Perjodohan

3203 Words
'Ya Allah. hamba harus bagaimana sekarang? Apa yang harus hamba lakuan? Hamba ingin segera pulang dan bertemu dengan nenek untuk membicarakan semua ini. Namun aku yang juga merasa takut jika sudah lebih dulu aku bertemu Hanif sebelum aku bertemu denan, nenek,'gumam Yasmin dengan segala kebimbangan pada dirinya. Namun kini berusaha Yasmin hentikan tangisnya itu. Ia seka air matanya juga ia tarik napasnya dalam juga ia buang perlahan. Bismillahirrahmanirrahim ya, Rabb. Semoga saja tidak akan ada hal yang menyakitkan hari ini. Hanif adalah sahabat hamba. Dia lelaki baik, hamba tak ingin melukai hatinya. Tapi hamba juga tak siap jika harus menikah dengannnya dalam wakktu dekat ini. Masih tetap, Nek Fatma, adalah prioritas utamaku. Aku percayakan segalamya hanya padaMu ya Rabb. Dan aku yakin jika sudah pasti engKau akan segera memberikan segala hal yang terbaik untukku. Aaaamiiin ya Allah Yarabbal Alamiiin. Doanya penuh harap. Yang kini dengan segera Yasmin kemudikan mobilnya. Sebab ia yang merasa telah begitu lama membuang waktunya di sana. Yasmin baru saja selesai memarkir mobil dihalaman rumahnya. Belum sempat ia menuruni mobilnya, Hanif sudah lebih dulu memasuki halaman rumahnya dan memarkirkan mobilnya terpat di samping mobil Yasmin. Karenanya membuat degup jantung Yasmin kembali berpacu kencang seketika. Hingga rasanya amat ragu jika ia harus segera keluar dari mobilnya. 'Ya Allah. Jika memang ini jalan yang terbaik darimu, maka ku mohon berikanlah kepadaku sebuah kemudahan untuk bisa segera melewatinya. Aaamiiin Ya Allah Yarabbal Alamiin. Bismillahirrahmanirrahim,' doa Yasmin peuh harap. Sebab meski saat ini ia memang ingin tak keluar dari sana namun memang tetap ia harus segera menuruninya juga menghadapi segalanya. "Assalamu'alaikum, Yas," salam Hanif dengan senyuman manisnya. "Wa'alaikumussalam, Nif. Kamu pulang cepat, ya?" tanya Yasmin. Yang kini ia juga berusaha untuk tersenyum manis padanya. "Iya, Yas. Karena saya ingin ada waktu untuk bicara lebih banyak lagi sama, nenek," jelas Hanif yang kini ia tersenyum lebar oleh karenanya. Sedangkan Yasmin kini ia menelan salivanya kasar. Sebab ia yang sudah mengerti mengenai akan kemana arah pembicaraan mereka nantinya. Yasmin pun tak banyak berkata lagi dan hanya melemparkan senyuman tipisnya saat ini. Seraya kini dengan segera ia pula mempersilakan Hanif untuk turut masuk bersamanya. Degup jantung Yasmin kembali berpacu kencang di kala ia dapati sang nenek yang ternyata tengah bersantai sore diruang tamu dengan dua cangkir teh dan senampan camilan. Seperti biasa Nek Fatma yang menunggu kedatangan cucu tercintanya. "Assalamu'alaikum," salam Hanif dan Yasmin bersamaan. Seraya kini mereka salami takdzim punggung tangan Nek Fatma. "Wa'alaikumussalam. Masya Allah, ada tamu rupanya. Aduh ini, nenek, cuma sediakan dua cangkir teh untuk, nenek dan Yasmin, saja, Karena memang kita yang biasa ngobrol santai hehehe. Biar, nenek, buatkan dulu, ya, Neng," ucap Nek Fatma yang hendak beranjak dari posisi duduknya. Namun Yasmin lebih dulu menyegahnya. "Oh gak usah atuh, Nek, biarkan, Yasmin, saja yang buat. Nenek, temani, Hanif, mengobrol saja dulu di sini, ya, Nek," pinta Yasmin seraya ia tersenyum. Sebab kini memang Yasmin tengah berusaha untuk menghindari Hanif yang sedari tadi terus saja menatapnya penuh arti. Selama membuat secangkir teh nya, Yasmin terus saja memikirkan akan seperti apa tanggapan sang Nenek jika nantinya Hanif telah mengatakan maksud dan tujuannya mendatangi mereka. Yasmin merasa begitu takut jika Nek Fatma akan kecewa dan akan marah padanya sebab Nek Fatma akan merasa takut jika Yasmin meninggalkannya setelah ia menikah nanti. "Bismillah, Ya Rabb. Apapun yang tejadi nanti semoga Semoga saja, Nenek, gak akan kecewa apalagi marah sama aku. Dan engKau akan memberikan jawaban yang terbaik sore ini. Aaamiiin," doa Yasmin seraya kini segera ia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Terlihat Hanif dan Nek Fatma yang tengah tergelak sebab obrolan santai mereka. Namun melihat kedatangan Yasmin kini, yang membuat Hanif menghentikan tawanya dan kembali mencuri pandang kearahnya juga ia yang kini tersenyum. Setelahnya ia mulai menyesap secangkir teh miliknya lalu segera pula ia mengutarakan niatnya itu. "Nek Fatma, Yasmin. Maaf jika saya terkesan lancang. Tapi sore ini ada suatu hal yang ingin saya ungkapkan kepada, Nek Fatma juga Yasmin. Sebenarnya maksud kedatangan saya kemari itu ingin mengutarakan niat baik dari saya bersama dengan kedua orangtua saya, tapi sayangnya, Papa dan Mama, sedang ada seminar penting di Jakarta. Tapi mereka sudah mengetahui niat saya ini. Dan Insya Allah, akan meridhainya, ucap Hanif yang sungguh hal ini semakin membuat d**a Yasmin berdebar hebat. Sebab Hanif yang memang benar-benar dengan setiap perkataannya itu. Hingga kini Yasmin pun menatap nanar ke arah sang nenek. “Nek, jika memang, Nek Fatma, mengijinkan. Hanif, ingin segera menikahi cucu, nenek, Yasmin Nur Laila," jelas Hanif yang terus saja membuat jantung Yasmin tak dapat berdegup normal. Sebab ia dapati ekspressi wajah sang nenek yang cukup terkejut sekaligus ada raut kekecewaan yang membuat Yasmin merasa amat serba salah saat ini. Nek Fatma menarik napasnya dalam, seraya ia buang dengan perlahan. Ia tatap dengan nanar wajah cemas Yasmin juga Hanif secara bergantian, dan ia mulai membuka suara. "Ini teh, nenek, punten pisan, Nak Hanif, Yasmin. Terutama, nenek kepengin minta maaf ka, Nak Hanif. Karena sebenarnya, nenek, teh setuju-setuju saja dengan tujuan, Nak Hanif. Bahkan, nenek, merasa sangat beruntung jika cucu kesayangan, nenek, ini akan mendapatkan seorang imam yang sesalih juga sebaik, Nak Hanif. "Tapi sayangnya, nenek, teh belum bisa terima khitbah dari kamu, Nak. Bukan karena, nenek yang tidak merestui. Tapi ini semua teh karena sebuah janji di masa lalu. Antara nenek dengan sahabat nenek. Nenek, teh telah berjanji kepada sahabat karib, nenek, sewaktu dulu, nenek, sempat tinggal di Jakarta. Janjinya itu, kami yang akan saling menjodohkan cucu kami di masa depan. Sebenarnya perjodohan ini teh akan dilangsungkan sejak, Yasmin, lulus S2, tapi karena, nenek, gak ingin mematahkan mimpinya, Yasmin, jadi, Nenek, memilih untuk membiarkan, Yasmin, menikmati masa lajangnya dulu. Dan terus mendukung, Yasmin, meraih impiannya. "Sekali lagi, nenek, teh punten pisan nya, Nak Hanif, Yasmin. Nenek, teh juga sebenarnya gak ingin mengecewakan siapapun itu di sini. Terlebih, nenek, teh sudah menganggap, Nak Hanif, seperti cucu kandung, nenek, sendiri," jelas Nek Fatma panjang lebar. Yang sungguh setiap penjelasannya amat menyakiti hati seorang Hanif yang juga sudah sejak begitu lama ingin segera memiliki Yasmin. Namun kini segala harapan indahnya itu telah patah bahkan juga hilang tak tersisa sama sekali untuknya. Karena ia yakin, sudah pasti Yasmin akan jauh lebih memilih permintaan sang nenek ketimbang permintaannya. "Saya minta maaf ya, Nek, sebelumnya. Apa lelaki pilihan, nenek, itu sudah di pastikan jika sikap dan kepribadiannya jauh lebih baik ketimbang saya?" tanya Hanif yang terlihat jelas jika ekspresi wajah Hanif jika saat ini ia tengah amat kesal juga kecewa. yang sungguh hal ini juga membuat Nek Fatma semakin serba salah juga tak enak hati padanya. Hingga kini dengan senyuman manisnya Nek Fatma berusaha untuk menjawabnya. "Nenek, yakin, kok Nak Hanif. Insya Allah, lelaki ini memang seorang leaki baik yang juga akan mampu mencintai serta menyayangi, Yasmin, dengan tulus. Karena memang, nenek, yang tahu betul seperti apa kepribadian keluarganya. Jadi, nenek, teh juga yakin kalau semuanya memang yang terbaik untuk kita semua. "Nenek mengerti, Nak. sudah pasti saat ini teh, Nak Hanif, sedang kesal dan kecewa dengan berita ini. Sungguh, nenek, tidak pernah tahu jika ternyata, Nak Hanif, juga memiliki niat ini. Jika, nenek, tahu akan lebih baik, nenek, memberitahukannya kepada kamu jauh sebelum ini. Karena memang sebenarnya perjodohan ini juga sudah terjadi jauh sebelum kamu mengenal, Yasmin, Nak Hanif," jelas Nek Fatma lagi yang kini ia masih saja berusaha untuk memberikan sebuah penjelasan kepada Hanif. Namun tetap, saat ini rasanya Hanif tak bisa menerima kenyataannya. Rasanya masih terlalu menyakitkan juga menyedihkan untuk bisa mengerti semua ini dengan baik dan penuh rasa ikhlas. "Okay, Nek Fatma. Terima kasih ya Nek atas penjelasannya. Sekarang, Hanif sadar jika mungkin memang Hanif ini tak pantas untuk, Yasmin. Hanif rasa, saat ini memang sudah tidak ada lagi hal yang perlu kita bicarakan. Hanif, mohon maaf karena sudah lancang melamar cucu nenek yang ternyata sudah di jodohkan dengan lelaki lain yang jauh lebuh baik atau juga menarik ketimbang, Hanif. Jika begitu, Hanif pamit ya, Nek. Assalamualaikum," dengan hati yang hancur Hanif memilih untuk segera berpamitan kepada Nek Fatma seraya ia salami punggung tangannya takdzim. Ia tak lagi ingin berkata. Sebab baginya juga memang sudah tak lagi ada gunanya ia menjelaskan apalagi meminta kepada keduanya. Namun sungguh setiap perkataannya kepada Nek Fatma itu membuat Yasmin begitu kecewa. Sebab bagi Yasmin terkesan tak sopan juga dengan sindiran yang terasa menyaitkan. Sekalipun Yasmin tahu jika saat ini Hanif sedang kecewa tak seharusnya ia bersikap seperti itu. "Waalaikumussalam. Baik, Nak Hanif. Hati-hati di jalan ya, Nak. Yasmin, ayo, di antarkan dulu Hanif nya, ke depan,” pinta Nek Fatma. Yang sungguh sebenarnya ia merasa berat untuk mengantarkannya. Sebab Yasmin yang merasa takut jika sampai Hanif akan kembali memaksa apalagi memakinya. Namun apa boleh buat. Ia harus tetap menuurtinya. "Baik, Nek. Kalau begitu, Yasmin ke depan dulu ya, Nek," jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. Seraya kini segera mereka berjalan beriringan menuju teras rumah Nek Fatma. Namun ketika kini mereka sudah berada di teras rumah, entah mengapa rasanya Hanif masih saja ingin berusaha untuk meyakinkan Yasmin yang kini sudah berada di sebelahnya masih dengan ekspresi kegugupan juga terlihat tak nyaman berada di dekatnya saat ini. "Yasmin, sebelum saya benar-benar pergi dari sini, saya ingin bertanya sekali lagi sama kamu, Yas. Tolong kamu pikirkan ini baik-baik. Apakah kamu gak bersedia untuk bujuk, Nek Fatma, agar, Nek Fatma, bersedia untuk menghentikan perjodohan itu? Apa kamu gak bisa minta, Nenek, untuk menyudahi saja keinginannya? Karena aku tahu, jika menikah karena sebuah perjodohan itu akan sulit bagi kita untuk menemukan kebahagiaan, Yas. "Aku yakin, jika pun kamu menerimanya, sudah pasti kamu akan menerima hal itu hanya karena sebuah keterpaksaan. Jasi saya rasa juga tidak akan pernah kamu bisa hidup tenang seperti sekarang. Karena tujuan seseorang melepas masa lajangnya dan menikah itu bukan hanya untuk menunaikan ibadahnya. Tapi jiga bisa menemukan kebahagiaan sejati di dalam hidupnya. Tolong lah, Yas. Saya mohon pikirkanlah dulu mengenai semua hal ini baik-baik. jangan terggesa-gesa hanya karena kamu yang ingin membahagiakan, nenek, kamu. Karena kamu yang ingin membahagiakan hati orang lain saja," pinta Hanif seraya ia memohon. Yang sungguh hal ini semakin membuat Yasmin seketika kehilangan rasa simpatinya kepada Hanif. Yasmin pun menggeleng pelan aat ini. "Astaghfirullah, Nif. Ini bukan sikap kamu, Nif. Ini bukan seorang, Hanif, yang selama ini, Yasmin, kenal. Istighfar, Nif. Jangan hanya karena hawa nafsu kamu merubah sikap baik dan taat kamu. Hanif, yang Yasmin kenal adalah sosok pribadi yang salih dan paling sayang kepada kedua orangtuanya. Apa yang, nenek, ingin lakukan adalah hal yang baik, Nif. Nenek, hanya ingin bisa menepati janji yang telah beliau buat bersama dengan sahabatnya. Akan seperti apa berjalannya rumah tangga, Yasmin, nanti adalah sebuah takdir untuk, Yasmin. Jadi saya saya rasa memang tidak ada sedikit pun hal yang harus kamu pikirkan. “Dan saya juga yakin, Nif. Selama kita berada di atas keridhaan orangtua kita, maka kebahagiaan dan keberkahan juga akan senantiaa mengikuti kita," jelas Yasmin panjang lebar. Sehingga membuat Hanif mulai sadar jika apa yang ia katakan memang salah, juga akan membuat Yasmin semakin membencinya saat ini. "Maaf, Yas. Aku jadi seperti ini karena memang rasa cinta aku kepada kamu itu sudah terlalu dalam. Oke. Jika memang ini keputusan kamu aku akan berusaha untuk bisa lebuh menghargai dan menerimanya, semoga kamu selalu berbahagia dengan kehidupan barumu nanti. Semoga kamu juga tidak akan pernah menyesal dengan apa hal yang telah kamu pilih itu. Aku pamit, Assalamualaikum," ucap Hanif dengan tatapan yang nanar. "Waalaikumussalam. Terima kasih, Nif. Aaaamiiin Allahumma Aaamiiin. Saya juga yakin jika kamu akan segera menemukan kebahagiaan dalam hidup, kamu. Karena memang kamu, adalah seorang lelaki salih dan baik hati yang mendekati kata sempurna bagi setiap akhwat. Kamu hati-hati, di jalan ya, Nif. Sekali lagi saya minta maaf atas nama saya juga nenek saya," jawab Yasmin yang masih berusaha untuk memberikan semangat kepada Hanif. Namun tetap, Hanif masih memasang wajah kecewanya dan hanya tersenyum getir menanggapinya. Seraya kini ia berlalu pergi begitu saja dari hadapan Yasmin. Yang hal ini membuat Yasmin semakin merasa bersalah juga tak tahu harus seperti apa lagi ia menanggapinya. Yasmin pandangi kepergian Hanif masih dengan tatapan yang nanar. Sebab sungguh sebenarnya saat ini Yasmin tahu betul seperti apa kecewanya Hanif. Mengingat jika memang hanif yang sudah menunggunya dengan sabar sejak tahun kemarin. Tanpa ada unsur memaksa juga terkesan meneror Yasmin. Hinga kini kembali ia merasakan kedilemaan itu di dalam dirinya. Maafkan saya, Nif. Sungguh sama sekali saya tidak tahu mengenai perjodohan ini. Saya juga yakin jika sudah pasti akan ada wanita yang jauh lebih baik untuk kamu di bandingkan saya. Akan selalu saya doakan juga segala hal yang tetbaik untuk kamu, Nif, gumam Yasmin masih dengan setiap kedilemaan yang kini terus saja mendera dirinya. lalu kini dengan segera pula ia hendak menemui neneknya. Untuk bisa menanyakan lebih jauh lagi mengenai setiap perjodohan itu. Sebab memang sama sekali ia juga belum mengetahui hal ini. Yasmin kembali berjalan gontai memasuki rumahnya, masih dengan tatapan yang kosong kesembarang arah. Sedangkan kini Nek Fatma pun turut memandanginya dengan tatapan yang sendu. Turut merasa bersalah karena ia mengambil sebuah keputusan penting yang hanya sepihak tanpa lebih dulu ia meminta persetujuan dari Yasmin. Juga memaksakan kehendaknya agar Yasmin bersedia menerima perjodohan itu. Padahal jelas jika seharusnya memang Yasmin sudah ia beritahukan mengenai hal ini sejak lama. Bahkan kini sebenarnya ternyata Yasmin sudah memilih seorang Hanif. Ya, yang Nek Fatma ketahui saat ini memang Hanif dan Yasmin yang sebenarnya sudah memiliki sebuah hubungan yang ingin segera untuk di seriusi. Dengan segera Nek Fatma bangkit dari posisinya dan kini dengan langkah perlahan Nek Fatma menghampiri Yasmin seraya ia rangkul pinggangnya. Seketika Yasmin pun menyunggingkan senyuman manisnya kepada sang Nenek. Untuk memastikan jika jika memang saat ini keadaannya sedang baik-baik saja. "Neng, nenek, teh maaf pisan nya sama kamu. Nenek, tidak pernah tahu, Neng, kalau ternyata, Yasmin, teh, sudah lebih dulu punya calon sendiri. Sudah punya pilihan sendiri dalam hidup, eneng. Tidak seharusnya waktu itu, Nenek, ambil keputusan tanpa minta pendapat dari , eneng, dulu. Tapi, Neng. Sekarang teh, nenek, pasrahkan segalanya ka si, eneng. Nenek teh, janji gak akan memaksakan, Neng, untuk bisa menerima semua ini. "Karena yang paling terpenting buat, nenek, adalah kebahagiaan, cucu Nenek, yang juga selalu membahagiakan, Neneknya. Akan berusaha untuk, nenek, jelaskan kepada sahabat nenek nantinya jika cucu, Nek Fatma, teh sudah jatuh cinta kepada orang lain," jelas Nek Fatma panjang lebar. Dan sejak Tadi Yasmin yang mendengar setiap penjelasan, Nek Fatma, pun hanya bisa menggeleng dengan air mata nya yang membasahi kedua pipinya. Sebab sebenarnya hingga saat ini ia pun tak tahu seperti apa perasaan yang ia miliki kepada Hanif. "Tidak atuh, Nek. Nenek, teh tidak boleh bicara seperti itu. Karena seharusnya, Yasmin, yang membahagiakan, nenek, bukan sebaliknya, Nek. Dan, nenek, juga harus tahu, kalau, Hanif, itu bukan calonnya, Yasmin. Yasmin tidak pernah kok, Nek, berani menentukan piliuhan dalam hidup Yasmin sebelum, Yasmin, mampu membahagiakan nenek. Sejak dulu kita tidak pernah ada hubungan apapun selain bersahabat, Nek. "Hubungan kami ini memang tidak lebih dari hanya sebatas sebuah persahabatan saja. Dan untuk perjodohan itu, Bismillahirtohmanirrohim, Yasmin, menerimanya dengan ikhlas, Nek. Meski memang sebenarnya Yasmin juga tidak tahu juga mengerti sama sekali mengenai perjodohan ini. Tetapi, Yasmin, juga yakin, selama, Yasmin, menuruti arahan orangtua, Yasmin, dan Yasmin menjalani segalanya dengan basmalah, juga penuh dengan rasa ikhlas, maka semuanya akan berakhir dengan hamdalah, Nek. Insya Allah," jawab Yasmin yang mengatakannya dengan penuh rasa yakin. Sebab ia yang tak ingin jika sampai Nek Fatma akan kecewa padanya nanti. "Alhamdulillah, jika begitu, Neng. Yang benar itu, seharusnya kita saling membahagiakan satu sama lain ya, Neng. Dan selama, Nenek, memiliki, Yasmin, teh, Nenek, bahagiaaa pisan, Neng. Pokokna mah, Nenek doakan yang terbaik selalu untuk, eneng. Dan Nenek, juga yakin kalau calon suami kamu ini memang seorang lelaki salih yang pasti meuni sayang sama kamu, Nak," ucap Nek Fatma tak kalah yakin. Dan Yasmin pun menjawabnya dengan senyuman manisnya juga anggukkan patuh. Sebab selama neneknya itu memiliki sebuah keyakinan yang besar maka ia juga yakin jika memang ini adalah sebuah jalan dari Tuhan yang tetbaik untuknya. maka kini dengan senyuman manisnya Yasmin memeluk hangat tubuh Nek Fatma. Aaamiiin Aaamiiin Yarabbal Alamiin. Semoga saja ya, Nek. Terima kasih karena hingga dalam hal ini pun, nenek, selalu saja berusaha memberikan segala hal yang terbaik untuk Yasmin. Yang gak pernah bosan juga di repotkan sama Yasmin yang manja ini, Nek, jawab Yasmin yang terdengar amat tulus saat ini. Maka kini Nek Fatma juga membalas pelukannya tak kalah hangat. Kamu teh gak pernah, Neng, bikin, Nenek, jadi repot. Karena kamu ini memang bukan seorang wanita yang manja sayang, ungkap Nek Fatma yang juga berkata jujur. Ah, nenek, teh bisa saja. Yasmin, ini suka bikin, nenek, kesal kan kalau, nenek, sedang tidak punya uang dan Yasmin malah gak nyadar minta ke nenek tas dan sepatu baru waktu jaman SMP, ucap Yasmin lagi yang mengatakannya dengan wajah sendunya. Yang hal ini membuat Nek Fatma terkekeh. Kalau hal yang itu mah biasa, Neng. Kan, sebenarnya mah memang sudah kewajiban, nenek, untuk bisa memenuhi semua kebutuhan kamu. Apalagi, Nenek, juga sudah berjanji kepada kedua orangtua kamu jika, nenek, akan selalu menjaga juga membahagiakan kamu dengan sebaik mungkin. Jadi, nenek, ini teh sudah merasa berdosa juga bersalah. Karena kamu yang juga sudah menjadi cucu terbaik buat nenek tapi, nenek, belum bisa menjadi yang terbaik untuk kamu, Nak, ucap Nek Fatma yang kini bralih ia genggam kedua tangan Yasmin. Yasmin pun kembali menggleng cepat seraya turut ia genggam kedua tangan sang nenek. Enggak, nek. Nenek, itu pokoknya sudah selalu memberikan segala hal yang terbaik yang juga selalu membuat, Yasmin, merasa bahagia. Justru, hal yang membuat, Yasmin, sedang merasa mengganjal saat ini, itu, Nek, mengenai akan bagaimana, Nek Fatma, selanjutnya jika, Yasmin, sudah menikah dan sudah gak lagi tinggal di sini, Nek. Meski, Yasmin, memang bisa mengirimi uang sama, nenek. Tapi, kan, yasmin teh gak bisa terus-terusan berada di samping, nenek, lagi,” jelasnya yang kembali membuat, Nek Fatma merasa terharu akan sikap baiknya itu. Hingga kini air mata haru bahagia Nek Fatma pun menitih begitu saja dari kedua pelupuk matanya. Setiap apa yang kamu berikan kepada, nenek, selama satu tahun terakhir ini. Karena memang kamu yang selalu saja mendahulukan segala hal yang terbaik untuk, nenekmu, terlebih dahulu sebelum memenuhi setiap kebutuhan kamu. Jadi, ini juga salah satu tugas pentin nenek yang juga harius segera nenek selesaikan, Nak. Dengan membantu kamu bertemu dengan jodohmu itu. Kita bisa sering-sering video call dan melakukan hal-hal yang lainnya lagi untuk bisa mengobati rasa rindu kita. Lagian jika pun nanti kalian berjodoh dan kamu tinggal sama-sama dengan suamimu itu, sudah pasti kamu teh akan tinggal di Jakarta. Jarak kita teh tidak terlalu jauh, neng. Jadi kamu bisa jengukin, nenek, ke sini kalau memang sedang ada waktu luang,” jelas Nek Fatma penuh dengan keyakinan di setiap katanya. Maka kini Yasmin pun mengagguk yakin seraya ia tersenyum begitu manis pada sang nenek. Maka kembali Yasmin mememluk hangat tubuh Nek Fatma dengan perasan penuh kebahagiaan dalam dirinya. I love you so much, my lovely grandma... ungkapnya penuh cinta. “Nenek teh lope you too so much, Neng, jawab Nek Fatma yang selalu saja amat khas kesunda-sundaan yang membuat mereka tergelak bersama. Ya, meski sebenarnya hati Yasmin saat ini sedang merasa gundah tetap ia berusaha untuk terlihat biasa saja agar tak lagi sang nenek terlalu memikirkan dirinya. Sebab sebuah perjodohan bukanlah sebuah hal yang ringan bagi Yasmin. *** "Kekecewaan memang menyakitkan. Namun ada sebuah pembelajaran yang berharga dari setiap kekecewaan yang ada." -Tulisannisa-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD