Chapter 72

1284 Words

Keesokan paginya, Tengku Ammar meminta pelayan membawakan sarapan ke kamar. Dia tau Ratih tidak akan bisa bangkit hari ini. “Tetap di rumah, jangan pergi bekerja hari ini.” Putusnya ketika melihat Ratih masih meringkuk di dalam selimut. Tengku Ammar tiba-tiba mengulurkan tangan dan mencubit wajahnya. Ratih segera berteriak panik. “Cukup, aku sudah mau mati.” Pintanya dengan wajah memelas. Tengku Ammar tersenyum dan menariknya ke dalam pelukan lagi. “Aku punya deadline mendesak.” Bisiknya di telinga Ratih. “Ap…Apa itu?” Ratih segera menjadi gugup. Melihat ketakutannya, Suasana hati Tengku Ammar menjadi sangat baik. “Bayi.” Jawabnya singkat namun matanya menatap Ratih penuh minat. Ratih melihat jam dinding dengan perasaan ngeri, separah inikan konsekuensi memancing kecemburuan pria i

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD