7

1691 Words
Hari berlalu dengan tempo yang cukup cepat bagi siswa dan siswi Bina Bangsa. Begitupun dengan Wyne Amelia. Belakangan, ia cukup pemilih dengan bacaan yang ia baca. Cewek itu mulai jenuh, ia bahkan bisa mengetahui jalan cerita suatu n****+ yang baru ia baca setelah melewati beberapa bab pertama. n****+-n****+ itu tidak lagi bisa membuatnya duduk seharian dengan berpura-pura mendengarkan pelajaran atau terjaga semalaman dengan lampu kamar dalam keadaan padam. Laporan June tentang Shakka dan Bella justru lebih menarik baginya. Buku seribu satu hal tentang Shakka miliknya terbuka. Di samping buku tersebut laptop tua milik almarhum Ayahnya menyala. Menunjukkan Microsoft Word 2007 yang halamannya masih kosong. Dari beberapa menit yang lalu ia sudah mencoba mengetikkan sesuatu tapi setelah satu paragraf jadi, gadis yang mengenakan kaos milik Abangnya itu kembali menghapusnya. Berapa kali pun ia mencoba, dengan gaya apa pun ia memulai ceritanya, Wyne tetap saja merasa ada yang tidak benar. Hampir setengah jam ia habiskan dengan mempelototi kursor yang berkedip-kedip. Matanya terarah pada layar laptop tapi pikirannya menerawang pada kejadian siang tadi di mana tanpa sengaja ia berpapasan dengan Shakka. Shakka sudah memenuhi satu hal yang Wyne inginkan. Cowok itu tidak peduli pada lingkungannya. Wyne memberi contreng pada karakter tokoh utama yang ia inginkan. Dia tampan. Wyne mencibir tapi kemudian mengangguk setuju. Shakka adalah yang paling tampan di Bina Bangsa. Dia kaya. Tidak diragukan lagi, dari hasil pengintaian June diketahui bahwa Shakka adalah anak sulung dari dua bersaudara dan sudah barang pasti dia lah yang akan mewarisi kekayaan orang tuanya. Shakka Orlando Padmaja adalah calon CEO muda yang akan digilai para wanita. Meskipun tidak di dunia nyata, setidaknya di dunia yang Wyne kendalikan sepenuhnya. Wyne kemudian membuat lingkaran disekitar poin yang seharusnya ada pada Shakka tapi tidak ia dan June temukan. Shakka Aditya Orlando boleh saja tidak peduli pada apapun di dunia ini tapi setidaknya ada satu cewek saja yang bisa mencuri perhatiannya bukan? Tidak. Wyne butuh cewek itu untuk mengalihkan dunia Shakka. “Lo ga pernah bilang Shakka selalu pakai headphone,” ucap Wyne pada June yang sibuk dengan catatan sejarahnya. “Gue butuh deskripsi gimana Shakka berpakaian, apa yang selalu dia bawa, warna apa yang cenderung selalu menempel pada tubuhnya dan yang paling penting-” “-Wyn! Gue cuma ngintai Shakka di BB, ingat? Dan ciri-ciri yang paling menonjol pada Shakka lo itu adalah dia yang engga ngancingin dua kancing teratas seragamnya. Dan soal headphone, dia baru pakai benda itu beberapa minggu belakangan. Hm.. dua minggu deh kira-kira.” “Bajunya juga ga pernah dimasukin ke celana.” Tambah June, mengingatkan ciri khas Shakka Orlando Padmaja. “Itu mah gue tau,” dengus Wyne. Setiap kali guru mendapati kemeja Shakka keluar, cowok itu langsung memasukkan kemejanya di depan guru tersebut. Namun beberapa menit kemudian kemejanya kembali seperti semula. Mengenai cara Shakka memakai seragamnya ini Wyne janji akan menuliskannya di n****+ yang akan ia tulis. Karena Shakka jadi lebih tampan dengan penampilannya itu. “Menurut lo, sekarang perutnya Shakka udah ada roti sobeknya?” “Ya engga lah. Lo ga liat penampilan Shakka lo itu ga lebih dari anak Mama yang manja?” “Dan kenapa dari tadi lo selalu nyebut dia sebagai Shakkanya gue? Dia Shakkanya Bella, kalau lo lupa.” June memukul jidatnya sendiri. Wyne selalu menanyakan pertanyaan tidak penting dan membuat June melupakan bagian paling penting yang ia temukan hari ini. Tentang bagaimana Bella menyelinap ke ruang ganti anak laki-laki. Siang ini June yang sudah sangat terbiasa dengan tugasnya memata-matai Shakka bahkan terasa ada yang kurang jika sehari saja ia tidak melakukan tugas konyolnya tersebut, mendapati Bella mendekati ruang ganti milik anak laki-laki begitu kelas Shakka berkumpul di kolam renang. Sumpah ya, minggu depan ia akan menghadapi Try Out Ujian Nasional tingkat kota tapi June lebih merasa perlu untuk mengikuti Bella dan gerak geriknya yang mencurigakan. June sengaja masuk beberapa detik setelah Bella memasuki ruang ganti tersebut dan ia membiarkan Bella mencari tempat bersembunyi. Selagi gadis cantik yang tinggi semampai itu bersembunyi, June pun melakukan hal yang sama. Bedanya, June memastikan dari tempat persembunyiannya itu, ia bisa melihat apa yang akan Bella lakukan. Bella tau bahwa jika ia ketahuan maka satu sekolah akan menertawakannya. Satu sekolah pasti berpikir ia gadis mesuk karena masuk ke ruang ganti anak laki-laki. Barusan saat seseorang masuk tepat beberapa detik setelah ia masuk, Bella merasa kakinya lemas seketika. Ia bersembunyi sampai orang itu keluar dengan jantung yang berlari di tempat. Di kelas Shakka hanya ada sembilan belas anak laki-laki dan itu artinya Bella tidak perlu memeriksa semua loker besi. Beberapa menit ia berkutat dengan loker-loker itu sampai Bella menemukan seragam dengan name tag pujaan hatinya, Shakka Orlando Padmaja. Ia segera mengambil ponsel pria itu dan memasukkan kode yang sudah ia dapatkan dari dua minggu yang lalu. Untuk mendapatkan kombinasi enam angka ini Bella menghabiskan tiga setengah minggu dan kemudian ia juga harus menunggu dua minggu untuk bisa melakukan misinya hari ini. Dam begitu ponsel canggih itu terbuka, gadis itu ternganga. Belladiva wicaksono tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Semua foto di galeri cowok ini hanya mengacu pada satu objek. Semakin lama menggulir layar ponsel cerdas itu semakin napasnya memberat. Shakka tidak punya banyak foto di instagramnya. Ia juga tidak memiliki akun tik tok. Baru beberapa minggu ini cowok itu membuat akun tik tok tapi tidak ada satu pun video yang dia unggah. Sepertinya akun tik toknya itu hanya di gunakan untuk menonton saja. Dan Bella tidak puas. Ia tidak bisa melihat Shakka setiap hari dan cowok itu pun tidak membiarkan Bella melihatnya dari dunia maya. Itulah kenapa hari ini, Bella berada di sini. Harapnya, ia bisa mendapatkan beberapa foto Shakka. Semakin lama menggulir layar, akhirnya Bella tau bahwa lukisan yang dijadikan wallpaper cowok pemilik ponsel yang ada di tangannya ini  adalah orang yang sama dengan foto-foto itu. “Siapa cewek ini?” tanya Bella berpikir keras. Ia pernah melihatnya beberapa kali tapi dimana? Sial bagi Bella karena ia berpikir terlalu lama. Dalam sepersekian detik, ponsel itu beralih ke pemiliknya. Shakka Orlando Padmaja menatap nyalang pada siswi yang sejak awal sekolah selalu menjadi penyakit di matanya, cewek ini selalu ada di sekitarnya sampai Shakka merasa begitu risih bahkan rasanya ia rela mencongkel matanya sendiri agar tidak melihat cewek ini lagi. “Lo!” Shakka tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena dirinya sendiri bahkan tidak pernah menyangka bisa bertemu cewek ini di ruang ganti cowok. Dan mengintip isi ponselnya pula. Siapa namanya? Cewek ini pernah memberitahukan namanya pada Shakka tanpa diminta. Butuh beberapa detik sampai Shakka mengingat namanya. Belladiva wicaksono. Ya, Belladiva Wicaksono benar-benar sesuatu. Entah apa yang ada pada Shakka sampai dia tidak pernah mau dan tidak pernah berusaha untuk mengalihkan pandangannya dari Shakka. Dan sekarang, Shakka tau bahwa ia yang tidak memakai atasan lah yang membuat Belladiva tidak mengalihkan pandangannya. “Jadi tipe cewek lo yang model begitu? Rambut warna warni, pipi seperti kena tonjok dan bibir-” ucapan Bella terhenti begitu cowok tampan yang ia sukai menonjok loker yang tepat berada di samping wajahnya. Sesaat setelah ia melihat Shakka mengayunkan lengannya dengan cepat, Bella langsung memejamkan kedua matanya. Menanti pukulan Shakka bersarang di wajahnya. “B. u. k. a. n u. r. u. s. a. n. l. o!” ucap Shakka berbisik tak jauh dari pangkal telinga Belladiva. Jika tadi cewek ini tidak memejamkan matanya maka Shakka pasti tidak akan sadar dengan apa yang akan ia lakukan. Cewek ini adalah cewek paling sinting dan kesintingannya itu membuat Shakka tidak bisa menahan dirinya meskipun ia sadar dengan fakta bahwa yang ia hadapi adalah cewek. Shakka tidak pernah ingin menyakiti cewek karena dirinya punya saudara perempuan. Tapi cewek sinting ini, yang Shakka ingat sekali berniat menghapus foto Key dari ponselnya benar-benar tidak bisa ditoleransi. Tidak ingin memperpanjang masalah atau semua orang akan mendapatinya berduaan dengan cewek sinting itu, Shakka segera berbalik. “Shakka!! Sampai kapan lo mau nyuekin gue?” teriak bella memenuhi ruang ganti yang hanya ada mereka berdua. “Lo ga liat gue? Liat gue dan lihat lagi cewek warna warni lo itu! Apa lo harus dikasih tau dulu siapa yang pintar dan siapa yang keliatann banget gobloknya?” BRAKKK. Mulut Bella tertutup bersamaan dengan pintu ruang ganti yang menimbulkan suara memekakkan telinga. Ia menangis dan June menyaksikan semua itu. Ada apa dengan semua orang dan Shakka Orlando Padmaja? Saat adiknya mengumpulkan informasi seolah Shakka adalah hewan langka yang hampir punah, Bella malah rela menangis untuknya. “Lo liat Bella nangis?” tanya Wyne lagi pada sang Abang. Tanpa bisa dicegah ia langsung merasakan simpati pada Bella meskipun gadis itu memang salah sedari awal. Siapa yang tidak akan marah saat seseorang memeriksa ponselnya? Khusus untuk Bella, dia tidak hanya memeriksa ponsel Shakka tapi juga mengomentari cewek warna warni nya Shakka. “Iye, ‘kan barusan gue cerita. Masa lo pengen gue ngulang lagi,” decak June sebal. Ia paling tidak suka kalau harus mengulang ceritanya dua kali. Kalau bahasa June nya mah : tidak ada siaran ulang. “Shakka yang ga pake baju itu beneran menjarain Bella di antara badannya sama loker? Seberapa dekat jarak mereka, Jun? Terus lo liat ga Shakka ngapain aja pas dia bisikin sesuatu ke Bella? Dia ga mainin anak rambut Bella atau nge-belai wajahnya?” tanya Wyne lagi. Ia sudah tau akan menulis apa dan Wyne pun percaya lama kelamaan Shakka pasti akan luluh. Wyne berdoa agar suatu hari nanti, Shakka Orlando Padmaja jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Belladiva Wicaksono. “Lo nyimak ga Wyn, pas gue cerita? Bella tuh nyaris kena tonjok.” “Mungkin lo ngeliatnya begitu soalnya lo liar dari sudut yang ga pas, Jun.” “Wyn..” “Jun..” “Oke oke.. terserah lo aja. Sesi kita udahan atau lo masih ada lagi yang mau di tanya?” “Oke, pantau terus interaksi Shakka-Bella, oke?” “Oke.” June menyeret dirinya menjauh dari sang adik. Sebetulnya dia punya ulangan besok tapi karena matanya sudah mengantuk, June akan menyerahkan hidup dan matinya kepada Mail saja. Remedi sama-sama atau kalau Mail diberi rahmat oleh Tuhan Yang Maha Esa, mereka berdua bisa mendapat nilai pas-pas KKM. “Jun..” “Apa lagi, Wyne?” “Cuci muka sebelum tidur ya.. itu jerawat lo di pipi gue perhatiin makin gede aja. Yang bersih dong, Jun..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD