El Raja William, seorang pengusaha kaya raya di Indonesia. Bisnisnya tersebar di mana-mana. Memiliki ratusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua usaha ia tekuni, dari usaha makanan, pakaian, jasa bahkan kuliner ia geluti. Pria itu benar-benar sukses di usianya yang masih sangat muda.
Meski harta orang tuanya memang sudah melimpah sejak awal, tetapi kepandaian pria itu juga yang membuat usahanya makin berkembang pesat. Pria bertangan dingin itulah yang membuat usahanya semakin maju. Ada juga banyak usaha besar yang ia mulai dari nol.
Ia memiliki paras tampan dan menawan hingga banyak wanita jatuh cinta padanya. Raja memiliki tinggi di atas rata-rata, 186cm dan memiliki kulit putih bersih. Hidungnya mancung, mata indah seperti permata. Bibir yang semerah delima. Sungguh, pria itu begitu sempurna bak dewa Yunani. Namun, pria itu seolah tak menyukai kaum wanita. Sampai-sampai berembus kabar miring tentangnya. Akan tetapi, Raja tak mau memikirkannya. Terserah orang mau bilang apa, ia hanya yakin bahwa gosip akan menghilang seperti angin yang berlalu.
Di mata orang lain, mungkin hidupnya terlihat begitu sempurna. Namun, pada kenyataannya, ia tidak memiliki apa-apa. Memang ia memiliki harta yang berlimpah, apa yang ia inginkan akan terpenuhi dalam sekali jentikan jari. Namun, pria itu tidak pernah merasakan kebahagiaan selama sepuluh tahun terakhir ini.
Berawal dari tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa orang tuanya, membuat Raja menjadi sosok yatim piatu yang menyedihkan. Dia yang tidak memiliki saudara, harus siap memikul seluruh beban di pundaknya. Ia harus siap menjadi pewaris tunggal kerajaan bisnis ER di usianya yang terbilang masih sangat muda.
Delapan belas tahun adalah masa muda yang menyenangkan bagi pemuda lain. Namun tidak bagi Raja. Kehidupannya yang pahit baru saja dimulai. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan darinya. Bahkan, tak segan mereka mencelakainya demi harta yang ia miliki. Seperti kecelakaan yang ia alami hingga ia terdampar di hutan, juga merupakan konspirasi yang dilakukan oleh para paman dan bibinya. Raja mengetahuinya, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Karena ia tidak pernah bisa mendapatkan bukti karena para paman dan bibinya selalu bermain dengan rapi dan licik.
El Raja William, pemuda yang hidup tanpa ambisi. Seolah hidupnya tak berarti. Di mata dunia, ia adalah raja bisnis yang dingin dan kejam. Arogan dan Selama sepuluh tahun ini hidup bertemankan kesepian. Ia bekerja seperti mesin hanya demi menenangkan hatinya yang selalu kacau jika mengingat mendiang orang tuanya.
***
"Tuan benar-benar baik-baik saja?" Leon memeriksa tubuh Tuannya, takut ada yang terluka.
"Ck! Berhenti menyentuhku." Raja menepis tangan Leon. "Kamu bisa lihat sendiri, aku tidak apa-apa. Aku sama sekali tidak terluka. Jadi berhenti untuk berlebihan mengkhawatirkan aku."
"Saya kira Tuan akan terluka parah. Karena keadaan mobil tuan hancur lebur. Ini seperti keajaiban, Anda kembali dengan kondisi baik-baik saja. Bahkan tak kurang apa pun," ucap Leon.
"Ini memang keajaiban. Kucing itu yang membawa keajaiban untukku," gumam Raja tak jelas.
"Iya, Tuan?" tanya Leon saat ia tak mendengar dengan jelas.
"Lupakan saja!" ucap Raja. "Ah, ya. Kucing tadi?"
"Bersama Boni, Tuan. Katanya Tuan takut kalau semobil dengannya ...."
"Hush! Diam! Jangan bahas lagi, aku mau tidur," ucap Raja.
Raja memang tidak suka membicarakan kelemahannya. Pria itu lantas memalingkan wajahnya menghadap ke jendela mobil, lalu tidur membelakangi Leon.
Pria bernama Leon itu hanya tersenyum dan bernapas lega. Hatinya merasa sangat lega melihat majikannya baik-baik saja. Pria itu terdiam menikmati perjalanan, membiarkan Raja tidur di mobil sampai mereka sampai di rumah nanti.
Sementara itu, hitam yang berada di mobil lain tampak tidur di pangkuan salah seorang pengawal Raja. Hitam juga sangat kelelahan setelah apa yang ia alami di hutan belantara selama beberapa hari ini. Hitam berharap dengan ikut orang-orang itu, setidaknya ia tidak akan kesulitan untuk mencari makan. Setidaknya juga, ia tidak perlu makan serangga kecil untuk mengganjal perutnya yang lapar.
***
Wah ... rumah ini sangat besar dan indah. Hitam sangat takjub menyaksikan rumah Raja yang mewah.
"Ini adalah rumah tuan Raja. Tapi jangan harap Kamu bisa menginjakkan kaki lucumu ini di rumah ini. Tuan sangat benci kucing, jadi Kamu akan tinggal di belakang rumah bersamaku, bersama Tuan Leon dan lainnya, ucap pengawal itu memeringati.
Pengawal bertubuh kekar itu membawa Hitam dalam pelukannya. Jemari besarnya, tak henti mengusap bulu lembut Hitam. Sepertinya pria itu memang sangat menyukai hewan menggemaskan itu.
"Boni!"
Pria yang membawa Hitam menoleh, lalu menjawab, "Iya, Tuan Leon?"
"Cepat singkirkan kucing ini. Atau Tuan akan memarahi kita lagi. Bawa ke belakang," perintah Leon dengan tegas.
"Baik, Tuan," jawab Boni.
"Ingat! Jangan biarkan kucing itu datang ke mari. Kamu harus menjaganya baik-baik, ini perintah Tuan," perintah Leon.
"Baik, Tuan. Saya akan laksanakan perintah Tuan." Boni segera membawa Hitam ke rumah belakang di mana para pengawal tinggal.
"Benar kan kataku? Dia tidak mau melihatmu berkeliaran di rumahnya. Tuan besar semakin hari semakin aneh. Takut dengan kucing tapi ingin kami memeliharamu. Dia juga paling anti dengan namanya kaum hawa, kan aneh kalau dipikir? Harusnya dengan uang yang ia miliki ia bisa mendapatkan gadis mana pun. Menikmati masa mudanya yang penuh kebebasan. Tapi, justru dia yang menolak mentah-mentah wanita cantik yang datang ke hadapannya," gerutu Boni.
Hitam mendengarkan ucapan Boni dengan sungguh-sungguh. Sedikit banyak, ia semakin tahu hal tentang Raja, pria menyebalkan itu. Hitam semakin penasaran dengan sosok misterius dan arogan itu.
Setelah sampai di rumah belakang, pria itu meletakkan Hitam di lantai lalu ia ikut duduk berjongkok dan mengusap kepalanya.
"Nah, diamlah di sini. Jangan pergi ke mana-mana. Kamu paham kan apa yang aku katakan? Jadilah anak yang manis, jangan membuat tuan kita marah. Aku harus pergi sekarang. Nanti kalau aku kembali aku akan membawakanmu makanan yang enak, juga s**u yang lezat," janji Boni.
"Aku juga akan minta tempat tidur untukmu. Ingat! Jangan buang air sembarangan! Atau aku akan memukul pantatmu!" ucap Boni memeringati.
"Bon! Cepatlah, Tuan Leon meminta kita berkumpul sekarang juga," seorang pengawal yang tak kalah keren dari Leon memanggil.
"Baiklah, mari pergi." Boni segera bangkit dan mengibaskan jas yang ia pakai. Agar bulu-bulu Hitam yang mungkin saja menempel bisa menghilang.
"Dadah!" Boni melambaikan tangan ke arah Hitam sekali lagi. Seolah kucing itu akan paham dengan perkataannya. Tak lama kemudian, pria itu menghilang bersamaan dengan tertutupnya pintu depan.
Jadi, aku harus hidup di tempat ini sekarang? Baiklah ... mari kita menikmati ketenangan hidup di rumah besar tanpa bersusah payah. Hitam naik ke atas sofa yang empuk, lantas meringkuk memejamkan mata di sana.