6. Misi Penyelamatan

1022 Words
Kalifornia, 27 April 2002 Seorang pria berjalan mengendap-endap memasuki sebuah pintu kecil yang terlihat gelap dan pengap. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri seolah memastikan tidak ada seorang pun yang melihat keberadaannya. Malam itu udara begitu dingin, beberapa penjaga terlihat lelap dan lalai dalam penjagaannya, memudahkan pria itu untuk menerobos ketatnya penjagaan tanpa diketahui. Ia menuruni sebuah tangga sempit yang gelap dengan penerangan minim menuju ke sebuah ruangan bawah tanah, sebuah ruangan rahasia yang Ia pun baru pernah menginjakkan kakinya di sana. Ia memutar pandangannya sambil matanya terus mengawasi setiap sudut ruangan, seperti seorang pemburu yang sedang mengamati binatang buruannya. Pria itu seperti sudah mengintai sejak lama hingga mengetahui waktu-waktu di mana penjagaan sedikit longgar dan bisa dimasuki. Sudah pasti pria itu adalah bagian dari mereka karena tidak mungkin ada orang lain yang bisa masuk ke dalam wilayah Gary Gordon tanpa memiliki akses. Dialah James, salah satu staff yang bekerja di laboratorium yang bernaung di pemerintahan Gary Gordon. Seorang pria bertubuh tinggi, tegap, dan memiliki bola mata coklat. Mungkin dari segi fisik, ia lebih mirip seorang tentara dibandingkan seorang assisten profesor. Profesor Austin lah yang mengantarkannya hingga Ia menjadi bagian di pemerintahan Gary Gordon. Profesor Austin menemukan James di bawah jembatan Brigeston dalam keadaan lemas dan mengeluarkan darah segar dari kepalanya, James nyaris kehilangan nyawanya jika profesor Austin terlambat menemukannya. Ia dituduh mencuri sesuatudi mini market tempatnya bekerja hingga pemilik mini market memukulnya dengan botol minuman beralkohol tanpa ampun. Beruntung ia bisa melarikan diri karena penjelasannya sama sekali tidak digubris oleh pemilik mini market. Profesor Austin kemudian mengajaknya bergabung di pemerintahan ketika mengatahui Ia adalah seorang lulusan dari Frangklin University. Karena sudah putus asa belum mendapatkan pekerjaan, James pun bmemutuskan bekerja seadanya untuk bisa memenuhi kebutuhannya dan anak semata wayangnya. Sementara istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu saat putra mereka berusia satu tahun. Dari situlah James merasa berhutang budi kepada profesor Austin dan berniat membantunya keluar dari penjara bawah tanah. Sebenarnya tanpa memiliki hutang budi sekali pun, James pasti akan tetap memihaknya karena ia tahu bahwa profesor Austin, profesor Grace, dan profesor Zury tidak bersalah. Ia memahami bahwa semua yang terjadi, semua keputusan mereka, apa pun itu pastilah untuk kebaikan semuanya. James yakin akan hal itu. Terdengar derap langkah kaki seseorang menuju ke arah James ketika Ia sampai di persimpangan lorong, langkah kaki itu terdengar sangat keras dan menggema karena suasana malam itu yang begitu sunyi. Dengan cepat James bersembunyi di balik tembok yang membatasi dua ruangan dengan mengangkat balok kayu yang Ia genggam di kedua tangannya seperti hendak memukul bola baseball. Ia semakin menguatkan genggamannya ketika suara langkah kaki itu terdengar semakin dekat. Dengan keras, James mengayunkan balik kayu itu ke arah penjaga yang sedang mendekat. Dan… Bruk! Penjaga itu seketika jatuh tersungkur ke lantai dengan posisi telungkup. Ia bisa memastikan penjaga itu hanya pingsan dan akan bangun setelah beberapa saat. Ia pun kembali malanjutkan langkahnya memasuki pintu kaca dengan cepat sebelum penjaga-penjaga yang sudah ia lumpuhkan bangun dari tidur singkatnya. Ia kembali mengendap dan berusaha mengindari camera tersembunyi. Untuk berjaga-jaga, ia menggunakan penutup kepala untuk menutupi wajahnya, seperti seorang pencuri yang sedang menyelinap. “Hei! Berhenti!” teriak salah seorang penjaga dengan suara lantang di ujung lorong. Reflek James menoleh ke belakang, dilihatnya dua orang penjaga bertubuh kekar berlari kencang menuju ke arahnya. James pun memutuskan untuk berlari menghampiri dua penjaga itu sebelum Ia menyalakan tombol alarm merah yang berada di setiap sudut untuk memberikan peringatan adanya tanda bahaya. Dengan dua pukulan saja James sudah berhasil merobohkan keduanya. Kini Ia dihadapkan pada dua buah lorong yang berada di depannya. Ia sama sekali tidak tau dimana keberadaan profesor Austin, profesor Grace, dan profesor Zury. Setelah sejenak berpikir akhirnya Ia memutuskan untuk mengambil lorong sebelah kanan. Ia berharap pilihannya tepat karena lorong di sebelah kanan terlihat lebih terang dan terawat. Sementara lorong di sebalah kiri terlihat gelap dan dindingnya dipenuhi banyak lumut coklat dan hijau. Sepertinya lorong itu sudah lama tidak terpakai dan jarang dibersihkan. Entah apa yang terdapat di ujung lorong itu, James pun tidak tahu. Beberapa meter James berjalan, Ia melihat sebuah lorong dengan banyak ruangan-ruangan kecil yang berjejer dengan pagar jeruji di satu sisinya. Rupanya pilihannya tepat! Tak salah lagi, mereka pasti berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Dari jauh James melihat empat orang penjaga berada di depan sebuah ruangan dengan pintu besi yang tertutup rapat, hanya ada sedikit lubang di sebelah atas yang hanya cukup untuk mengeluarkan satu tangan. Sementara di sisi lain, dua orang penjaga sedang tertidur pulas di atas meja kayu panjang di sudut ruangan. Sepertinya mereka sedang bergantian berjaga. James mundur beberapa langkah untuk bersembunyi. Ia terlihat ragu untuk melanjutkan misinya. Jumlah mereka terlalu banyak jika dibandingkan dirinya yang datang seorang diri. Habislah James jika ia nekat mendekat ke arah mereka, seperti seekor rusa yang memasuki kandang singa. Tentu ia tidak akan bisa lepas begitu saja. Bukan! Bukan karena ia memikirkan keselamatannya sendiri. Tapi James berpikir jika ia tertangkap maka siapa lagi yang akan menyelamatkan profesor dan bisa jadi ketiga profesor itu akan selamanya berada di dalam penjara bawah tanah. Oke, mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk menyelamatkan ketiga profesor itu. James harus menyusun rencana kembali untuk melumpuhkan penjaga-penjaga itu tanpa harus beradu fisik. Ia harus segera kembali ke Mess yang berada satu lantai di bawah ruang laboratorium sebelum mereka menyadari bahwa penelusup itu adalah dirinya. Malam ini benar-benar di luar dugaannya. Biasanya penjaga-penjaga bertubuh besar itu tidak sebanyak ini. Mereka disebar di beberapa tempat karena tak hanya ketiga profesor yang dikurung di ruangan dengan jeruji besi itu, tapi semua pelaku pengkhianat, pembangkang, bahkan pelaku tindak korupsi dan penyelewengan pun tak luput dari kejamnya pemerintahan Gary Gordon. Siapa saja yang dicurigai akan menjatuhkan kekuasaan Gary Gordon maka antek-antek tidak akan tinggal diam. Mereka akan membasmi sampai ke akar-akarnya. Namun sayang, saat James melangkah mundur dan hendak berbalik, ia kurang berhati-hati hingga balok kayu yang masih digenggamnya dengan bagian tengahnya ia sandarkan di atas bahu kanannya mengenai tombol alarm. Seketika suara alarm itu meraung-raung menggema si setiap sudut ruangan, bahkan sampai di ke markas pasukan. Tanpa komando, penjaga-penjaga bertubuh besar itu pun dengan beringas langsung berlari menghampiri James yang terlihat panik. #Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD