Chapter 7 - Pengkliman mendadak!

1169 Words
"Hai, apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" desis Caroline meronta mencoba lepas dari rengkuhan tangan Nicholas di pinggangnya. "Caroline William," belum reda keterkejutan Caroline akan perlakuan tiba-tiba Nicholas, wanita itu di buat merinding akan ucapan yang mampir di telinganya. "Kau harus menjadi milikku!" "What are you say? kau mengigau ya!" Merasa amat heran, Caroline menyahut Nicholas dengan pertanyaan. Nicholas tersenyum tipis. Kemudian membalik tubuh Caroline menghadapnya. "You're beautiful, smart and seem to have a cheerful, brave soul, and this–" Jamari Nicholas mampir di bibir Caroline–menyentuh dan mengelus lembut bibir itu dengan sensual. "Aku suka. Kau mempunyai mulut yang tidak bisa diam tapi anehnya itu membuatku suka, hal baru yang ada pada dirimu membuatku tertarik. And yea, you must be mine!" Kedua mata Caroline melotot mendengar ucapan terakhir lelaki di hadapannya itu. "No, I'm not yours!" "Apa yang menjadi perintahku tidak bisa di tolak, beauty." Caroline menggeleng tidak percaya akan kalimat yang terdengar begitu mutlak itu. "Hai! Kau mengaur ya!" "Tatap mataku, apa aku terlihat mengaur, huh?'' desis Nicholas. Ohh, Pria ini sepertinya benar-benar tidak bercanda. Tatapannya sangat tajam dan penuh tuntutan. Caroline merasa tidak masuk akal, mereka hanya pernah bertemu dua kali dalam minggu ini, mereka asing—tidak saling mengenal, tapi pria ini tanpa basa basi langsung mengklaimnya. Tentu ini tidak benar! Meskipun pria di depannya ini tampan, bahkan sangat tampan seperti dewa yunani kudo—Well itu pendapatnya. Tapi di tahap ingin memiliki dirinya sepenuhnya bukanlah hal yang Caroline inginkan. "C'mon, it's not possible. Aku tidak mengenalmu dan begitu sebaliknya. Jadi, jangan sembarangan mengklaim seseorang. Hubungan kita selama seminggu ini hanya sebatas tersangka dan korban, tidak ada yang lain di luar konteks itu, oke. " "Kita belum selesai, beauty. Jangan harap kau bisa lepas dariku setelah kau menumbuhkan rasa sialan ini di hatiku. Kau harus bertanggung jawab!" desis Nicholas dengan nada dingin khasnya. "Kau tidak bisa begitu, apa yang harus aku pertanggung jawabkan?!" sahut Caroline kesal. Nicholas menampilkan smirk penuh maknanya membuat Caroline seketika merinding–senyuman pria itu tampak menakutkan sekaligus mendebarkan. Well, tentu saja karena tampang indah sempurnanya. "Mudah saja. Selalu berada di sampingku, dalam keadaan apa pun—well, lebih spesifiknya menjadi milikku." Caroline balas tersenyum sinis. "Dan sudah di pastikan bahwa Itu hanya sementara, sampai kau bosan dan pada akhirnya membuangku bak seonggak sampah yang tak berguna lagi, bukan?!" Tatapan Nicholas semakin menajam bak tatapan elang yang mengintimidasi mangsanya kala mendengar sahutan itu. Apa dirinya serendah itu bagi wanita? Sialan! Tapi mencoba menahan ngejolak amarah karena wanita di pelukannya ini berhasil menyinggungnya, Nicholas hanya melempar senyum miring dan tanpa di sangka, tangan panjangnya yang aga berurat dan berotot menarik pinggang Caroline sampai menabrak tubuh depannya yang keras. Caroline terhenyak akan pergerakan gesit itu, terlebih kepalanya menabrak d**a bidang lelaki di hadapannya itu-well, terasa aga keras sampai membuatnya meringis. "Mau membuktikannya, beauty? Akan aku pastikan kau menarik kata-katamu itu." Seperti mendesis, Nicholas yang memerangkap tubuh Caroline dengan mesra, menyahutkan balasannya tepat di samping kuping telinga wanita itu yang hanya bisa meneguk ludahnya sendirinya. *** Pukul 01.20 AM. Caroline dalam perjalanan pulang tampak menggerutu. "Apa pria itu gila?! Kenapa mengklaim seenak jidatnya saja!" Tetapi kemudian perempuan itu terdiam setelah mendumel akan pria yang beberapa saat lalu ditemuinya, Caroline langsung menepuk jidatnya sendiri setelah merenungkan sesuatu. Dalam jiwanya Caroline membatin. Tampan, pintar, cool, dan bukan dari kalangan biasa, berkuasa seperti seorang Raja yang sekali mengangkat tangannya untuk memerintah selalu terlaksana. Pria itu—perfect. Seharusnya kau menerimanya Caroline, sok naif sekali padahal kau juga menyukainya. Ingat, Nicholas itu tampan bahkan melebihi itu—well, kekuasaannya. Ingat saja rumah mewah nan luas yang kau pijak beberapa saat lalu. Kau bodoh karena menolaknya Caroline William. Batin Dewi serakah dalam tubuhnya menyalahkan jiwa real Caroline. Tidak kau sudah benar Caroline. Hiraukan jiwa si serakah itu. It's oke. Kau melakukan hal benar, terus waspada lah! Dewi batinnya yang kalem menyahut. "Ahhh, Bisa gila aku!" Protes Caroline pada dirinya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya saat tanpa di minta, pusing tanpa diundang mendatanginya. *** Pukul 03.15 AM. Caroline tampak siap dengan stylenya. Skinny jeans dengan kaus putih bergaris hitam bertangan pendek tak lupa kombinasi jaket kulit ia sampirkan di tangan kanannya. Dengan rambut tergerai juga makeup yang tidak terlalu tebal membuat perempuan itu tampak cantik. Dengan spokat hitam pita-pita di ujung puncaknya, Caroline berjalan keluar dari rumahnya. Tujuannya sekarang adalah pergi ke tempat kerjanya. Sesampainya. Caroline mendapati dua orang yang dikenalnya tengah berbincang di salah satu kursi pesanan. Rachel dan Alardo. "Hai, Caroline!" Rachel yang melihatnya melambaikan tangan dan Alardo yang berlawanan arah pandang, ikut menoleh ke belakang dan tersenyum padanya. "Kau tampak sudah baikan." Alardo membuka suaranya saat Caroline telah duduk di salah satu kursi di samping Rachel sedangkan Alardo di seberangnya. "Ya, terlalu larut dengan kesedihan pun tidak menyenangkan juga." Sahut Caroline sambil melirik sosok di sampingnya, yang langsung merangkul bahunya. "Yaps benar sekali. Untung aku bisa menyadarkanmu." Kata Rachel yang membuat Caroline mendengus tapi tawa menguar pelan dari mulutnya. "Ohya. Apa yang kalian bicarakan, tampaknya serius?" tanya Caroline kemudian membuka topik dari dua orang polisi dalam departemen kriminal itu. "Ada saja, dan juga itu bukan urusanmu." kata Rachel tersenyum tanpa dosa. Caroline mendengus. "Ya, ya, ya, terserah." "Caroline!" Carolina menoleh saat mendengar seseorang meneriaki namanya. Dan Caroline kenal suaranya, dan ternyata Daby, yang sekarang tengah berjalan menghampirinya. "Hai, kau cari mati. Lihat bos jelek dan galak itu terus menatapmu." Omel Daby setelah tepat berdiri di hadapan Caroline sambil menunjuk atasan mereka yang tengah memperhatikan dengan mata bulat tajamnya. Dan Caroline langsung meringis dalam hati. s**t! *** Sedangkan di kerumunan orang-orang terdapat seorang wanita cantik dengan kaca mata hitamnya. Wanita itu sepertinya bukan wanita biasa karena terus dikerumuni orang-orang banyak. Model, yaa seorang itu merupakan model papan atas dunia. Crystal Liu nama panggungnya, terkenal angkuh dan dingin. Keturunan asia eropa. Teriakan demi teriakan yang memekikkan telinga terus saja terlempar pada sang model yang terus saja memaparkan senyum formalnya. Mencoba berjalan di tengah kerumunan dengan dibantu beberapa bodyguardnya. Apa hubungan anda dengan CEO Stevano Grup? Dan satu pertanyaan dari entah siapa karena kerumunan fansnya itu sangat banyak, membuat langkah Crystal terhenti. Senyuman ramah yang ditunjukannya tadi terganti dengan senyum datar tapi sedetik kemudian tatapan datar itu kembali terganti oleh senyuman. Jadi benar anda terlibat asmara dengan Alardo Stevano? Mohon dijawab nona? Crystal berdehem canggung dan memilih tidak menjawab, kemudian melanjutkan langkahnya. "Urus berita itu! Aku tidak ingin sampai hubunganku dengannya tercatat media." Perintah Crystal saat sudah berada di mobilnya. Sedangkan di sebelahnya terdapat Relly, manajernya. "Baik, nona." Di perjalanan. Crystal bersuara dengan tangan yang tampak menyentuh perutnya. "Kita berhenti di kafe itu, aku lapar." kata Crystal menunjuk sebuah kafe yang tak jauh dari mobil mereka berjalan. Menit berikutnya, Crystal dan manajernya melangkah memasuki cafe, tak lupa dengan empat bodyguard di belakang mereka. Tapi langkah Crystal terhenti saat matanya melihat seorang pria yang sangat dikenalnya. "Aku jadi menyesal memilih cafe ini!" gumamnya yang lebih pada dirinya sendiri. Raut wajahnya tampak datar sekali melihat seorang pria tengah duduk saling berhadapan dengan seorang wanita.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD