Samar-samar Catherine mendengar suara peralatan dapur yang digunakan dan bau masakan yang sedap.
Catherine membuka matanya. Dia merasa asing dengan tempatnya tidur sekarang. Ini bukan kamar Stella atau kamarnya sendiri.
Ia bangun dari posisi tidurnya dan kepalanya terasa sakit. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Benar itu bukan kamarnya tapi kamar siapa?
Ingatannya kembali mengingat kejadian semalam. Sepertinya semalam ia berada di klub. Dia juga merasa seperti bertemu dengan Leo, mereka berciuman...! Tapi apa mungkin itu Leo? Astaga... Jangan-jangan semalam pas dia mabuk dia terus dibawa orang asing yang mirip Leo dan melakukan hal gila seperti ONS.
Catherine menggelengkan kepala berulang kali mengenyahkan pikirin buruknya. Ini juga salahnya karena pergi ke klub sendirian dan mabuk. Ia pun langsung melihat tubuhnya takut dibalik selimut Ia tidak menggunakan sehelai benangpun.
Catherine bernafas lega saat melihat pakaiannya masih lengkap. Semoga saja pikiran buruknya tidak terjadi.
Tercium aroma masakan yang membuat cacing-cacing di perut Catherine bergejolak minta di isi. Ia pun pergi keluar karena penasaran siapa yang sedang memasak dan ini rumah siapa?
Di pintu dapur Catherine memperhatikan laki-laki yang memakai apron dan terlihat sibuk dengan peralatan dapur. Di lihat dari belakang pun Catherine tahu itu adalah Leo. Jadi semalam dirinya tidak berhalusinasi kalau yang menghampirinya semalam dan berciuman dengannya adalah Leo.
Ada sedikit kelegaan yang Catherine rasakan. Dia yakin Leo tidak akan kurang ajar padanya. Apalagi mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia memang baru sebentar mengenal laki-laki itu tapi dirinya yakin kalau dosen muda itu adalah orang baik.
"Baby... " Dengan manjanya Catherine menghampiri Leo lalu memeluknya dari samping.
Leo yang tadinya sibuk menggoreng ayam terkejut mendapati aksi gadis itu.
"Catherine, lepasin. Aku ini lagi masak. " Tegur Leo. Pelukan gadis itu menghalanginya yang akan membalik ayam yang ada diatas panci penggorengan.
Dengan bibir yang di majukan Catherine mendongak.
"Baby... Aku kangen sama kamu. "
Jujur saja di mata Leo sekarang Catherine terlihat sangat menggemaskan. Walaupun dia baru bangun tidur dan belum menyentuh air.
Leo menghela nafas. "Catherine, kalau kamu masih meluk aku gini ayamnya nanti bisa gosong. "
Catherine pun mengerti dan melepas pelukannya.
"Kamu lagi masak apa baby? Baunya enak banget. "
"Mending sekarang kamu mandi. Kamu bau tau nggak. " Itu hanya alasan Leo untuk mengusir Catherine. Agar tidak berada disebelahnya.
"Ihh, baby... Jahat banget. Masa ngatain aku bau. " Catherine kembali mengerucutkan bibir sebal. Tentu saja terlihat begitu menggemaskan dan Leo ingin mengecup bibir itu.
"Aku nggak bau, baby. " Catherine mencium ketiaknya bergantian. Tidak bau tadi sedikit asem. "Tuh nggak bau. Kamu mau cium. " Catherine mendekati Leo sambil mengangkat tangannya sebelah. Siapa tahu lelaki itu mau mencium ketiaknya.
Tanpa bicara Leo mengarahkan spatula didepan Catherine. Gadis itu berhenti lalu tersenyum nyengir.
"Sana mandi." Perintah Leo. "Atau sana pulang terus mandi di rumah Stella. Siapa tau Stella sudah pulang. "
"Stella belum pulang, baby. Dia sekarang masih ada di luar kota. "
"Kalau gitu sana mandi. "
"Iya-iya, aku mandi." Catherine suka dengan sikap Leo yang galak padanya. Gadis itu kembali menuju kamar tidur Leo.
Leo baru saja selesai dengan masakannya saat terdengar suara Catherine memanggilnya.
"Baby... Handuknya mana? "
Leo yang ada di meja makan mendesah. Ia pun langsung melangkahkan kaki ke kamar, mengambil handuk baru didalam lemari.
"Baby... Kok lama, sih? Kamu nggak denger ya aku panggil-panggil. "
Tanpa menjawab Leo mengetuk pintu kamar mandi. Sesaat kemudian tangan Catherine menjulur dari pintu kamar mandi yang ia buka sedikit.
"Makasih, baby... "
Leo tidak menjawab.
Baru beberapa langkah menuju pintu kamar langkah Leo terhenti karena karena ia merasakan ponselnya bergetar. Setelah dilihat ternyata ada pesan masuk dari teman kerjanya.
Sambil keluar dari kamar mandi Catherine berteriak. "Baby... Aku pinjam baju kamu ya...!" Aku nggak bisa pakai baju aku yang semalam. "
Catherine pikir Leo sudah keluar dari kamarnya tapi nyatanya ia salah. Gadis itu terkejut melihat lelaki itu itu masih ada disana.
Mereka saling berpandangan. Leo melihat Catherine yang hanya memakai handuk putih yang melilit tubuhnya. Ditambah lagi rambut gadis itu agak basah.
Mimpi apa dia semalam kenapa pagi ini melihat pemandangan seperti ini.
Terdengar bel pintu berbunyi. Leo buru-buru keluar kamar. Berada satu ruangan dengan Catherine sangat berbahaya.
Setelah di cek ternyata yang menekan bel pintu rumahnya adalah ibu RT yang membagikan makanan pada para tetangga karena anaknya menang juara Olimpiade matematika.
Saat Leo menutup pintu rumah dan kembali kedalam bersamaan dengan Catherine yang baru keluar dari kamarnya.
Rambutnya masih agak basah. Dan lihatlah pakaiannya. Gadis itu memakai kemeja kerja Leo lengan panjang berwarna putih. Di tubuh gadis itu kemeja itu kebesaran, panjangnya berada di tengah - tengah paha dan dua kancing teratas kemeja itu terbuka. Astaga... Kenapa paginya begitu meresahkan?
"Bawa apa itu, baby? " Catherine berjalan menghampirinya. Melihat isi box putih yang berada di tangan Leo. "Waahh.... Kue. " Bu RT membagikan beberapa macam kue yang diletakkan di box putih.
Berada sedekat ini dengan Catherine membuat Leo bisa mencium aroma sabun dan shampo yang biasanya Ia gunakan.
"Aku boleh minta kan, baby? "
"Nggak boleh. " Larang Leo sambil menutup box putih itu lalu berjalan meninggalkan Catherine.
"Iiihhh, baby kok gitu sih. Pelit banget... Aku kan cuma minta. " Gadis itu mengikuti langkah Leo yang menuju meja makan.
"Makan dulu. Kalau kamu makan kue dulu nanti nggak mau makan nasi. "
Mendengar ucapan dosen muda itu Catherine tersenyum.
"Kamu perhatian banget sih, baby... Aku jadi makan sayang sama kamu. " Catherine duduk disebelah Leo. Memeluk lengannya dan menyandarkan kepala pada bahu lelaki itu.
Leo mendesah. Ia merasa setiap yang Ia lakukan membuat Catherine lebih mendekat padanya.
Pandangan Catherine tertuju pada hidangan yang ada di atas meja makan. Gadis itu menegakkan kepalanya dan melihat makanan yang ada disana. Ada ayam goreng, capcay, tempe goreng, tahu goreng dan tak lupa sambal.
"Kamu yang masak semua ini, baby? " Catherine tidak menyangka Leo bisa masak.
"Kamu kira hantu yang masak. " Cibir Leo.
"Iiihhh, kamu kok lucu banget, sih. " Catherine mencubit gemas pipi dosen itu. "Jadi pengen cium kamu. "
Leo melepaskan tangan Catherine di pipinya lalu melotot gadis itu. Yang disambut tawa oleh Carherine.
"Aku beneran nggak nyangka kamu bisa masak. Benar-benar suami idaman. "
Leo mendengus mendengarnya. Sebenarnya Leo bukan orang yang bisa masak. Dia hanya memasak nasi sedangkan ayam tempe dan tahu berbumbu adalah olahan adiknya yang di letakkan kulkas didalam kulkas. Dia tinggal menggorengnya saja. Lain dengan capcay yang sudah matang dan tinggal di panaskan.
"Aku ambilin ya, baby... " Catherine meraih piring dan akan mengambilkan lelaki itu makanan.
"Enggak usah. " Tolak Leo. "Aku bisa ambil sendiri. " Suara Leo terdengar ketus.
"Gimana kalau aku buatin kopi. "
"Cath, ngg-"
"Nggak apa-apa kok. Kamu jangan kuatir kopi buatan aku enak kok. " Potong Catherine yang beranjak ke dapur.
Leo membiarkannya saja.
Mata gadis itu memindai panci kecil untuk memasak air, cangkir dan yang tak boleh ketinggalan kopi dan gula.
Sudah beberapa kali Catherine menyalakan kompor. Anehnya kompor itu tidak bisa menyala.
"Baby, kompornya kok nggak bisa nyala. "
Ditempat duduknya Leo mendesah. Ada saja yang terjadi jika gadis itu melakukan sesuatu.
Mau tidak mau Leo bangkit dari tempat duduknya. Menolak panggilan Catherine hanya akan membuat gadis itu terus mengoceh.
"Kalau nggak bisa ngapa-ngapain, jangan sok-sok'an mau buat sesuatu. " Omel Leo.
"Aku kan cuma mau bikinin kamu kopi. " Bantah Catherine tidak mau kalah.
Leo mencoba menyalakan kompor itu dan ternyata bisa menyala.
"Nyalain kompor aja nggak bisa." Olok Leo.
"Aku bukanya nggak bisa, baby. Aku cuma pengen kamu nyalain kompornya." Ringis Catherine.
Leo mendengus mendengarnya.
Catherine naik ke meja kabinet dapur dan duduk disana. Menampakkan paha mulusnya yang menganggu Leo.
"Bisa nggak nih buat kopinya?" Tanya Leo.
"Bisa, baby. Tenang aja. Tunggu sampai airnya mendidih. "
Leo berusaha tetap normal walau tingkah Catherine menganggu kewarasannya.
"Ngapain disitu, turun!"
"Turunin." Pinta Catherine manja.
"Nggak usah manja. "
"Baby... " Rengek gadis itu.
Seharusnya Leo meninggalkan gadis itu tapi nyatanya tubuhnya malah mendekat ke arah Catherine.
Bukanya turun saat Leo mendekat padanya. Catherine malah mendekatkan wajahnya dan mengalungkan kedua tangannya.
"Morning kiss, baby. "