Reno memandang sahabatnya yang masih kesal karena Marques menutup sepihak percakapan mereka. “Sampai dimana penyelidikanmu terkait hal ini?” tanya Reno tak sabar.
“Ajudanku tadi membawa barang berisi bukti keterlibatan Marques untuk transaksi cuci uang dan segala usahanya untuk mendapatkan kekayaan. Termasuk menggunakan nama Abra dan Ar Madin dalam hal ini,” jelas Oman.
Rasyid dan Reno beserta asistennya diam menyimak.
“Tapi sepertinya dia mengawasi pergerakan kita, atau ada orang dalam yang menjadi mata-mata dia,” ujar Oman mengedarkan pandangan dan memandang dua asisten sahabatnya itu.
“Aku mencurigai orang dalam yang mengawasi kita,” ujar Dika membuat semua orang menatapnya. “Jika bukan orang dalam, bagaimana bisa dia begitu akurat mendapatkan informasi sedangkan akses cctv dan alat penyadap pun sudah kita clearance semuanya,” jelas Dika masuk akal.
“Dan satu lagi ada jerat masa lalu yang masih abu-abu untuk tahu ada urusan apa Marques sampai dendam dan memburu keluarga Ar Madin,” terang Oman membuat Rasyid menatapnya.
“Maksudmu soal Nima?” tanya Rasyid memastikan tapi sayangnya Oman menggelengkan kepalanya sambil menegak minumannya.
“Aku rasa lebih dari itu Bro,” kata Oman dan dia mengeluarkan satu map berisi data yang sudah dia rangkum. Rasyid membuka map itu dan melihat ada foto keluarga besarnya dan satu orang yang tidak dia kenali.
“Keanehannya adalah semua data soal silsilah keluarga Barrack Ar Madin seakan dihapus dari peredaran, sedangkan kondisinya Tuan Barrack yang tak lain adalah kakekmu itu pengusaha handal yang membuat Ar Madin dikenal seperti sekarang,” jelas Oman.
Rasyid memandang foto yang nampak agak usang dengan wajah yang tak begitu jelas. Reno mengintip apa yang Oman temukan dan penasarannya tinggi untuk ikut membaca.
“Ini ga salah,” kata Reno dan Oman diam melihat reaksi Rasyid yang kepo dengan apa yang Reno temukan. “Kamu kudu baca ini deh,” kata Reno menunjukkan satu lembar data yang dia baca.
“Barrack Ar Madin yang dikenal sebagai pengusaha handal ternyata pernah melakukan satu tindakan tak terpuji yang membuatnya bebas dari jerat hukum. Meskipun pengacaranya mengatakan tindakan yang dilakukan kliennya itu tanpa sengaja, tapi saat itu dia mengerti bagaimana cara menutupi kebenaran dengan para penegaknya,” kata Reno membacakan isi kertas itu.
“Jerat hukum apa maksudnya?” gumam Rasyid.
“Nah, itu yang aku maksud seakan dihapus, jadi aku meneliti artikel tahun yang sama, tak ada yang muncul seakan artikel itu sudah ditarik dari peredaran dan hal itu bukanlah hal yang sulit bagi kakekmu kan?” kata Oman.
“Tunggu dulu,” Rasyid menjeda ucapan Oman dan membaca dengan cepat kertas yang dia pegang. “Kakek bekerja bersama dengan Lincoln Alexander sebelum memutuskan untuk mendirikan Ar Madin grup. Tapi saat Ar Madin grup sukses, Lincoln tak diketahui keberadaannya,” Rasyid membaca ulang sambil menatap Oman.
“Found something heir Ar Madin,” tantang Oman.
Rasyid meletakkan kertas itu kembali dan mengambil minum. “Jika Lincoln itu masih ada hubungan darah dengan Marques, aku paham kenapa dia begitu membenci Ar Madin,” kata Rasyid tenang.
Semua orang yang ada di sana kecuali Oman tampak kaget dengan kesimpulan yang Rasyid kemukakan, apalagi Oman langsung menarik satu sudut bibirnya pertanda jika yang dia katakan itu tak salah.
“Aku hanya tinggal mencari bagaimana semua itu bermula dan jika kita tahu semua itu tentu saja ini akan berakhir dengan mudah bahkan lebih mudah dari bayangan kita,” kata Oman yakin.
“Jika memang seperti itu, lalu bagaimana dengan kasus Nima,” ucap Dika yang masih tak mengerti bagaimana kaitannya semua ini.
Oman menghela napas, “Itu juga yang masih aku selidiki, apa yang sebenarnya Nima tahu sampai dia mengalami hal ini, tapi jika melihat dari bagaimana cara Marques, meskipun mustahil tapi mungkin saja dia pelakunya, jika menurutnya Nima itu membahayakan,” kata Oman.
Rasyid yang mendengar kata Nima disebut ada rasa kesal dan amarah yang masih melingkupinya. “Itu yang harus kamu cari tahu dulu bagaimana Nima bisa kehilangan nyawanya dan vonis kecelakaan itu terlalu aneh,” geram Rasyid.
Hening.
Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai Oman kembali bersuara membuat semua orang kembali menaruh perhatian kepadanya.
“Kita memang harus mengandalkan Zamora, termasuk peringatan Zamora terakhir kali itu tak boleh dianggap remeh,” kata Oman.
Reno menatap Oman, “Kamu udah ketemu Zamora?” tanya Reno balik dan Oman menatapnya, “Beberapa waktu lalu saat kita di Italia karena kasus Bassil. Tapi sayangnya dia bukan orang yang mudah kita mintai tolong, jadi setidaknya kita harus mencari cara untuk mendapatkan kepercayaannya,” jelas Oman.
Reno menghela napas, “Dari yang aku dengar dia akan membantu jika memang itu diperlukan, jadi kalau dirasa kita masih mampu melakukan sendiri kayanya sih dia ga bakal mau bantu,” jelas Reno.
Rasyid menatap bingung kedua sahabatnya ini, “Kok kayanya kalian paham banget sih dia modelnya gimana sedangkan aku baru pertama ketemu dia aja kemarin udah ga simpatik,” keluh Rasyid.
Oman dan Reno tak berkomentar mendengar keluhan Rasyid membuat pria tampan itu kesal dan menegak minumannya begitu saja.
“Baca semua yang aku dapat, dan jangan salahkan aku kalo nanti kamu bakal butuh bantuan seorang Zamora. Bukan karena aku ga sanggup ngerjain sendiri tapi apa yang dilakukan Marques itu susah ditebak,” kata Oman.
Rasyid kembali melihat kertas yang ada di sana sampai dia tahu ada foto Priandita Sanjaya. “Kok ada Priandita di sini?” tanya Rasyid penasaran.
Dika mendekati Rasyid dan mengambil kertas yang ada di dekat foto itu. “Gila ini sih,” komentar Dika. Semua menatap Dika penasaran.
“Kalo Priandita alias Andi ini jadi perwakilan Marques di Indonesia itu artinya si Andi masuk dalam kategori orang kepercayaan Marques. Dia yang bisa jadi perantara kita untuk ketemu sama Marques, bener ga?” analisa Dika.
“Ketemu Marques buat apa?” timpal Reno bingung, kenapa mereka harus bertemu dengan Marques. Dika menghela napas, “Rasyid mau ketemu tuh sama Marques, mau nego katanya,” ucap Dika sembarang.
Oman dan Reno saling pandang dan menatap Rasyid. “Elu serius?” kata Oman masih tak percaya.
Rasyid hanya mengangkat bahunya, “Mungkin dengan dia melihatku jadi terkesima dan membatalkan semua rencana yang akan dia lakukan untuk menghancurkan kita,” kata Rasyid mendadak absurd.
Loka menyemburkan minumannya karena kaget dengan ucapan Rasyid tapi tak lama Reno juga tertawa membuat Rasyid menatap keduanya tak suka.
“Gue ga lagi ngelawak kenapa elu pada ketawa dan hina gue,” kesal Rasyid tapi Reno makin terbahak dan Oman menggelengkan kepalanya tak percaya jika kepintaran Rasyid mendadak pudar gegara masalah ini.
“Cuma ga dapetin satu cewek aja udah bisa bikin kepintaran pewaris Ar Madin luntur,” ledek Oman membuat Rasyid melotot.
“Siapa maksudmu, aku? Sorry Bro, kepintaranku masih melekat kuat, kalo enggak mana mungkin aku paham semua drama kehidupan ini,” kata Rasyid sombong.
“Dan cewek mana yang kamu maksud itu? Jangan membuat situasi makin keruh,” kilah Rasyid. Reno menatap Oman saling memberi kode.
“Ceweknya sih kebetulan banget lagi kalian rebutin berdua yang minggu depan bakal nikah,” kekeh Oman membuat kedua pria itu terbelak.
“Asmara,” lirih keduanya hampir bersamaan.
Dika yang mendengar nama itu kemudian teringat sesuatu dan dia serius membaca semua data yang ada di hadapannya dan berkali-kali membaca apa yang dia temukan. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Edgar.
Asisten Rasyid itu mengajukan beberapa pertanyaan dan kepastian data dengan yang Oman miliki. Tingkah laku Dika mendapat perhatian dari Oman.
“Apa ada yang terlewat?” tanya Oman.
Dika menggeleng, “Tapi sepertinya aku paham siapa yang Marques maksud,” kata Dika pelan membuat Rasyid dan Reno menaruh perhatian kepadanya.
“Maksudnya gimana?” tanya Reno.
“Jika saat ini Marques mengincar Abra melalui jaringan lain yang nantinya membuat keluarga kamu bergantung kepadanya atau kepada Ar Madin. Dan tentu saja serangan itu tak hanya kepada perusahaan yang kalian miliki tapi juga kepada orang terdekat yang kalian sayangi,” asumsi Dika.
Reno memikirkan siapa orang yang mungkin mendapatkan imbas dari hal ini. “Gladis,” gumam Reno pelan dan Dika mengangguk mantap.
“Untuk menghancurkan Abra dia tak hanya mengincar kekuasaan dan uang yang kalian miliki apalagi Reno memiliki Sabra yang nantinya bisa membantu, tapi dia tahu kelemahanmu yaitu Gladis, orang yang kamu sayangi dan dia pasti akan mencari celah melalui Gladis untuk melemahkanmu,” jelas Dika.
Oman memutar otaknya, “Dan jika Marques mengatakan kepada Rasyid, Bassil hanya percobaan, siapa yang akan diincar kali ini?” tanya Oman sekaligus memikirkan berbagai kemungkinan.
“Laila,” celetuk Reno tapi Dika menggeleng.
“Marques tahu Laila dan Rasyid hanya menikah karena urusan bisnis dan sikapnya kepada Laila karena rasa peduli bukan kasih sayang seperti yang kamu lakukan kepada Gladis,” kata Dika yakin.
“Awalnya itu adalah Nima, tapi di saat yang sama Marques bisa juga dikatakan mengenal Nima meskipun tak dijelaskan hubungan apa yang melingkupi keduanya. Pesan terakhir Kendra, hati-hati jika sudah mengakses semua informasi mengenai orang terdekat, karena Marques bisa melakukan hal yang sama. Ada satu nama yang baru saja membuat otakmu jungkir balik,” jeda Dika menatap Rasyid tajam.
******