Bab 10. Jangan Jatuh Cinta Padanya

1115 Words
Usai pertolongan yang dilakukan oleh Carlos, Bella mengajak Carlos untuk ngopi di depan kontrakannya. Bella yang tadi sempat kacau gara-gara kedatangan Roberto, sekarang sudah menjadi lebih baik. Wanita itu benar-benar membuatkan Carlos makanan dan kopi sebagai rasa terimakasihnya pada pria yang sudah menyelamatkannya itu. "Kakak, silahkan dimakan cemilannya dan diminum kopinya. Aku harap ini sesuai dengan seleramu," ucap Bella sopan. Wanita itu tersenyum lembut, selembut perkataanya dan sepolos wajahnya. Mereka sudah memutuskan untuk bicara informal dan Carlos mengizinkan Bella memanggilnya kakak agar mereka bisa lebih akrab. Melihat Bella, Carlos jadi teringat dengan adik perempuannya yang sudah tiada dan dia tidak masalah jika Bella mau menjadi adiknya. "Terimakasih, Bella. Aku akan sangat menikmatinya." Carlos menerima yang disediakan oleh Bella dengan senang hati. Cemilan dan kopi yang disediakan wanita itu juga tampak lezat dari kelihatannya. Mungkin, rasanya juga sama. Carlos mengangkat cangkir putih berisi kopi itu, kemudian dia menyeruput kopi tersebut pelan-pelan masuk ke mulutnya, menuju ke kerongkongannya. "Bagaimana rasanya, Kak?" Pria itu tersenyum tipis, setelah dia merasakannya kopi yang disuguhkan Bella kepadanya. "Enak sekali, sama seperti rupanya. Apa ini kopi buatanmu, Bella?" tanya Carlos yang membuat Bella senang dengan pujian pria itu. "Iya, aku membuatnya sendiri. Syukurlah kalau kakak menyukainya," kata Bella sambil memegang dadanya dan terasa lega. Kopinya disukai oleh Carlos. Ternyata dibalik wajah datar dan menyeramkan Carlos, pria itu tidak semenyeramkan wajahnya. Carlos dan Bella pun mengobrol sambil menikmati cemilan, juga indahnya malam ini di teras kontrakan kecil-kecilan itu. "Oh ya kak. Ngomong-ngomong,apa yang sedang dilakukan oleh tyan saat ini?" tanya Bella yang tiba-tiba saja teringat dengan Leandro ditengah-tengah obrolan mereka. "Tuan ... dia pasti sedang bekerja sekarang," jawab Carlos sambil meletakkan cangkir kopinya ke atas meja. "Bekerja? Pekerjaan apa yang dilakukan oleh tuan, pada malam-malam begini?" Pertanyaan Bella kali ini tidak mendapatkan jawaban dari Carlos dan pria itu juga sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Bella. "Lebih baik kau tidak tahu apa-apa tentang tuan, Bella. Percayalah ... kau tidak ingin tahu." Carlos yang berucap demikian, malah membuat Bella semakin penasaran dengan yang dilakukan oleh Leandro. "Yang harus kau jaga adalah hatimu. Jangan sampai kau jatuh cinta padanya, jangan sampai kau terlibat dengan urusannya!" Bella mengerutkan keningnya, dia memicing menatap Carlos yang mengatakan hal aneh. Hal yang membuat dia malah semakin penasaran. *** Sementara itu, Leandro sedang berada di sebuah ruangan VVIP, salah satu kelab malam Las Vegas. Hingar bingar musik yang berada di luar ruangan itu, sama sekali tidak terdengar oleh orang-orang yang berada di dalam ruangan VVIP di sana. Sekarang Leandro sedang berada di sana untuk melepaskan penatnya, setelah dia selesai menyelesaikan salah satu urusannya dengan seseorang yang dia benci. Leandro selalu melampiaskan amarah dan penat di kepalanya dengan minuman, menyesap nikotin atau meminta dipuaskan oleh seorang wanita. Namun, Leandro tidak pernah sampai menyatukan tubuhnya dengan milik wanita-wanita yang disewanya itu dan Bella adalah wanita pertama yang benar-benar tidur dengannya, berciuman dengannya. Seperti apa yang dia lakukan saat ini, Leandro sedang meminta kepada salah seorang wanita untuk menuntaskan bagian bawah miliknya yang menegang. Wanita bergaun hitam itu tengah berjongkok di depan Leandro dan menghisap miliknya. Leandro tak segan-segan memukul, menampar, bahkan menyundut rokok pada wanita itu jika tidak bisa bekerja sesuai dengan keinginannya. "Jangan sampai terkena gigimu, sialan!" Leandro emosi, ketika dia merasakan gigi wanita itu menyentuh miliknya yang tegang. Dia langsung menekan kepala wanita itu pada miliknya semakin dalam. Mulut wanita itu semakin dalam menyesap miliknya dan membuat dia kelabakan. "Ukkh ... ukkh ..." Wanita bergaun hitam itu terlihat kesulitan bernafas, karena harus menahan diri dari Leandro yang tanpa ampun memintanya servis dengan kasar dan memaksa. Matanya berembun, menahan tangis, tapi ya harus bagaimana lagi? Kalau ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya sebagai wanita penghibur. "Ini benar-benar gila, kenapa dia tidak menyetubuhiku saja? Sampai kapan dia memintaku terus seperti ini? Mulutku sudah lelah dan keram." Wanita itu hanya bisa membatin, dia sudah tidak tahan lagi. Ketika si wanita gaun hitam sedang kesulitan di bawah sana, Leandro tengah mengingat sesuatu yang membuatnya marah hingga sampai di tempat ini. "f**k! AKU KELUAR ...," geram Leandro sambil menghela napas lega, setelah akhirnya dia mengeluarkan cairan vanila dari miliknya pada wanita itu. "Telan semuanya! Atau aku kurangi uangmu, lacur." Titah Leandro pada wanita itu yang akan muntah. Dia meminta wanita itu menelannya. Setelah puas, Leandro memberikan uang pada si wanita itu. Harga yang sepantasnya untuk servisnya. "Terimakasih Tuan." "Sial! Aku lebih suka ditiduri, daripada seperti ini. Mulutku benar-benar kaku," gerutu wanita gaun hitam dalam hatinya. "Pergi!" Wanita itu langsung paham dengan apa yang dikatakan Leandro kepadanya, dia melangkah pergi meninggalkan Leandro seorang diri di sana. "Anjing sialan! Kenapa si tua bangka itu tidak mati saja?" umpat Leandro yang entah tertuju pada siapa. Matanya sekarang penuh kilatan kebencian, tapi ketika wajah seseorang terlintas di kepalanya. Tiba-tiba hati Leandro merasa aneh. "Sialan! Kenapa aku memikirkan si wanita bodoh yang payah dalam berciuman itu?" Entah kenapa, dia jadi tidak sabar untuk hari esok dan bertemu dengan si wanita bodoh yang dimaksudnya itu. *** Langit gelap, kini telah berganti dengan langit yang cerah. Mentari telah menggantikan tempat bintang dan rembulan semalam di langit. Pagi-pagi sekali Bella sudah berangkat ke tempat kerjanya, dia meminta izin untuk cuti hari ini, karena akan bertemu dengan Leandro. Dia meminta tukeran dengan pegawai lain untuk sip malam. Bella bekerja sebagai pegawai restoran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sang ibu. Meski semua itu tak cukup untuk membayar biaya rumah sakit yang membuatnya harus pinjam ke sana kemari dan berhutang. Syukurlah, bos tempatnya bekerja sangat baik padanya. Dia diizinkan untuk sip malam, pegawai lain juga ada yang bersedia bertukar dengannya. Bella pun bisa tenang pergi ke rumah sakit untuk bertemu ibunya dan bertemu Leandro. Pagi itu, setelah Bella menjenguk ibunya. Bella pergi ke rumah Leandro bersama Carlos. Mansion mewah yang letaknya jauh dari pemukiman orang-orang itu, terlihat megah dan dikelilingi oleh beberapa orang dengan perawakan menyeramkan yang menjaga tempat itu. "Silahkan masuk Nona. Tunggu saja di dalam, tuan belum pulang," kata Carlos yang kembali bersikap formal, karena sekarang mereka berada di mansion Leandro. Bella dan Carlos sudah sepakat akan seperti ini. "Terimakasih." Hal pertama yang dilakukan Bella adalah pergi ke dapur, karena dia berpikir kalau Leandro pasti akan langsung makan siang ketika pulang ke rumah. Wanita itu berinisiatif memasak apa yang ada di sana, dia juga tak bisa menyuruh seseorang untuk memasak di sana. Sebab, tak ada pelayan satu pun di sana. "Nah sudah selesai! Jadi nanti tuan bisa langsung makan!" Bella menyimpan hasil makanannya di atas meja dan menutupnya dengan tudung saji. Tiba-tiba saja Bella mencium bau amis darah tak jauh darinya. Wanita itu pun membalikkan tubuhnya ke belakang dan melihat seseorang yang sudah berdiri di belakangnya. "Tu-tuan! Apa yang terjadi?" Kedua mata Bella terbelalak melihat apa yang ada di depan matanya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD