Ketika malam tiba, kami sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam. Papa baru pulang dari kantor dan Devan adik ku sudah pulang dari rumah temannya. Maklum saja adik ku yang beranjak dewasa itu sedang hobi main game dengan teman-teman sebayanya.
“Kak, bagaimana sekolah mu ?” tegur Papa usai kami makan malam dan sudah pindah ke ruang tengah
“Baik Pa, sejauh ini tidak ada masalah.” Jawabku
“Papa dan Mama memberikan kepercayaan penuh terhadap mu. Tetap fokus sekolah jangan kebanyakan main. Harus seimbang agar kamu tidak stress dan lupa dengan tugas dan tanggung jawab mu.” saran Papa
“Iya Pa, pasti itu. Aku ingin melanjutkan ke perguruan tinggi favoritku. Maka aku berusaha keras agar nilai ku tetap bagus. Aku juga hanya main sekedarnya Pa jika memang ada waktu dan tugas sekolah ku bisa ku atasi.”
“Bagus itu nak, harus tetap begitu. Jangan habiskan waktu mu dengan hal-hal yang tidak penting.” ucap Mama
“Kakak boleh main tapi kalau aku yang main Mama ngomel terus sih !” Sahut Devan dengan cemberut meski tetap menatap layar televisi yang menayangkan kartun kesukaannya
“Kakak itu main tapi sampai rumah tetap belajar, kalau kamu dari pulang sekolah main sampai malam dan nggak pernah belajar. Nilai kmu juga parah hampir semuanya hanya batas KKM” sanggah Mama dan aku langsung menjulurkan lidah mengejek Devan
“Yang penting kan aku bisa naik kelas Ma dan nggak ada nilai merah “
“ Mama benar Dev, kamu harus banyak belajar. Jika kamu tidak terlahir pintar setidaknya kamu rajin maka akan jadi manusia cerdas. Tiru kakak mu...! Papa tidak membandingkan kalian, hanya saja Papa lebih suka anak-anak Papa berprestasi dan tidak menjadi manusia yang miskin ilmu “ jawab Papa
Aku hanya mengangguk dan ku lirik Devan di sebelahku hanya diam dan tak berniat menyahut lagi. Aku tau Devan agak jengkel setiap kali membahas masalah sekolah karena dari dulu dia selalu dibawah ku. Aku rasa wajar karena seusia Devan masih senang main dan cowok memang agak cuek dengan belajar.
Usai obrolan singkat kami, aku pamit untuk pulang ke rumah nenek. Jarak rumah keluarga ku dan rumah nenek memang dekat dan jalannya ramai jadi aku tidak takut ataupun khawatir jika harus pulang malam.
Sampai rumah, kulihat nenek dan kakek masih duduk di teras menunggu ku. Sudah biasa, selalu seperti itu jika aku belum pulang. Mereka akan selalu merasa khawatir jika aku belum ada di rumah meskipun mereka tau aku pergi kemana. Itu yang membuatku selalu pamit jika akan pulang terlambat dari biasanya.
“ Sudah pulang Nak ? Sudah makan belum ?” Tanya nenek
“ Sudah Nek. Bagaimana dengan kalian apa sudah makan ?” tanya ku sambil mencium punggung tangan nenek dan kakek bergantian
“ Kami sudah makan, Sev. Lekas istirahat besok sekolah” perintah kakek
Aku mengangguk dan tersenyum seraya mengikuti kakek dan nenek memasuki rumah dan segera menuju kamar untuk istirahat. Kebetulan tidak ada tugas untuk besok jadi aku tidak perlu susah payah begadang lagi. Buku sekolah juga sudah ku siapkan di meja tadi pagi, jadi aku hanya memasukkan ke dalam tas saja.
**
Pagi harinya selesai sarapan aku duduk di teras bersama nenek menunggu Tania menjemput ku. Setelah Tania datang kami pamit dan bergegas ke sekolah naik mobil Tania. Selama perjalanan kami isi dengan bercanda sambil menyanyikan lagu mengikuti radio di mobil. Hingga ketika kami sampai di parkiran, Tania memberikan kunci mobil padaku.
“ Eh kenapa dikasih ke gue kuncinya, Ta ? tanyaku bingung
“ Nanti Lo bawa balik dulu deh, gue nanti pulang lebih awal soalnya jam terakhir diskusi di luar gitu. Dan gue mau pergi sama Kenzo, dia jemput gue entar. Jadi Lo bawa aja mobil gue.” terang Tania
“ Tau gitu, gue bawa motor aja tadi Ta, Lo tinggal nebeng gue aja.” Jawab ku setengah jengkel bercampur cemburu
Tania hanya melenggang menuju kelasnya meninggalkan ku yang sudah sampai depan kelasku. Aku merasa sedikit.. yaa mungkin lebih tepatnya agak cemburu dengan Kenzo dan Tania. Akan kemana mereka ? hanya berdua ? dan ada urusan apa ? apakah kencan ? atau justru mereka sudah pacaran diam-diam di belakang ku ? Semua hanya ada di otakku tanpa berani menanyakan langsung dengan Tania.
“ Lo kenapa sih Sev dari tadi bengong aja ? Noh, Guru udah masuk.” tunjuk Aya dengan dagu
“ Gapapa Ya, gue cuma lagi badmood aja kok.”
“ Sama gue juga lagi ga minat pelajaran. Kita ke Kantin aja yuk ?” Ajak Aya
“ Lo mau alasan apa Ya ? gue nggak berani”
“ Ah tenang aja, palingan Pak Andreas cuma nyuruh kita rangkum buku lagi. Udah bisa kumpulin kapan-kapan pula.”
“ Yaudah terserah Lo deh Ya. Ikut aja Gue.” selorohku pasrah
Aya maju ke depan dan ijin keluar pada Pak Andreas, guru Bahasa Indonesia kami. Dengan mudahnya kami di beri ijin padahal menurutku alasan Aya sangat tidak masuk akal. Tidak tanggung-tanggung Tiara dan Risa pun ikut bersama Kami.Jangan tanyakan nana dan Alvi, mereka memang tidak masuk kelas dari tadi. Mereka memang tidak suka pelajaran Pak Andreas yang hanya selalu di suruh rangkum buku. Kami berjalan bersama menuju kantin, di pojok kantin tampak Alvi dan Nana, ada Akbar serta Andri juga disana. Kami beda kelas tapi kami saling mengenal.
“ Lo berdua udah nyempil aja disini ditengah-tengah anak IPS” tegur Risa pada Nana dan Alvi
“ Lah, Lo semua ngapain kesini ? biasanya rajin amat buat nyalin satu buku penuh?” ucap Nana mengejek
“ Lagi bosen gue di kelas, jadilah kami ijin keluar.” jawab Tiara
Tak berselang lama Akbar dan Andri kembali ke kelas mereka, sementara kami tetap bertahan di kantin sambil main handphone. Aku hanya termenung sambil melihat anak-anak yang bermain basket di samping kanan kantin. Lapangan basket memang bersebelahan dengan kantin dan parkiran di sebelahnya.
“ Lo dari tadi liatin Fariz terus sih, Sev ? Udah naksir ya ?” tegur Aya yang disambut sorakan yang lainnya
Aku hanya menggeleng menanggapi candaan mereka, sejujurnya aku tidak sadar bahwa Fariz sedang main basket. Aku hanya mengalihkan pandangan ku dan memikirkan Tania serta Kenzo. Seolah semuanya hanya lewat sampai aku tidak sadar ternyata Fariz sudah duduk di samping ku dan mengambil jus yang ada di depan ku sambil mengacak rambutku.
“ Ih Fariz, Lo ngapain sih disini ? kapan juga Lo jalan kesini ?” kesal ku sambil merapikan rambut yang ditanggapi senyuman Fariz sambil meminum jus
“ Lo ngelamun terus sih Sev, sampai nggak sadar gue di samping Lo.” Jawab Fariz
“ Lo nggak bisa pesen minum sendiri apa Riz ?” tanya Aya
“ Habis ini Gue pesen Ya, tenang aja.”
“ Lah itu minuman udah Lo minum ngapain Lo pesen lagi ?”
“ Ini minuman kesayangan gue bakal gue habisin, entar gue pesen lagi buat dia. Takut dia kehausan dong Ya.” jawab Fariz tenang sementara Tiara, Nana,Alvi,Aya,Risa menyoraki Fariz. Aku tetap diam tak menanggapi sampai Fariz ku lihat kembali ke lapangan basket
“ Kenapa sih Sev, mau cerita ?” tanya Tiara menatap ku
“ Iya Sev, ngomong deh kalau ada masalah.” sahut Aya
Ku hembuskan nafas kasar seraya menatap mereka satu persatu, antara ragu untuk menjawab atau tetap diam menyimpan semua rasa cemburu ku. Ku anggukan kepala pasti untuk memulai cerita ku, sampai mereka mengerti dan tak menggoda ku karena kali ini memang serius hati ku merasa cemburu.
“ Entar balik ke rumah Gue aja dulu biar Tania nyusul ke rumah gue.” ajak Tiara
“ Bener Tiara, Sev. Entar kita ngumpul aja di rumah Tiara sambil kita lihat Kenzo sama Tania beneran pergi berdua apa rame-rame.” tambah Alvi
“ Kita bilang aja lagi ngerjain tugas jadilah sekalian Tania nyusul kita gitu. Lagian Tania kan kenal kita-kita semua. Nggak akan curiga dia.” sambung Nana
“ Tapi kalau kenyataannya mereka pergi berdua, Lo juga harus terima Sev. Jangan marah atau menjauhi mereka.” Saran Risa
“ Gue nggak akan bisa menjauhi Tania, dia sahabat gue jauh sebelum gue kenal Kenzo bahkan kalian. Gue cuma merasa cemburu, padahal kenyataanya Kenzo mungkin nggak ada rasa sama gue” jawabku lesu
Sisa pelajaran ku lalui dengan tidak semangat, aku hanya menunggu waktu pulang dan melihat dengan mata kepala ku sendiri bahwa Kenzo dan Tania tidak hanya pergi berdua,. meskipun aku yakin mereka hanya berdua, karena biasanya jika pergi rame-rame pasti akan mengajak serta aku juga.
Sekitar jam 5 sore, kulihat mobil Kenzo memasuki gerbang rumah Tiara yang sudah di buka oleh satpam. Tania turun menghampiri ku dan teman-teman ku di ruang keluarga diikuti Kenzo. Aku berdiri menyambut mereka dengan senyum yang ku paksakan. Untungnya Tiara mengerti aku.
“Kalian mau minum apa ? biar Bibi bikinin minum “ tanya Tiara
“ Ah nggak usah Tir, kita udah minum tadi.” jawab Tania sambil mendudukan diri di sofa dekat ku diikuti Kenzo di sebelahnya
“ Kalian dari mana emang ? Eh, dia siapa Ta? Lo nggak kenalin ke kita ?” tanya Nana
Tania hanya tersenyum menanggapi dan Kenzo menyalami mereka satu persatu memperkenalkan diri, ya dia mengenalkan dirinya sebagai teman ku dan Tania. Setelahnya Kami pamit pulang, aku memasuki mobil Tania seperti tadi pagi dan Tania mengemudikan mobilnya. Yang aneh Kenzo dari tadi tidak sama sekali mengajakku berbicara ataupun menatapku apalagi menawarkan aku pulang bersama dia seperti biasa.
Sepanjang perjalanan Sevina hanya diam sambil menatap jalanan dari kaca samping, Tania juga hanya diam namun senyum tak urung luntur dari bibirnya. Nampaknya Tania sangat bahagia, hingga sevina tak ingin mengganggunya. Alunan lagu dari radio mobil mengiringi perjalanan mereka, entah lagu apa yang sedang berputar Sevina tak tau dan tak mendengarkan. Dia hanya larut dalam keterdiaman yang entah untuk apa. Hingga suara tania memecahkan keheningan diantara mereka.
“ Sev, menurut Lo apa yang akan terjadi kalau Kakak gue tau seandainya gue punya pacar ?” tanya Tania sontak mengagetkan Sevina
“ Haa.. ehhh ituu Gue juga nggak tau Ta. Emang Lo udah punya pacar ? Siapa ?” sahutku penasaran
“ Ihh.... Lo kenapa sih Sev kaget gitu ? Gue kan cuma bilang seandainya.” jawab Tania enteng sekali tanpa beban
“ Ya kagetlah, nggak ada angin nggak ada hujan Lo tanya soal pacar. Sementara gue aja nggak tau pacar Lo, perasaan kita bareng terus tapi Lo nggak pernah kenalin pacar Lo ke gue Ta.” sanggahku
“ Nanti pada saatnya Lo juga tau Sev, Lo pasti jadi orang pertama yang gue kasih tau kok. Tenang aja. You’re my bestie” jawab Tania dengan senyumnya
“ Iya, Lo emang harus kasih tau gue apapun yang terjadi. Kita udah hidup dan tumbuh bersama dari lahir, apapun itu kita harus saling jujur dan memilih satu sama lain.” selorohku
“ Ohh jelas itu Sev, kalaupun nanti Lo nggak suka sama pacar gue atau Lo keberatan juga gue bakal langsung tinggalin dia dan pilih persahabatan kita.” ucap Tania
“ Good, gue juga bakal lakuin hal yang sama. Yang penting kita tetep sama-sama dan saling percaya. Kebahagiaan Lo yang gue utamain Ta.” sambungku
“ Sev, tolongin gue dong bales chat Kak Yuda. Lupa belum balas dari tadi, males kalau diomelin entar.” perintah Tania
Akupun seraya mengambil HP Tania yang ada di dekatku. Ku buka aplikasi hijau dan menampilkan deretan chat, aku sedikit terkejut dan cepat-cepat menyembunyikan keterkejutan ku. Ku ketik balasan untuk chat Kak Yuda, Kakaknya Tania. Setelahnya aku buka chat dari Kenzo dan membaca obrolan mereka sampai dengan ajakan Kenzo untuk mengajak Tania nonton film.dan aku akhirnya tau kalau mereka hanya pergi berdua, nonton film romantis. Di suasana gelap apa yang mereka lakukan? Mungkinkah Kenzo dan Tania baru aja jadian? Tapi kenapa Tania tidak langsung cerita padaku. Oh apakah ucapan Tania tadi adalah kode bahwa Kenzo baru saja nembak Tania. Tak ingin berprasangka jauh, segera ku letakkan HP Tania
**
“ Lo makin lemes aja deh Sev, kenapa lagi sih ? Tegur Tiara sesampainya aku di kelas
“ Tir, menurut Lo gue harus gimana?” tanya ku
“ Gimana apa sih ? nggak jelas banget deh Lo Sev” bingung Tiara
“ Beneran Tir, kemarin Tania pergi sama kenzo berdua nonton film romantis pula” jawabku lesu
“ Eh serius Lo Sev, duh kandas dong cinta Lo buat Kenzo. Mana keren gitu lagi, yaa meskipun kelihatan cool dan datar gitu sih “ sambung Nana yang baru aja masuk kelas
“ Sabar aja Sev, kalau menurut gue sih mending Lo lupain aja Kenzo, move on gitu daripada Lo sama Tania berantem.” saran Tiara
“ Tapi menurut gue sih kalau Lo emang suka ya bilang aja dulu Sev, apapun jawaban Kenzo seenggaknya Lo udah ungkapin perasaan Lo” tambah Alvi yang baru aja bergabung dengan kami
“ Kalau gue sih lebih setuju sama Tiara, Sev. Kalian udah kenal dari lahir, nggak akan baik kalau kalian berantem cuma karena cowok doang.” ujar Nana
“ Gue beneran pusing tau, gue jelas pilih persahabatan gue sama Tania. Tapi gue juga belum mampu buat lupain Kenzo gitu aja.” jawabku
“ Tapi Lo yakin nggak sih kalau mereka jadian ? atau cuma nonton bareng aja kemarin ?” tanya Alvi memastikan
“ Enggak tau gue Vi. Gue cuma baca chat mereka doang yang isinya janjian nonton berdua. Dan nggak tau nembak apa enggak.”
“ Apapun sih entah udah jadian atau belum, menurut gue Lo ngalah aja Sev. Kalau mereka lagi PDKT, Lo juga nggak boleh ada diantara mereka.” Saran Tiara bijak
“ Udah sih Sev jangan bingung, masih ada Fariz yang selalu ngejar Lo. Sama Fariz aja “ tambah Nana
“ Setuju gue, Fariz cocok buat Lo. Dia juga baik banget kok orangnya. Tipe good boy” tambah Alvi
“ Coba Lo buka hati buat Fariz deh Sev, lama-lama bakal lupa sama cinta sepihak Lo ke Kenzo.” saran Tiara yang selalu bijak, aku hanya mendengarkan mereka sambil berpikir
“ Ada apaan sih bahas Fariz ?” tanya Risa dan Aya bareng yang baru masuk kelas
“ Ah Lo berdua telat, males kita ngulang cerita dari awal.” seloroh Nana
“ Lagian telat mulu hobi kalian.” tambah Alvi
Risa dan Aya hanya mencebikkan bibir, sementara Aku dan Tiara tersenyum mendengar perdebatan mereka yang tak kunjung usai. Hingga tiba-tiba Tania datang ke kelas ku bersama Fona, teman sekelasnya. Tania menghampiri mejaku, sambil membawa kunci mobilnya
“ Sev, nanti Lo balik duluan lagi ya. Gue ada perlu nih, jam kosong mau cabut dan nggak balik sekolahan.” ucap tania
“ Lo bolos lagi Ta, duh kalau Papi Lo tau dan nanya gue jawab apa ?” tanyaku
“ Tenang aja Sev, Papi Mami hari ini kan ke Jogja sama kak Yuda juga. Lupa Lo ?” tanya Tania yang memang sudah bilang padaku dan mengajakku menginap di rumahnya
“ Yaudah deh, tapi gue balik rumah nenek dulu ya entar. Lo nyusul gue aja atau bisa langsung pulang dan gue bisa langsung ke rumah Lo.”
“ Gampang itu sih Sev, udah ya gue balik kelas. Bye girls.” pamit Tania seraya melambaikan tangan padaku, Tiara, Risa, Aya, Nana dan Alvi.
Aku menatap punggung Tania sampai tak terlihat dari pintu kelasku, aku hanya menebak mungkinkah Tania akan pergi bersama Kenzo lagi ?