begitu, aku tidak akan segan-segan padamu, Kucing kurus! Ular itu mulai menyerang secara membabi buta, berusaha untuk mematuk Hitam. Hitam dengan lincah mengelak, sesekali mencakar ular tersebut.
Argghhh! Erang ular kobra saat tiba-tiba Hitam menggigit lehernya.
Pergi sekarang! Pergi atau aku akan menggigit ekormu sampai putus, ancam Hitam.
Ular yang kelelahan tersebut, akhirnya pergi meninggalkan tempat itu. Hitam tersenyum senang melihat ular itu melata naik ke atas.
Pergilah jauh-jauh dan jangan pernah kembali. Atau aku akan melawanmu dengan begitu keras lagi, ucap Hitam dengan bangga.
"Terima kasih," ucap pria itu dengan suara lirih. Namun, Hitam masih bisa mendengarnya.
Tidak masalah, ucap Hitam dalam hati. Hitam sangat bangga karena bisa menyelamatkan pria itu. Apalagi saat pria itu berterima kasih padanya.
"Tuan! Tuan Raja! Tuan!" Suara derap langkah diiringi panggilan yang ditujukan entah pada siapa mulai terdengar.
Pria itu menajamkan pendengarannya. Sepertinya pria itu mengenal suara yang memanggil-manggil, ia langsung berdiri dan tampak bahagia.
"Leon! Aku di sini," teriak pemuda itu.
"Leon! Kemarilah, aku terjebak di dalam lubang yang cukup dalam. Ah ya, kalian berhati-hatilah ada lubang besar di dekat pohon besar. Tepatnya di bagian utara, eh bukan, bukan maksudnya di bagian kanan eh bagian mana? Kalian datang dari arah mana?" ucap pria itu kebingungan.
"Tuan! Tuan!" Suara itu memanggil-manggil lagi.
"Leon! Kemarilah! Kemari!" Pria itu membuat suara lagi, menandai di mana dirinya berada.
"Stop!" Seorang pria dengan setelan jas hitam dan kaca mata hitam memberi komando kepada para pria yang berpakaian kurang lebih sama dengan dirinya. Bukan hanya beberapa, ada banyak sekali pasukan yang pria itu bawa.
Wah, sepertinya dia bukan orang sembarangan. Ada banyak sekali anak buahnya, ucap Hitam dengan takjub.
"Hati-hati. Sekarang cari tali di sekitar sini. Kita harus segera menyelamatkan Tuan." Pria yang tampak keren itu kembali memerintah.
Para pria berpakaian keren itu langsung berpencar mencari tali yang bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan bos mereka. Cukup lama mereka mencari, hingga akhirnya mereka menggunakan kulit kayu yang disambung-sambung.
Akhirnya setelah drama yang panjang, mereka berhasil mengevakuasi pria itu.
"Syukurlah ... saya sangat lega melihat Anda baik-baik saja," ucap pria itu.
"Leon! Bisakah Kamu turun lagi?" tanya pria itu.
Pria bernama Leonardo itu mengerutkan keningnya, "Untuk apa saya turun ke bawah, Tuan?"
"Sebenarnya ada lagi seseorang yang masih di bawah sana. Aku ingin Kamu menolongnya," ucap pria itu.
"Apa benar yang dikatakan Tuan? Kenapa Kalian hanya menyelamatkan Tuan saja?" tanya Leon pada anak buahnya.
Para pengawal itu saling berpandangan mata, tak merasa ada seorang pun di bawah sana selain tuan mereka. "Maaf Tuan Leon, tapi kami tidak melihat siapa pun di sana."
"Maksudku ... ada seekor kucing kecil di sana. Aku mau kalian mengambilnya untukku," perintah Raja. Semua orang saling berpandangan dan membelalak tak percaya, karena setahu mereka tuannya selalu meminta mereka menyingkirkan makhluk berbulu itu.
"Astaga! Kalian sudah dengar kan? Ayo salah satu dari kalian turunlah dan bawa kucing itu naik ke atas. Jangan buat Tuan menunggu," perintah Leon.
"Baik, Tuan." Mereka segera bekerja sama mengambil Hitam yang ada di bawah sana.
Leon merasa sangat prihatin melihat keadaan tuannya. Pria itu lantas mengambil tisu basah di saku jasnya dan membersihkan wajah sang majikan. Lalu ia melepaskan jas yang ia pakai dan memakaikannya pada Raja.
"Maaf, Tuan. Ini urgent," ucap Leon seraya menyampirkan jas di tubuh Raja.
"Baiklah." Raja hanya mengiyakan, padahal sebelumnya pria itu tak akan pernah mau menyentuh barang-barang milik orang lain.
"Ini, Tuah. Kami berhasil menyelamatkannya," ucap seorang pengawal seraya mengulurkan hitam pada Raja.
Raja refleks saja bersembunyi di balik punggung Leon. Ia kembali ketakutan saat melihat hitam.
"Jangan dekatkan hewan ini pada Tuan. Kalian tahu sendiri, Tuan takut pada makhluk ini," ucap Leon marah.
"Maafkan saya." Pengawal itu tampak menyesal.
"Tuan, apa yang perlu saya lakukan pada hewan ini?" tanya Leon.
"Ja-jauhkan dariku tapi Aku mau ... Kamu merawatnya," jawab Raja.
"Ya?" Leon merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Kita bawa pulang, Kamu yang urus dia. Pelihara dia!" perintah Raja dengan masih bersembunyi di balik tubuh asistennya.
Leon Sedikit terkejut saat pria yang mati-matian selalu menyuruhnya menyingkirkan hewan berkumis itu kini menyuruhnya membawa makhluk itu.
"Leon, ayo pulang. Aku lelah dan lapar," ajak Raja.
"Ah, ya. Baiklah. Mari kita pulang."
Leon merasa semuanya sangat aneh. Sudah dua hari sejak tuannya menghilang, tapi pria itu tampak segar bugar. Apalagi saat melihat bagaimana kondisi mobil tuannya, Leon tidak percaya melihat Raja yang sehat tanpa luka sedikit pun. Bahkan tuannya itu tergores saja tidak. Anehnya lagi ada seekor kucing hitam yang terjebak di lubang sama dengan tuan mereka. Kucing? Kenapa ada kucing di hutan?