BAB 16

1395 Words
Sekarang suasana yang tidak mengenakkan terjadi antara Luna dan Dean di dalam mobil selama perjalanan menuju ke kota. Dean sedang kalut dengan pikiran tentang pekerjaan dan juga konflik internal yang terjadi di mansion miliknya itu, sedangkan Luna sedang berpikir apa yang akan dilakukan Dean kepadanya, Luna masih was-was jika Dean benar-benar ingin membunuhnya. Pandangan Luna terfokus ke luar jendela mobil dengan bersandar pada bangku mobil dan kepalanya yang dempet ke arah jendela. Ia menikmati sekali pemandangan di luar yang sedang gerimis, ternyata selama ia tertidur keadaan di luar hujan deras, maka dari itu jalanan yang ia pandangi sekarang sangat basah. Luna juga penasaran dengan lokasi sebenarnya mereka sekarang ini ada dimana, semenjak keluar dari mansion milik Dean yang megah itu, Luna hanya melihat pepohonan sepanjang jalan, tapi anehnya tempatnya sangat bersih dan bahkan sudah di aspal, padahal tidak ada satupun kendaraan yang lewat daerah sini, hanya ada mereka di sepanjang jalan. Kemungkinan yang Luna pikirkan adalah bahwa Dean. tinggal di kawasan hutan dengan sengaja untuk mengurangi pergerakan musuh yang mungkin saja dapat menyerang Dean dengan mudah jika ia tinggal di perkotaan. “Sebentar lagi kita sampai ke toko pakaian, aku akan membelikannya untukmu, kau tinggal pilih pakaian yang kau sukai.” Dean tiba-tiba bersuara yang membuat Luna sedikit terkaget, itu karena suara serak dan dalam khas bariton miliknya. “Oke, baiklah.” Luna langsung setuju untuk menghindari masalah, sebenarnya ia ingin menolak, tetapi sifat keras kepala Dean pasti sangat susah dikalahkan olehnya. Tidak lama dari perkataan Dean, langsung terlihat lampu-lampu terang dan ternyata mereka sudah mulai memasuki wilayah pinggiran kota. Anehnya itu bukan kota tempat Luna tinggal, berarti mansion berada di tempat lain dan mungkin negara lain dari tempat Dean mencurinya. Dean memberhentikan mobilnya secara perlahan, Luna melirik ke jendela sebelah kirinya, matanya menerawang pemandangan di luar. Di sana terlihat toko baju yang cukup besar, satu bangunan tetapi terdiri dari tiga lantai dengan luas yang proporsinya pas dengan tinggi bangunan itu. Bangunan itu bewarna putih dengan ada unsur warna emasnya, setelah menerawang puas Luna beralih melihat nama tempat itu, “Leandra Franzeto” gumam Luna membacanya. “Nama yang tidak asing,” ucap Luna. Pintu mobil Luna terbuka, Luna menatap siapa yang membukakannya, ternyata seorang pelayan pria yang menunggu bagian depan toko pakaian itu. Luna membalas tersenyum kepada pelayan pria itu dengan kakinya yang melangkah keluar, saat sudah menginjak bumi kembali Luna mulai menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri meneliti tempat itu, tentunya tidak lupa mencari keberadaan Dean yang tiba-tiba tidak terlihat. “Kau mencariku?” tanya Dean yang suaranya tiba-tiba terdengar dari arah depan. “Ah rupanya kau disini,” ucap Luna dan mengangguk. Mau bagaimanapun Luna harus bertindak secara alami dan tidak terlalu menunjukkan alternya yang lain, itu akan ribet urusannya jika ia tidak pandai mengontrol sikapnya. Luna berjalan mendahului Dean untuk masuk ke toko yang sudah jelas isinya barang mewah, Luna juga yakin ini toko merupakan milik keluarga Dean, atau milik klien yang sangat dekat dengan Dean. Saat Luna memasukinya, langsung terpampang jelas barang-barang yang sangat mewah, hal itu berbanding terbalik dengan pakaian Luna sekarang yang sangat terlihat seperti gembel jalanan. Luna tidak merasa minder, karena sebenarnya ia lebih nyaman berpakaian biasa saja dan tidak terlalu mencolok, Luna seperti sekarang ini sebenarnya itu dikarenakan Dean yang sempat membuatnya sedikit menjadi berantakan. Padahal Luna sendiri merupakan tipe yang memakai apapun di tubuhnya, maka pakaian itu akan terlihat menjadi berkelas. “Kalau ada yang kau suka langsung bilang saja ke mereka, aku ada urusan sebentar dengan manajer di sini, apa kau tidak keberatan jika kutinggal?” Dean bertanya dengan nada lembutnya, tidak biasanya ia mengeluarkan nada seperti itu, Luna langsung merinding mendengarnya, tapi ia harus menutup keterkejutannya itu. “Baiklah,” jawab Luna singkat dan langsung mulai pura-pura memilih pakaian. Saat Dean sudah pergi menuju lantai atas, Luna melirik untuk memastikan, helaan napas panjang terdengar dari Luna. Ia langsung mengubah ekspresinya menjadi seperti biasa, bukan ekspresi polos yang harus ia keluarkan kali ini. Luna berjalan dengan mengambil baju yang menurutnya harus ia beli saat ada kesempatan. Luna mengambil sekitar 25 pakaian hanya dalam semenit, saat sudah merasa puas, Luna berbalik menghadap kepada pelayan yang mengikutinya. “Aku sudah selesai, apa bisa aku pakai sekarang?” tanya Luna dengan nada angkuh. “Maaf, anda harus menunggu, kami akan mengeceknya terlebih dahulu dan memberikannya kembali.” Seorang pelayan wanita membungkuk kepada Luna. “Anda? Apa kalian diajarkan beretika? Kau tidak lihat aku pergi bersama siapa? Hah? Berani sekali kau berkata seperti itu.” Luna terlihat marah dan mengarahkan jari telunjuknya ke kening pelayan wanita yang ada di depannya dengan sekeranjang baju dibawa olehnya. Luna menolakkan kepala pelayan itu dengan pandangan jijiknya, “Apa kau harus diajarkan sopan santun sekali lagi, ya?” Luna menampar dengan kuat pelayan itu dalam sekejap, pelayan itu sedikit terperanjak karena terkejut akan tindakan Luna. Tamparan Luna itu benar-benar kuat, pelayan lain yang berada di ruangan itu bahkan sampai tidak berani mendekat, bekas yang diberikan Luna pada pelayan itu benar-benar merah, bahkan sepertinya pembuluh darah kecil di area pipinya pecah sehingga langsung menimbulkan memar. “Kau tidak menjawab pertanyaan ku sialan!” Luna berteriak dengan sangat kuat. “Kau tidak tau aku pergi dengan siapa? Jawab aku!!” teriak Luna semakin melengking dan menjadi-jadi. Pelayan itu mulai terisak dengan air matanya yang sudah mulai keluar, “Maafkan saya Nona, Tuan yang bersama Nona itu adalah Tuan muda dari keluarga Mailler. Maafkan saya kalau sayang lancang, saya tidak tau kalau Nona ada hubungan dengan Tuan Dean.” Luna menendang kepala pelayan itu dengan sepatu keras miliknya itu, “Tidak tau? Apa pekerjaanmu sekarang benar-benar hanya permainan konyol bagimu? Baiklah, kali ini akan kumaafkan, lain kali aku melihatmu melakukan tindakan tidak sopan. Kau akan jadi makanan babi hutan, paham!!” Luna kembali berteriak dan pelayan itu mengangguk kuat. “Cepat bereskan pakaian milikku ini, sekarang!” teriak Luna dan seluruh pelayan yang ada di sana langsung bergerak dengan gesit melayani Luna. Luna merasa bersyukur saat itu tidak ada tamu lain selain dirinya, jadi ia tidak perlu menutupi hal apapun setelah kejadian tadi. Saat pelayan lain sibuk mengurusi pakaian miliknya, Luna berjongkok untuk menahan pelayan wanita yang tadi diserangnya. “Kau pasti tau kan Dean itu orang yang seperti apa? Aku tanya, dia orang yang seperti apa?” Luna mencoba menggiring jawaban yang akan dilontarkan oleh pelayan itu melalui bibir mungilnya yang sudah berdarah. “Setau saya Tuan Dean merupakan anak dari salah satu Mafia besar yang ada di kota ini, bahkan kuasanya melampaui setengahnya negara di dunia. Ia juga seorang yang sangat dominan dengan harta yang tidak terhingga, salah satu perusahaan besar publik yang sedang dijalankannya dan mendapatkan citra publik kuat adalah Artery Corporation. Hanya itu yang saya tau.” Luna langsung bangkit setelah jawaban pelayan itu selesai dan menuju meja kasir untuk mengambil pakaian yang akan dipakainya. Luna mengambil dress merah selutut dengan desain mengikuti lekuk tubuh pemakainya, itu akan sangat cocok dengannya. Luna mulai melepaskan pakaiannya di sana tanpa pergi ke ruang ganti. “Kenapa? Apa ada masalah?” ketus Luna saat ada yang ingin melarang tindakannya tersebut. Luna yang tidak menggubris dan peduli membuat semua pelayan yang ada di sana berusaha untuk tidak bertemu tatap dengannya dan mengalihkan pandangannya. Luna sebenarnya tidak ke ruang ganti karena malas, ia juga memakai dalaman, untuk apa yang lain terlihat seakan dirinya melakukan dosa besar. Hanya dalam 30 detik, Luna langsung selesai mengganti bajunya yang tadinya hanya memakai dress putih lusuh di bawah kaki, menjadi dress merah di atas lutut dengan desain yang mahal. Hal itu tentu membuat aura Luna berubah dan menjadi lebih fancy. “Aku sudah selesai, sebenarnya kenapa kalian memalingkan pandangan? Aku yakin kalian juga sering melihat orang mengenakan bikini di pantai kan? Apa bedanya denganku? Yasudah, bungkus semua pakaian yang aku pilih tadi. Aku akan keluar untuk mencari udara segar, kalau Dean bertanya aku pergi ke mana, jawab saja aku pergi untuk merias diri.” Tidak ada yang menentang perkataan Luna. Saat Luna sudah meninggalkan tempat itu, semuanya merasakan aura segar dan perasaan lega, akhirnya mereka selesai dengan penderitaan itu dan beristirahat sementara? Hal itu karena yang memiliki sifat seperti Luna ada sangat banyak, tentunya itu memusingkan mereka semua. Saat Luna sudah keluar dari toko itu, ia langsung merasakan kesegaran udara dari luar, udara bersih karena baru saja hujan. Ia dengan perasaan senangnya pergi berjalan salon untuk merias dirinya. Sampai tanpa sadar ada yang berdiam-diam mengambil foto Luna dari kejauhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD