1. SEVINA

1272 Words
“Sevina, bangun nanti kesiangan...” teriak nenek membangunkan ku. Ya, itulah rutinitas nenek setiap hari selama aku sekolah. Jarak sekolahku memang jauh jadi harus berangkat lebih pagi. Sebenarnya ada sih sekolah yang lebih dekat, tapi aku memilih sekolahku yang sekarang karena memang lebih modern dengan berbagai fasilitas yang memadai dan berada di kota. “Iya nek, udah bangun “ aku beranjak keluar kamar dan mandi lalu bersiap dengan seragam sekolahku. Jangan lupakan kalo sarapan sudah tersedia di meja dan nenek ku sudah siap menyuapiku. Ah sebelumnya kalian harus kenal aku dulu, aku Sevina Navita Kusuma. Aku putri pertama dari pasangan romantis Herman Kusuma dan Mia Sofita, aku memiliki satu adik laki-laki yang terpaut tiga tahun dengan ku namanya Devano Aldion Kusuma. Saat ini aku duduk di bangku sekolah menengah atas di salah satu SMA swasta favorit di kotaku. Ya, SMA Atmaja memang menjadi idola untuk hampir semua murid. Selain prestasinya yang sudah begitu populer, sekolah ini juga terkenal dengan sekolah sultan karena rata-rata muridnya anak orang kaya. Tapi jangan anggap aku sekaya mereka, aku hanya lahir dari keluarga yang sederhana. Aku bisa masuk ke SMA favorit ini melalui jalur prestasi. Bukan siswa jenius sih tapi masih masuk sepuluh besar di sekolah. Aku juga masuk kelas unggulan, jadi tidak heran kalau aku mempunyai jiwa bersaing dalam setiap nilai. Aku bukan cuma gadis kutu buku yang tak tau pergaulan, jangan salah, aku juga gadis modis yang mengerti mode dan menyukai hangout. Aku bisa membagi waktuku dengan belajar dan hangout seperti pergaulan anak ABG lainnya. Namun, aku masih membatasi pergaulanku agar tak salah langkah. Aku tidak memilih teman, aku berteman dengan siapapun. Pada dasarnya setiap orang memiliki sifat baik masing-masing, dari situ aku ambil sifat yang menurutku baik dan bisa berteman dengan mereka. “Sarapannya dihabisin nak, nanti pulang sekolah kamu mampir ke rumah Mama mu. Papa mu sudah ribut suruh kamu datang, mereka kangen” kata nenek dengan antusias, aku memang tinggal terpisah dengan orang tuaku sejak adikku lahir. Tidak ada masalah apapun, aku hanya perlu perhatian ketika adikku lahir jadi biar Mama tidak repot aku diasuh oleh nenekku. “iya nek, tapi aku tidak menginap. Aku malas bawa seragam ganti dan buku-buku ku. Itu akan sangat merepotkan” ucapku dan nenek hanya tersenyum teduh menatapku. Selesai sarapan aku pamit pada nenekku dan menuju ke sekolah dengan kendaraan pribadiku. Agar tak repot naik bis kota, nenek memang memberikanku motor ketika aku diterima di sekolah ini. Ini memudahkan ku ketika aku harus pulang sore bahkan hampir maghrib ketika ada jam tambahan atau les yang aku ambil di luar sekolah. *** “Sev, berangkat sendiri. Tumben amat, mana kembaran lo?” itu suara Tiara temen sekelas ku ketika melihatku baru datang dan memarkir kendaraan ku. “Haha, kembaran gue siapa Tir ? Gue ga punya saudara perempuan di rumah” godaku, sebenarnya aku tahu siapa yang dimaksud Tiara “Halah gaya lo, kemana-mana bedua gitu udah kayak kembar siam. Tak terpisahkan” ejeknya “Aamiin, semoga memang kami tak terpisahkan dan selalu bisa sahabatan sampai kami menua” jawabku tersenyum “Tuh tau, kok tadi pura-pura bodoh. By the way mana dia ?” tanya Tiara penasaran “Tania lagi nggak masuk hari ini, kemarin dia keluar kota jadi sempet sakit dan hari ini istirahat di rumah. Jadilah sekarang gue single.” Kami melanjutkan obrolan kami sampai ke kelas dengan obrolan ringan, Tiara ini salah satu temen baikku di kelas. Tiara sebangku dengan Risa duduk paling depan dan aku dengan Alvi di deretan kedua, sampingku Nana dan Aya. Kami berenam memang sebegitu dekatnya di kelas. Rumah kami berjauhan jadi kami hanya dekat ketika di sekolah “Bosen deh gue hari ini, kita nge mall yuk ntar ?” ajak Aya si tomboy yang hobi nge mall “Setuju gue Ya, mau nyari baju gue. Yuk ah shopping.” kalau itu suara Nana yang memang hobi shopping “Gue sih oke aja, asal jangan balik malem aja guys, tau lah rumah gue jauhnya gimana.” jawabku “Oke aja sih yuk” Setuju Alvi Sepulang sekolah akhirnya kami berenam keliling mall, dan sudah jelas belanjaan Nana dan Alvi yang terbanyak. Mereka memang hobi sekali belanja, mungkin karena uang mereka tak terbatas dari orang tua mereka yang terkenal sangat kaya. Saat ini kami duduk melingkar di salah satu sudut restoran ternama untuk mengisi perut kami yang kelaparan karena lelah berkeliling. “ Sev, gue boleh nanya nggak ?” Celetuk Risa “ Kenapa Ris? Serius amat sih ?” jawabku “Lo deket sama Fariz kan ya ?” “Temen doank Ris, Lo mau ? ambil aja” gurau ku “Bukan masalah itu Sev, setau gue Fariz beneran suka sama lo. Dan lo juga nyaman sama dia gue lihat. Tapi, kemaren gue lihat elo balik sekolah sama cowok yang beda sekolah sama kita. Kalian keliatan mesra gitu. Itu cowok lo ?” cerocosnya “Kemaren gue emang balik bareng cowok, tapi bukan cowok gue atau belum sih mungkin. Entahlah” candaku “Kok lo kayak ragu gitu sih Sev, emang kenapa sama kalian?” tanya Aya penasaran “Gimana ya Ya, gue sih suka sama dia. Tapi gue nggak tau dia gimana ke gue. Sejauh ini sih dia emang baik banget sama gue. Tapi dia juga deket sama sahabat gue, Tania. Gue sama Tania emang udah kayak anak kembar, tapi kalau harus berbagi cowok gue sih ogah.” curhatku “Menurut lo, Tania suka nggak sama dia ? Atau sebaliknya mungkin” tanya Nana “Nah itu gue nggak tau, kalo sama gue mereka saling tanya kabar dan ceritain mereka. Tapi hampir tiap hari dia juga kasih perhatian sama gue. “ “Udah tenang aja, ntar gue korek info dari Tania deh. Sayang gue sama kalian kalau harus rebutan cowok sih enggak banget” Sahut Tiara yang memang lebih mengenal Tania daripada keempat temen gue yang lainnya. “ Uhhh kesayangan gue emang lo tuh Tir, tau banget apa yang gue perlu dan selalu siap sedia bantu gue” gemasku pada Tiara sambil memeluknya dari samping. Obrolan kami itu tak urung membuat ku berfikir tentang hubungan ku, Tania dan Kenzo, ya cowok beda sekolah yang bicarakan adalah Kenzo. Dia kakak kelas ku dan Tania dulu di SMP dan kami memang akrab dari SMP. Aku hanya tidak ingin rasa ku untuk Kenzo membuat kami menjauh, terlebih ada Tania yang ku lihat juga sangat dekat dengan Kenzo. Jadilah aku memendam perasaan ku sendiri. ** Sepulang sekolah aku langsung menuju rumah Mama, yang pasti aku juga bertemu Tania karena rumah kami berhadapan. “ Lo balik kesini Sev, tumben amat ?” tegur Tania ketika melihatku memasuki pintu pagar rumah ku “Iya nih, Mama sama Papa kangen. Tapi ntar malem gue balik ke rumah nenek lagi. Lo besok berangkat kan Ta ?” tanyaku “Masuklah, besok gue samperin Lo. Tungguin gue sampe dateng ya!” perintahnya “ Siap boss ku... udah ah gue masuk dulu, sampai ketemu besok ya Ta.” aku melambaikan tangan pada Tania seraya menutup pintu pagar dan menguncinya. Tania hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada ku. Ku teruskan langkah ku menuju pintu rumah untuk bertemu Mama, karena aku yakin hanya ada Mama di rumah. “ Assalamualaikum..” sapaku memasuki rumah dan menuju ruang keluarga “Waalaikum salam... anak Mama baru pulang ? Sudah makan ? tanya Mama sambil menyodorkan tangannya untuk ku cium punggung tangannya “Udah Ma, tadi sekalian mampir ke mall bentar sama temen-temen” “Yaudah sana bersih-bersih dan istirahat, nanti makan malam Mama panggil” “Iya Ma, aku ke atas dulu ya “ pamit ku pada Mama dan berjalan menuju kamar ku di lantai 2 rumah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD