Bab 8

1150 Words
Boston, Massachusetts November, 2006 Dale memarkirkan mobilnya pada halaman kosong yang disediakan khusus bagi pengunjung tempat penginapan. Bersama Judd yang duduk di kursi penumpang, Dale meneliti alamat yang diberikan Hugh lebih detail. Kemudian, ia memandangi bangunan tua di depannya. Bangunan tempat penginapan itu terdiri dari tiga belas lantai dengan struktur yang dirancang persis seperti rumah susun. Beberapa bagian dari dindingnya mengelupas dan kaca jendelanya tampak kusam. Bagunan itu lebih mirip bangunan tua yang tak terawat. Tapi tentu saja, seseorang bisa menempati satu kamar di sana dengan harga murah. Dale memikirkan bagaimana seorang wanita berkecukupan seperti Kate bisa bertahan tinggal dalam lingkungan seperti itu. Dari tempatnya ia bisa melihat beberapa barang tak terpakai yang memenuhi salah satu lorong di bagian bawah bangunan. Sampah berserakan di mana-mana dan bau urine yang menyengat sudah bisa tercium bahkan dalam jarak bermeter-meter jauhnya. Tepat di samping bangunan, terdapat sebuah kolam ikan yang tidak berfungsi lagi. Akibatnya, kolam itu dipenuhi dengan air keruh juga lumut yang menempel pada dinding kolam. Di pintu depan, gambaran dua patung manusia yang terbuat dari batu menyambut kedatangan mereka. Sebuah gapura berupa papan kayu bertuliskan Liam Motel's. tampak reot. Sementara pintu besi yang terbuka lebar bagi para penyewa juga tamu yang berkunjung, mulai berkarat. Tidak ada seorang penjaga yang berjaga di sana. Bahkan, tidak ada petugas kebersihan yang dibayar untuk memperbaiki suasana itu. Judd di sampingnya mendengus keras ketika mencium bau urine yang tajam. “Kau yakin ini tempatnya?” tanya Judd. “Ayo keluar dan pastikan. Emma dan Kate menempati dua kamar yang bersebelahan.” Dale melepas sabuk pengamannya sebelum turun dari mobil. Judd menyusul dan berjalan bersisian dengannya untuk sampai di pintu masuk bangunan itu. “Pukul berapa sekarang?” “Sepuluh. Kenapa?” “Itu berarti kita hanya punya waktu satu jam sebelum Miss Winslet pergi ke tempat kerjanya.” Begitu sampai di bagian lobi, seorang petugas penerima tamu yang berjaga di sana memberi sambutan yang tidak ramah. Laki-laki berusia sekitar dua puluh tahunan itu berwajah masam. Ia memiliki tinggi mencapai seratus tujuh puluh lima, dengan tubuh kurus dan rahang yang tinggi. Rambut pirang keritingnya menggantung dengan aneh di depan wajah. Pria itu kemudian mengangkat pandangannya dari layar ponsel untuk menyambut kedatangan Dale dan Judd. "Maaf, tidak ada kamar yang tersisa untuk hari ini dan dua minggu ke depan." Dale dan Judd saling bertukar pandang sebelum Judd akhirnya memutuskan untuk angkat bicara. "Kami ingin tahu di mana letak kamar milik Emma Winslet." Wajah pemuda itu langsung memerah. Bintik-bintik di sekitar hidungnya tampak jelas. "Kenapa? Ada apa?" Dale berdeham cukup keras hingga perhatian laki-laki itu teralih padanya. "Kami petugas yang diminta untuk memeriksa bahwa tidak ada keterlibatan kriminal di sekitar sini. Kami hanya ingin memastikan Emma Winslet ada di tempatnya." "Begitu? Apa kalian polisi?" "Bukan. Kami penyelidik swasta." "Kalau begitu, kalian tidak memiliki surat tugas untuk melakukan penggeledahan di sekitar sini dan mengganggu kenyamanan para penyewa kamar." "Kami tidak datang untuk menggeledah setiap kamar. Kami hanya perlu bicara dengan Emma Winslet." Setelah Dale memelototi pemuda itu, si pemuda dengan rambut keritingnya langsung menyebutkan nomor kamar yang mereka tuju. Begitu mendapatkannya, Dale menarik Judd ke dalam lorong. "Apa yang kau lakukan untuk membisukan mulutnya?" Tanya Judd dengan terheran-heran. Dale tersenyum saat menjawab. "Bukan apapun." Karena tempat penginapan itu tidak menyediakan lift, mereka harus menaiki tangga untuk mencapai lantai tiga dengan nomor kamar lima puluh tiga tempat Emma tinggal. Begitu Dale dan Judd sampai di depan kamar dengan papan nomor 53 yang mereka tuju, Dale langsung mengangkat tangan untuk mengetuk pintunya. Ia tidak segera mendapat jawaban. Baru ketika ia mencoba untuk kali kedua, seseorang dari dalam membuka pintu dan memunculkan dirinya sebagai sosok wanita mungil bertubuh kurus dengan kaca mata tebal yang menggantung di depan wajahnya juga semburat merah di kedua sisi wajahnya ketika melihat dua orang pria tinggi, kekar dan menakutkan muncul di hadapannya. "Miss Emma Winslet?" Tanya Judd pada wanita itu. Emma mengangguk dengan ragu-ragu. "Siapa?" "Aku Judd dan rekanku Dale, kami dari Davisson Agency. Miss Maggie Russell menyewa jasa kami untuk menyelidiki kasus menghilangnya Kate, dan berdasarkan informasi yang kami peroleh Anda menjadi orang terakhir yang melihat Kate sebelum wanita itu menghilang." Emma masih bergeming di tempatnya sehingga Dale yang tidak sabaran langsung menyentuh inti dari perkenalan itu. "Boleh kami masuk untuk mengajukan beberapa pertanyaan padamu, Miss Winslet?" Menggeser tubuhnya, Emma membuka pintu itu sehingga memberi akses bagi Dale dan Judd untuk masuk ke dalam. Bagian dalam ruangan tampak sama buruknya dengan tampilan depan. Mereka hanya memiliki dua kamar: satu untuk bagian dapur dan kamar kecil sementara satu lagi untuk ruang depan. Kasurnya diletakkan di sembarang tempat di ruang depan. Tampilannya tidak begitu menyenangkan, terutama ketika meteka melihat setumpuk buku tebal membentuk timbunan di meja dan lantai. Emma Winslet pastilah seorang kutu buku yang jarang berbicara. Judd masih berdiri dan menunggu untuk dipersilakan duduk bahkan ketika Dale sudah mengambil tempatnya di pingir sofa. Begitu Emma melambaikan tangannya ke arah sofa, Judd baru bergabung dengan rekannya. Mereka menunggu hingga wanita itu duduk berseberangan dengan mereka sebelum memulai pembicaraan. "Aku hanya punya air mineral di lemari pendingin," kata Emma untuk mengawali percakapan. Judd yang menjawab. "Tidak perlu repot-repot. Tapi, terima kasih untuk tawarannya." "Apa yang bisa kubantu? "Kami membutuhkan semua informasi yang kau tahu tentang kasus menghilangnya Kate Russell, temanmu." "Beberapa hari yang lalu ada polisi yang datang dan mereka menanyakan hal yang sama." Dale menatap rekannya Judd yang tampak tidak terganggu dengan pernyataan Emma barusan. Saat itu Judd memilih untuk melanjutkan pertanyaan. "Jadi, apa yang kau tahu tentang itu?" "Malam itu Javier menjemput Kate dan membawanya pergi naik mobilnya. Kate bilang dia akan pulang sebelum tengah malam dan ingin aku mengatakannya persis seperti itu pada Maggie." "Maksudmu dia hanya merekayasanya atau memang itu yang terjadi?" Wajah Emma tampak merenggut. Kedua bola matanya yang berwarna gelap tampak membesar di balik kaca mata tebalnya. "Aku tidak tahu." "Seberapa sering Kate menemui Javier?" "Mereka sering bertemu selama satu pekan terakhir." "Apa mereka sering berpergian seperti saat terakhir kau melihat Kate?" "Ya." Dale menunggu Emma mengatakan hal lain, namun ketika wanita itu tidak juga berbicara, ia melanjutkan. "Sudah berapa lama mereka menjalin hubungan?" "Kurang dari satu bulan. Kate menceritakan padaku pertemuan pertamanya dengan Javier di sebuah klub. Saat itu kami pergi untuk berbelanja, kemudian Kate bertemu teman sekolahnya dan dia meninggalkanku untuk pergi ke klub. Malam sebelum pukul dua belas, Kate pulang dalam keadaan mabuk dan dia menceritakan tentang Javier. Kate bilang dia menyukai Javier." "Apa Kate pernah mengatakan hal lain tentang Javier padamu selain perasaan yang dimilikinya pada pria itu?" "Ya. Kate bilang Javier bekerja di klub sebagai tukang pukul. Dia mau aku menyembunyikannya dari Maggie. Maggie akan marah jika tahu Kate berpacaran dengan seorang tukang pukul di bar." Dale mengangguk. "Apa lagi? Apa dia mengatakan padamu sesuatu tentang latar belakang Javier? Seorang saudara kandung, ibu atau ayahnya - di mana tempat tinggalnya?" Emma menggeleng dengan cepat. "Tapi kau tahu kalau Javier memiliki seorang teman bernama Lance?" "Ya. Lance teman sekolah Javier."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD