Sebelas

1026 Words
Klarisa mengubah raut wajahnya menjadi teduh. Ia menundukkan kepalanya, ia takut untuk mengatakannya. "Damian mencium aku, mommy. Ia sangat rakus melahap habis bibirku tanpa memberiku sedikit udara. Benar-benar jahat." Ucap Klarisa dengan menggebu-gebu sambil menggembungkan pipinya, menatap laki-laki di sebrangnya dengan sebal. Damian bernapas lega. "Damian apa kamu tidak bisa lembut dengan Klarisa?" Tanya Emelly menatap Damian dengan tajam, begitu juga dengan Felish. "Damian itu tandanya hebat, Klarisa. Memberi perasaan tersendiri saat mencium, iyakan?" Ucap Frans mengerling jahil kepada cucunya dan Gabriel mengangguk setuju atas ucapan ayahnya. Ah Klarisa benar-benar salah mencari topik pembicaraan. Menurutnya ini sudah memasuki obrolan orang dewasa. Dan tidak sepantasnya ia mendengar hal ini. "Ahhh tidak-tidak Klarisa hanya bercanda jangan membahas ini lagi, aku malu." Ucap Klarisa dengan pipi yang sudah memerah seperti tomat. Klarisa meminum strawberry shakenya sampai tersisa setengah. Tiba-tiba atmosfer disekitarnya berubah menjadi panas. Damian mengulum senyum melihat tingkah Klarisa. Harimau ini tidak berkutik selain dikandangnya, pikirnya. "Sudah mom, dad, grandma dan grandpa jangan mengganggu Klarisa. Lihat pipinya sudah bersemu merah. Biarkan ia makan dengan tenang." Ucap Damian yang sejujurnya merasa kasihan dengan gadisnya. Takut terkena serangan jantung mengingat Klarisa yang apa-apa melibatkan detak jantungnya. Seperti saat ini mungkin jantung Klarisa akan lepas sebentar lagi. Mereka akhirnya makan dengan tenang, Felish sesekali bertanya soal hari wisuda gadis itu. Begitu juga dengan Emelly yang mulai membujuk agar Klarisa mau ikut ke salon kecantikan setiap minggunya untuk menemani dirinya merawat diri. Sedangkan yang laki-laki hanya diam saja mendengarkan. "MOMMY!" Seorang gadis yang sangat manis berlari menghampiri Emelly dengan senyum yang merekah. Ia memeluk Emelly dengan sangat erat. "Mommy, Queen mendapatkan nilai A+ untuk les piano hari ini." Ucap gadis itu dengan riang menunjukkan selembar kertas hasil tes ujian yang diadakan setiap minggi untuk melihat perkembangan muridnya. Queen Raquela Wilson. Adik yang umurnya terpaut jauh dengan Damian. Saat ini ia bersekolah di Wilson High School, sekolah milik keluarganya. Umurnya kini baru menginjak 13 tahun dengan bola mata yang sama persis dengan milik Damian. "Wah pintar sekali anak mommy." Puji Emelly mengelus rambut Queen dengan sayang. Queen sangat bahagia dan bersemangat memberitahu nilainya kepada semua orang yang ada disini, ia adalah gadis yang menomor satukan pujian dari orang lain sebagai hasil dari jerih payahnya. Sampai Queen menatap Klarisa dengan pandangan bingung. "Ini siapa mom?" Saat resepsi pernikahan Damian dan Klarisa, tentu saja Queen tidak hadir makanya ia tidak mengetahui jika gadis didepannya ini adalah istrinya Damian. Yang ia tau hanya Damian yang sudah menikah, itu saja. "Kenalin, aku Klarisa Vanaya, istrinya Damian." Queen membulatka matanya. "ASTAGA KA VANAYA?! TERNYATA JAUH LEBIH CANTIK DARIPADA DI MEDIA SOSIAL!! KAKAK JADI HOT NEWS DI SEKOLAH AKU!" Mereka yang ada di ruangan ini menatap terkejut, bagaimana bisa? Bahkan Klarisa juga terkejut. "Maksud Queen apa?" Queen meraih ponselnya yang berada disaku atas bajunya dan mulai membuka aplikasi yang paling menjadi candu semua orang, **. "INI KAKAK KAN?" masih dengan teriakan histerisnya Queen bertanya kepada Klarisa sambil menunjukan ponselnya yang kini menampilnya profil dirinya di **. "Iya itu aku, Queen. Ada apa?" Tanya Klarisa kebingungan. Pasalnya ia saja tidak tau jika Damian memiliki seorang adik. "ADUH KAKAK TUH JADI PANUTAN PARA GADIS DISEKOLAH AKU KARENA KAKAK CANTIK BANGET!! DAN SEKARANG SEORANG KLARISA VANAYA ITU ADALAH KAKAK IPAR AKU WOW!" Teriak Queen heboh sambil berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Ia tidak sabar menjadi hot news kedua disekolahnya setelah Klarisa. Damian hanya memaklumi sikap adiknya yang sangat berlebihan itu, dasar remaja. "Queen lucu ya sampai aku gak ngerti apa yang dia bicarakan barusan." Ucap Klarisa lagi-lagi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Queen memang remaja yang berlebihan." Gumam Damian. ... "Saya pikir kamu akan bilang ke mommy dan yang lain tentang Valleri." Ucap Damian yang kini mengelus puncak kepala gadisnya yang tengah bersandar di dadanya. "Tidak. Lagipula untuk apa?" Damian merasa beruntung memiliki istri seperti Klarisa. Selain pengertian ia juga berfikir dewasa, tidak pernah mengungkit masalah atau bahkan memperpanjang masalahnya. Damian mengerti dan sangat paham dirinya sudah sangat kelewatan. Tapi dengan mudahnya Klarisa memaafkannya? "Saya sangat beruntung memilikimu, Clay. Sangat beruntung." Klarisa tersenyum hangat. Baginya, ia juga sangat beruntung memiliki laki-laki seperti Damian. Hidupnya sangat tercukupi, dan Damian sangat melindunginya. Walau Damian itu gila kerja, tapi saat sudah bersamanya ia akan melupakan sejenak pekerjaannya. Ia mendapat kasih sayang yang melimpah. Seperti saat ini, Damian masih nyaman dengan posisi Klarisa yang seperti ini tanpa niatan untuk bangkit dan kembali ke ruang kerjanya yang sudah di desain sedemikian rupa. "Dan aku berkali-kali lipat merasa bangga memiliki laki-laki sepertimu." Ucap Klarisa sambil berdiri melepaskan pelukan hangat Damian pada tubuhnya. Ia mengambil potret Damian yang sangat menggemaskan hanya dengan memakai kaos biasanya. Karena Damian saat memakai jas terlihat sangat menyeramkan.  "Apa aku boleh memposting foto kamu di akun ** ku?" Tanya Klarisa sambil kembali duduk di samping Damian. Ia menatap Damian penuh harap. "Apapun untukmu." Klarisa memekik senang. Lalu mulai mencari foto Damian yang menurut dirinya pantas dan terlihat menggemaskan. Ia mulai memposting salah satu foto Damian yang mengundang banyak like dari para penggemar dan juga melimpahnya komentar dengan beberapa ekspresi yang mendukung hubungan mereka.  Klarisa membelalakkan matanya, ia cukup terkejut karena keluarga Damian ikut berkomentar mulai dari mommy, daddy, bahkan Queen juga ikutan. Tidak perlu ditanya bagaimana detak jantungnya saat ini.  Damian yang melihat itu hanya terkekeh. Merasa lucu dengan ekspresi Klarisa yang sekarang. Rasanya ingin tertawa terbahak-bahak namun ia masih menahannya. "Biarkan saja, nanti saya yang balas komentarnya." Ucap Damian yang sudah sangat paham kebiasaan Klarisa, tidak pernah membalas komentar orang lain di akun Instagramnya. "Tidak, akan ku balas." Setelah menjawab beberapa komentar dari keluarga Damian, Klarisa merengek minta keluar rumah dengan alasan bosan dengan menu makan yang di buat Eric, padahal sudah sangat jelas itu hanya alasan. Tidak dapat dipungkiri Eric selalu memperhatikan kualitas masakannya bahkan ia selalu menghidangkan menu seimbang untuk majikannya. "Aku tau kamu berbohong. Tidak perlu berbohong jika ingin makan diluar, sayang." Ucap Damian sambil mengecup puncak kepala Klarisa dengan sayang. Klarisa tersenyum malu. Niatnya hanya ingin menghabiskan waktu bersama Damian di luar rumah. Sekalian menghirup udara luar yang terasa sangat melegakan. Ia memeluk lengan Damian, menyembunyikan wajahnya pada d**a bidang laki-laki itu. Ia sangat malu, astaga! "Jangan seperti itu, Damian. Aku malu." Damian meraih dagu Klarisa, menatap dalam wajah gadisnya yang memang sudah seperti kepiting rebus. Ia langsung melumat bibir Klarisa, kali ini sangat lembut. Menyalurkan rasa sayangnya yang hadir dalam tempo waktu yang terbilang cepat. Ah, bahkan untuk jatuh cinta tidak memerlukan waktu yang lama. // Next chapter... ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD