1. Pusing
Di ruang tamu yang sedikit berantakan itu duduk seorang laki-laki yang sibuk dengan laptopnya. Sayangnya laki-laki bernama Leo Anggara Widyatama itu tidak bisa konsen dengan pekerjaannya.
Bukan pekerjaan yang menumpuk yang membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. Namun pikirannya kacau sebab ia baru putus dengan pacarnya, Gea.
Gea adalah adik sahabatnya yang ia jadikan pancar hanya dalam hitungan bulan. Leo tahu benar gadis itu sangat mencintainya.
Awalnya dia ingin membuka hati dengan menerima wanita yang tulus mencintainya tapi tetap saja tidak bisa.
Bukanya Leo tidak berusaha mencintai dan membuka hatinya untuk Gea tapi rasanya begitu sulit.
Rasa cintanya untuk Ana Clarissa (Baca Always Love You) masih sangat besar. Walaupun wanita itu sudah menikah dan kabar terakhir yang ia dengar wanita itu tengah hamil anak keduanya.
Sudah seharian ini Leo mengurung diri di rumah. Tidak pergi kemana-mana, lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan. Padahal hari ini adalah hari minggu.
Pikiran Leo kacau. Dia merasa jahat sebab sudah menyakiti Gea dengan mencampakkannya. Tapi ia harus melakukan hal itu. Dia tidak mau terlalu lama lagi membohongi perasaanya sendiri dan membohongi Gea. Rasanya seperti tidak bisa bernafas serta rasa bersalah selalu menyertainya.
Seto, kakak Gea sekaligus sahabatnya sudah berulang kali menelpon dan mengiriminya puluhan pesan yang isinya memaki-maki Leo. Seto bilang adiknya terus saja menangis. Gadis itu benar-benar patah hati.
Bukan hanya alasan putus dari Gea yang membuat pikiran Leo kacau tapi ada alasan lainya juga. Alasan yang membuat kepala laki-laki itu rasanya ingin pecah adalah keinginan orang tuanya yang ingin dirinya segera menikah.
Awalnya mereka senang saat tahu cinta pertamanya telah kembali setelah menghilang tiba-tiba selama enam tahun. Tapi mereka semua terkejut saat tahu Ana Clarissa sudah menikah dan mempunyai anak berusia lima tahun dengan Andre Danuarta.
Tidak ingin melihat Leo membujang seumur hidupnya. Orang tuanya memberikan waktu sampai hari ulang tahunnya yang ketiga puluh. Tepatnya enam bulan lagi untuk mencari calon istri.
Jika sampai batas waktu yang sudah ditentukan Leo belum mempunyai calon istri. Dirinya harus menerima calon yang disiapkan orang tuanya.
Rasanya lelaki itu ingin marah, teriak sekencang-kencangnya. Dia tidak bisa membayangkan harus menikah dengan wanita yang tidak ia cintai.
Terdengar bel pintu rumah berbunyi. Dengan malas Leo menuju pintu depan. Mungkin itu adalah kurir yang mengantarkan makanan yang ia pesan.
"Selamat siang, dengan Leo Anggara Widyatama? " Tanya kurir pengantar makanan itu.
"Iya benar, " Jawab Leo.
"Ini pesanannya. " Kurir itu menyerahkan kantong kresek bening yang berisi styrofoam.
"Iya, Terima kasih. "
Baru saja Leo ingin menutup pintu rumahnya, Tiba-tiba kurir itu memanggilnya.
"Mas," Panggilnya. "Rumah yang sebelah itu orangnya lagi pergi ya?"
"Yang mana mas? Kanan apa kiri? "
"Yang kiri. "
"Mungkin orangnya lagi keluar. "
"Tapi didepan pintu rumahnya ada tulisan 'Tolong pesanan saya di titipin ke rumah mas Leo' gitu. Masnya namanya Leo kan?"
Leo mengangguk.
"Jadi saya titipin pesanan orang sebelah sama masnya ya? "
"Iya, nggak apa-apa. " Bukan kali ini saja Leo mendapatkan titipan seperti itu. Milik Stella, tetangganya. Gadis berusia dua puluh empat tahun yang juga mantan mahasiswanya di kampus.
Setelah kurir itu pergi, Leo memakan makanannya di meja makan. Pikirannya masih pusing dengan semua yang terjadi.
Andaikan waktu bisa diputar kembali dia akan berusaha untuk mendapatkan Ana Clarissa, cinta pertamanya.