"Alar, Alardo!"
Rachel mengerutkan alisnya saat pria di depannya itu tak menyahut dan malah terfokus pada sesuatu di belakangnya. Tertarik, Rachel menoleh dan tersenyum tipis-mengerti objek di belakangnya menarik perhatian Alardo.
"Sepertinya aku harus pergi." katanya tiba-tiba, membuat pria di hadapannya melotot.
"Hah. Kenapa?" tanya Alardo.
"Tidak ada. Hanya aku berpikir kita telah selesai berbicara kan?" jawab Rachel.
"Kau janji akan menemaniku malam ini." Kata Alardo membuat Rachel terdiam sesaat.
"Sepertinya lebih baik lain kali."
Alardo menghela napas. "Tapi aku mau sekarang. Kalau begitu ayo kita pergi." Alardo ikut bangkit dari tempat duduknya. Tangannya bergerak menggenggam tangan Rachel dan pemandangan itu tak lepas dari pandangan wanita yang tidak lain Crystal.
Rachel protes. "Tapi-"
Alardo menggeleng-tidak menerima bantahan. "Tidak ada penolakan."
Setelahnya mereka pergi pun meninggalkan tatapan sendu seseorang yang tengah merutuki dirinya dalam hati.
Hentikan perasaan itu Crys, pria itu bukan siapa-siapamu dan tidak akan menjadi siapa-siapamu!
***
"Tuan mau ke mana?" Rolan tampak berjalan di belakang Nicholas, sang tuannya itu beberapa saat lalu dilihat menuruni tangga berjalan menuju pintu keluar.
"Keluar." Jawab Nicholas singkat.
"Boleh saya ikut?" tanya Rolan. Dan Nicholas menghentikan langkahnya, tanpa berbalik pria dengan style hitam-hitam itu menggelengkan kepalanya.
"Tapi tuan saat ini bukan dalam keadaan baik-baik saja-"
"Aku bisa menjaga diriku. Jadi stay di sini dan jaga mansionku, okey." Kata Nicholas mutlak.
"Baiklah," dan akhirnya Rolan menurut.
Nicholas mengangguk puas. "Good." Setelahnya kembali melanjutkan langkahnya. Di luar pria itu segera menaiki mobilnya yang sudah terparkir manis. Dan kemudian mobil pun melaju dengan kencang membelah jalanan.
***
Pukul 09.30 PM.
"Oke. Akhirnya tugas selesai malam ini. Akhirnya pulang juga." Ucap Caroline puas.
"Ayo pulang." Daby yang baru keluar langsung menarik Caroline dan di pinggir jalan mereka memberhentikan taksi.
Di perjalanan Caroline merasa jengah mendengar cerita Daby yang entah kapan berhentinya. Dari cerita pertama yang katanya ada seorang artis muda tampan mampir, sampai sahabatnya itu memuji habis-habisan dan berakhir patah hati karena sang pujaan datang bersama seorang wanita cantik yang sudah dua kali melakukan duet dalam MVnya dan kabarnya digosipkan berkencan. Tapi bila dibandingkan dengan Nicholas Matthew bagi Caroline tidak lah seberapa.
Oke, balik ke cerita Daby—Sahabatnya itu terus berlanjut membicarakan tetangganya yang katanya melahirkan dan Daby turut menemani persalinan itu dengan hati dag-dig-dug.
"Jadi bagaimana tetanggamu itu?" tanya Caroline.
"Persalinannya lancar dan bayinya cantik sekali."
"Perempuan."
"Ya. Saat pertama kali melihatnya aku langsung jatuh cinta bahkan berpikir ingin memilikinya." kata Daby dengan menggebu-gebu.
"Sebelum memiliki seorang bayi cantik dan tampan, terlebih dulu kau harus memiliki pasangan." Sahut Caroline yang terdengar mengejek.
Daby mendengus suram. "Itu tugas terberatnya. Semua laki-laki b******n, berengsek. Sulit untuk menemukan yang sempurna." kata Daby mendramatis.
"Kau pikir ini negeri dongeng yang kisahnya selalu semanis gula, tentu tidak. Cobaan hidup pasti ada terutama dalam kisah asmara."
"Ya, ya, ya, sepertimu yang selama ini selalu dikibuli lelaki." kata Daby yang langsung mendapat hadiah tabokan pelan di pipinya.
"Sialan!" Umpat Deby yang membuat Caroline melototkan matanya.
"Mulutmu ya!"
***
Nicholas menghentikan mobilnya saat melihat taksi di depannya berhenti dan keluarlah seorang wanita yang tampak berbicara dan tertawa pada seseorang di dalam mobil. Dan setelahnya taksi pun kembali melaju meninggalkan wanita itu seorang diri di tempat sepi itu. Dan dari arah belakang seorang pria berpakaian hitam-hitam dengan topi hitam menutupi wajah ikut memasuki gang yang tampak temaram itu.
Melihat itu, Nicholas bergegas keluar setelah sebelumnya sempat membenarkan letak hoddienya agar menutupi wajahnya, tidak lupa lelaki itu meraih sebuah masker hitam di kursi sebelahnya.
***
Dengan langkahnya yang terbilang cepat, Caroline merasakan perasaan cemas, panik, dan takut secara bersamaan. Bahkan jantungnya sedari memasuki gang terus berdebar tak teratur.
Kenapa pria di belakangnya terus mengikutinya?! Batin Caroline dengan tangan tampak meremas pinggiran tasnya.
Kemudian, Caroline yang tiba-tiba lari membuat si pria di belakangnya menggeram dan ikut berlari.
"Berhenti." Lelaki itu berhasil mengejar Caroline dengan mencekal pundak kanannya.
Dan Caroline yang memilih berontak, meraih tangan besar yang mendarat di pundaknya itu, membalik badan sambil Ia pelintir tangan itu sampai sang empu tangan kesakitan, lalu Caroline hempaskan secara kasar tangan tersebut, dan setelahnya Caroline berlari kabur.
"Aahhh Shitt!!" Si pria menggeram dan berlari mengejar sembari mengeluarkan umpatan kasarnya.
"Lepas! Lepaskan!"
Caroline berteriak kalap saat lelaki itu berhasil mengejarnya dan tanpa perasaan menghempaskan tubuhnya ke tembok.
"Kau berani juga ya!" Si pria menyeringai, membuat Caroline panik.
"Akhh.... Sakittt!!" Caroline berteriak kesakitan saat tangannya di genggam erat—sangat erat dan kasar.
"Perlawanan yang cukup bagus untuk bisa memelintirku, tapi sayang kau tidak akan bisa lepas dariku." Desis si pria dengan suara yang menurut Caroline mengerikan.
Dan kemudian sekelebat ide melintas di kepala cantik Caroline.
Ini pasti akan sakit! Batinnya meringis.
Buk
Caroline menubrukkan kepalanya pada kepala si pria yang langsung mundur dua langkah dan cekalannya terlepas. Dan rencana pamungkasnya, Caroline menaikkan lututnya dan dalam sekali hentakan tubuh si pria langsung merosot.
"Berengsek!!" ringis si pria kesakitan dengan tangan menyentuh area vitalnya yang tengah cedera.
Caroline tersenyum puas. Saat akan berlari kakinya malah tertahan kemudian tertarik kasar hingga tubuhnya mendarat sempurna di tanah membuat sang empu mengerang kesakitan.
"AKHH SAKIT!!" Ringisnya berteriak. Tubuhnya seakan tertimpa sesuatu—sakit sekali.
"Dasar wanita menyusahkan. Aku jadi kesakitan karenamu!" kata si pria yang tampak sudah terlihat tenang dari tiga detik setelah menerima serangan dari Caroline
"AKU PUN KESAKITAN KARENA ULAHMU!!" Balas Caroline berteriak membuat si pria sedikit terkejut kemudian terkekeh dengan respons Caroline.
"Ahh... LEPAS!" Caroline berteriak saat tubuhnya ditarik kasar untuk berdiri.
"Kau harus ikut aku. Ayo!"
Caroline yang lemah penuh kesakitan di sekujur tubuhnya mencoba melawan tapi tangannya malah dicengkeram dan ditarik paksa. Sampai akhirnya...
"Menyingkirkan dari wanitaku!" tubuh si pria terdorong kuat oleh seorang pria lain.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya si pria saat tubuh Caroline beralih menyandar padanya.
"Badanku sakit semua!" Sahut Caroline.
"Akhirnya kau muncul juga Nicholas." kata si pria.
Nicholas mengangkat sebelah alisnya. "Kau mengenalku?"
Si pria hanya tersenyum di balik topi hitam yang menutupi wajahnya itu. "Bagaimana dengan luka di perutmu!" tanyanya.
Tatapan dingin Nicholas semakin dingin mencengkeram mendengar ucapan pria di hadapannya itu.
"Jadi kau b*****h sialan itu."
Dan si pria hanya menunjukan smirk liciknya. "Tidak disangka tebakanku benar. Kau dan dia..." sahutnya lain, menatap bergantian Nicholas dan Caroline dengan tatapan misteriusnya.