Firasat Buruk

1119 Words
Kini sudah berjangka satu minggu setelah kejadian Hanif kembali mencoba untuk mengkhitbah Yasmin. Sejak hari itu pun sudah tak lagi ada obrolan secara langsung maupun lewat ponsel antara Yasmin dan Hanif. Sebab memang Hanif yang memilih untuk menghindari Yasmin. Dan Yasmin pun tak berusaha untuk mencari tahu lagi tentangnya karena Yasmin yang tak ingin jika nantinya ia akan kembali menyakiti hati Hanif. Semakin memperkeruh suasana juga membuat Hanif akan semakin sulit melupakan niat awalnya itu. Dengan sebuah harapan agar Hanif sudah memiliki seorang calon istri yang terbaik untuk dirinya. Yasmin jjuga tak lagi terlalu memikirkan soal lamaran itu kembali. Sebab memang hal yang terpenting baginya ialah kebahagiaan sang nenek yang harus dapat ia penuhi. Seperti saat ini, Yasmin yang tetap memnbiarkan Nek Fatma tertidur pulas setelah mereka salat subuh berjamaah. Dan ia yang menyiapkan sarapannya. Menu masakan pagi ini ialah nasi goreng dan s**u hangat. "Hmmm... harum sekali, neng. Kamu teh masak apa?" tanya Nek Fatma dengan senyuman manisnya. "Eh, nenek, teh sudah bangun ternyata. Nek, Yasmin, teh membuatkan, nenek, nasi goreng spesial ala Yasmin. Di jamin nagih deh, Nek pokokna mah hehehe," jawab Yasmin seraya becanda. "Wah, nenek teh jadi gak sabar neng kalau begini carana mah," ucap Nek Fatma antusias. "Yasudah, hayuk atuh, Nek. Kita segera makan sekarang saja, ya," ajak Yasmin lagi yang di jawab dengan sebuah anggukkan setuju oleh Nek Fatma. Maka kini, setelah mereka bersarapan seperti biasa mereka saling mengobrol satu sama lain. Hingga kini seusai mereka rasa jika pembicaraan mereka sudah cukup pun kini dengan segera Yasmin berpamitan untuk pergi mengajar saat ini juga. Sebab memang waktu yang kini juga sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Yang biasanya Yasmin sudah lebih duly berangkat sebelum waktunya mepet. "Ya Allah, Neng. Nenek minta maaf, ya, sayang. Ini kamu teh jadi sampai buru-buru begini berangkatnya. Ini semu gara-gara, nenek, yang terlalu banyak bicara, neng. Malah jadi sampai menghambat kamu begini kan, neng, jadinya," ucap Nek Fatma tak enak hati. Setelah kini Yasmin menyalaminya takdzim. "Ehehehe. Enggak kok, Nek. Tadi juga kan karena memang, Yasmin, juga yang sudah begitu asik mengobrolnya dengan, nenek. Yasudah kalau begitu, Yasmin, jalan sekarang saya, Nek. Assalamualaikum," salam Yasmin seraya ia lambaikan tangannya sebelum ia memasuki mobilnya. "Waalaikumussalam, Neng, hati-hati ya, Nak," jawab Nek Fatma yang kini ia juga melambaikan tangannya seraya ia tersenyum manis kepada cucu tercintanya itu. *** Yasmin baru saja tiba disekolah. Pagi ini jadwal Yasmin mengajar di sebuah SMA favorit di Bandung. Dengan mengucap basmalah Yasmin menuruni mobilnya, memulai kembali harinya dengan penuh semangat dan masih terus berusaha untuk melupakan Hanif. Seorang lelaki baik yang sudah ia anggap bagai kakak kandungnya sendiri, kini manjauhi dirinya bahkan mungkin sudah membencinya hanya karena sebuah rasa cinta yang tak berbalas. Sunggguh sebenarnya hal ini amat menyakitkan baagi Yasmin. Sebab i yang kehilangan sosok sahabat dalam hidupnya hanya karena cinta. Seperti biasa Yasmin berjalan dengan senyuman sumringahnya kepada para siswa-siswi yang menyapanya dengan begitu santunnya. "Good morning, Miss Yasmin, yang cantik jelitaa.. Assalamualaikum.." sapa Riana, yakni salah seorang siswinya yang cukup pemalas di kelasnya. "Wa'alaikumussalam, Morning my sweety, Riana. You look like so cheer up this morning. Do you feel really happy today?" jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. Dan kini Riana yang tengah menyalaminya takdzim pun mengangguk dan menatap Yasmin dengan kedua matanya yang berbinar indah. "Seriously? Ada apa gerangan? Did you successfully complete your homework? Or is there anything else that makes you feel happy?" tanya Yasmin antusias. "Aduh teu ngarti, Riana, teh, Miss. Susundaan wae atuh nya," pinta Riana seraya ia menggamit satu lengan Yasmin. Yasmin pun mengangguk setuju seraya menggulum senyumnya. "Ya, sok atuh, Neng. silahkan." "Riana, teh meuni happy pisan, Miss. Karena setelah, Riana, mengikuti saran dari, Miss Yasmin, untuk fokus belajar sekarang teh, Riana, sudah paham sama rumus yang, Miss, kasih kemarin. Alhamdulillah pisan, Miss. Mama jeung Papa, teh sudah tidak marah-marah lagi ka, Riana, jadina. Ah pokokna mah Riana meuni bahagia. Nuhun pisan atuh, Miss," jelas Riana dengan penuh rasa bahagia. Seraya kini ia gamit satu lengan Rose. "Masya Allah. Alhamdulillah pisan atuh, Neng Riana. Benar kan apa yang, Miss Yasmin, bilang. selagi ada usaha pasti hasil akan mengikutinya. So, start with basmalah to be hamdalah, right," ucap Yasmin dengan bangga. "Hehehe yes thats true, Miss Yasmin. Alhamdulillah Miss. Thank you very much Miss Yasmiiiin, may Allah SWT blessed you... I love you so much lah Miss pokona mah, Riana padamu," jawabnya lagi seraya ia memeluk hangat tubuh Miss Yasmin. "Alhamdulillah, Aaaamiiin Aaamiiin Allahumma Aaamiiin... Miss Yasmin, love you too," Jawab Yasmin penuh rasa syukur. Mendengar setiap pujian dari muridnya, membuat Yasmin semakin merasa bersemangat menjalani harinya. Hingga hari ini ia dapat lebih baik lagi memberikan pembelajaran kepada para muridnya. Bahkan tak jarang tercipta canda tawa di dalamnya, sebab memang para muridnya itu adalah anak-anak yang tergolong humoris. Dari satu kelas ke kelas yang lain Yasmin mengajar dengan penuh semangat. Hingga kini ia sudah berada di kelas terakhirnya. Yang pembelajaran pun usai bersamaan dengan adzan Asar yang berkumandang. "Okkay, class. I think thats all. Thanks for your attention, see you next week. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh," salam Yasmin menyudahi pembelajaran hari ini. "Thanks, Miss Yasmin, see you next week. Wa'alaikumussalam Warrahmatullahi Wabarakatuh.." jawab para muridnya. Dan Yasmin segera berlalu menuju ruangannya untuk segera kembali pulang. Kembali bertemu sang nenek dan kembali bberbagi cerita dengannya. Selama berkendara, entah mengapa degup jantung Yasmin berdebar begitu kencang, seperti ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya namun ia sendri pun tak tahu apa yang tengah ia pikirkan. Yang Yasmin khawatirkan saat ini ialah, ia yang merasa takut jika terjadi suatu hal yang buruk kepada sang nenek yang memang tak jarang tak enak badan karena usianya yang sudah renta. Sebab pagi tadi memang kondisi tubuh Nek Fatma juga sedang kurang baik karena penyakit maagnya yang kambuh kembali. Saat Yasmin berusaha menghubunginya pun, Nek Fatma tak menerimanya, yang entah karena apa sehingga membuat rasa cemasnya semakin bertambah sore ini. 'Astaghfirullahhalladzim kenapa perasaanku rasanya gak enak sekali, ya. ada apa sebenarnya ini? Ya Allah Ya Rabb, hamba mohon lindungilah, Nek Fatma. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan, Aaamiiin,' doa Yasmin dalam hati. Hingga tak lama waktu berselang, Yasmin hampir tiba di halaman rumahnya. Dan ada sebuah mobil yang baru saja keluar dari sana. Yang entah itu kendaraan milik siapa. Sebab Yasmin hafal betul mobil milik Hanif. Hal itu semakin membuat Yasmin merasa takut jika ada hal buruk yang menimpa sang Nenek. Dengan segera ia pun menambah kecepatan mobilnya dan segera memarkirkannya seraya menuruni mobilnya. Dengan tergopoh pula Yasmin pun mencari keberadaan sang Nenek. Yang ternyata saat ini tengah bersantai di temani dua cangkir teh juga camilan, namun sudah diminum setengahnya yang entah secangkir teh itu milik siapa. *** "Apapun urusan dan masalahmu, hendaklah engkau serahkan hanya kepada, Rabbmu. Sungguh sebaik-baiknya tempat berserah ialah, Allah SWT, semata." -Tulisannisa-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD