Teddy memandangi dirinya di cermin untuk waktu yang lama. Saat itu hening dan ia menunggu kehadiran Bobby di rumahnya. Setelah bertahun-tahun ia dan Bob menghabiskan waktu bersama, Ted sadar sepenuhnya bahwa mereka telah diciptakan untuk melengkapi satu sama lain. Tidak ada hal yang berbeda dari mereka. Bahkan, mereka tergila-gila pada wanita yang sama.
Mereka telah dibesarkan oleh seorang pria yang memperlakukan mereka seperti satu orang. Mereka dibelikan mainan yang sama, pakaian dan juga sepatu dengan ukuran yang sama. Bahkan, potongan rambut mereka juga sama, kecuali karena warna mata Bob lebih terang dari Ted. Juga sikap Bob yang suka mendominasi berbeda dengan Ted yang tidak senang menonjolkan diri. Meskipun begitu, Bob menyayangi Ted dan begitu juga sebaliknya. Bob yang membuat Ted berjanji bahwa mereka akan menghabiskan sisa hidup itu bersama-sama. Janji itu melekat seperti sesuatu yang tidak pernah terlepas dari mereka. Sampai-sampai Ted menyakini bahwa jika ia melanggarnya, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Apapun hal itu, Ted tidak akan menyukainya. Bob sudah memastikan mereka memercayai hal itu sejak dulu, dan Ted dengan sedikit usaha, Ted meyakininya juga.
Suatu malam, mereka menghabiskan berjam-jam untuk mabuk di sebuah klub. Ted tidak ingat kapan persisnya, tapi rasanya kejadian itu baru kemarin dan terulang lagi dan lagi. Malam itu adalah kali pertama mereka terpukau dengan kecantikan sang Diva. J.D. Holly adalah wanita ramping berambut pirang yang memiliki warna mata biru terang seperti langit pagi. Saat wanita itu tersenyum, seluruh dunia akan melihatnya.
Kemudian, pada malam-malam berikutnya, mereka menjadi sering memimpikan sang Diva. Dan ketika mereka menjadi semakin dewasa, mereka terus membayangkan bagaimana rasanya bersetubuh dengan Holly. Berkali-kali. Dan setiap hasrat itu muncul, mereka akan bertukar cerita. Mereka sama-sama menceritakan fantasinya ketika menyetubuhi Holly. Tapi kemudian mereka sadar bahwa seseorang tidak diciptakan untuk dua orang berbeda. Jadi, mereka membuat perjanjian yang mereka sepakati bersama. Mereka memiliki Holly untuk diri mereka masing-masing, dan mereka tidak mengkhianati satu sama lain.
Bersenang-senang, menikahi wanita itu kemudian mengantarnya ke surga demi menjaga Holly untuk diri mereka sendiri adalah ide Bob. Sejauh ini, Ted hanya mengikuti permainannya. Bob mengatakan kalau itu yang terbaik untuk mereka - untuk Holly. Tidak hanya sekali Ted merasa ketakutan - bahwa apa yang dilakukannya telah menyalahi aturan, tapi kemudian Bob datang untuk meyakinkannya bahwa mereka melakukan hal yang benar. Mereka telah menyelamatkan Holly dengan menikahinya dan mengirim wanita itu ke tempat terbaik di surga.
Ted menjambak rambutnya saat kepalanya berdenyut-denyut tak keruan. Bertahun-tahun ia hidup dengan setan di kepalanya, bertahun-tahun ia menahan hasratnya, dan bertahun-tahun kebersamaannya dengan Bob, telah membulatkan tekadnya. Ted kemudian menghela nafas dan perlahan ia menemukan ketenangan.
Bob benar. Mereka melakukan yang terbaik untuk diri mereka - untuk Holly. Wanita itu tidak pernah benar-benar mati. Ia muncul lagi dan lagi. Dan mereka tidak pernah benar-benar membunuh Holly karena mereka mencintai wanita itu, dan untuk alasan tertentu, mereka ingin menyelamatkan wanita itu dengan mengirimnya ke surga.
Lamunan Ted buyar ketika ia mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya. Bobby mendatangi Teddy malam itu untuk mendengarkan rekaman suara Esther Reene yang sedang menyanyi. Mereka telah melakukan hal itu bertahun-tahun: mendengar J.D. Holly menyanyi untuk mereka. Duduk berseberangan di sofa, Bob dan Ted tampak menikmati suara Holly dalam setiap detiknya. Wanita itu selalu menyanyikan lagu pilihan mereka dan kali ini Ted memilih lagu Hidup Untuk Mencintaimu, untuk dinyanyikan Holly.
"Hatiku terbang melewati angkasa.. aku milikmu selamanya. Aku tahu kau akan datang padaku, dan kau.."
Suara Holly yang serak itu tiba-tiba berhenti. Ted khawatir saat melihat Bob mulai mengernyitkan dahinya. Ia mengangkat satu tangannya dan meminta Bob untuk menunggu.
"Tunggu, dia akan menyanyi lagi."
Suara itu kemudian digantikan oleh tangisan seorang wanita yang memohon untuk dibebaskan. Kernyitan pada dahi Bob semakin dalam ketika ia mendengar suara Ted muncul dalam rekaman itu.
"Kenapa kau berhenti menyanyi? Ayo! Teruskan lagu itu untukku! Ayo, kau sudah hafal liriknya!" Suara tangisan wanita itu semakin keras dan Ted mulai membentak.
"Berhentilah menangis, sialan!" Ted mengumpat kasar. Kemudian terjadi keheningan yang mencekam. "Aku minta maaf, oke? Aku tidak bermaksud kasar. Ayo. Aku hanya ingin mendengar suaramu. Menyanyilah untukku, sayang. Aku tidak akan mengacaukannya lagi.. ayo.."
Suara wanita itu kemudian muncul kembali. Kali ini nyanyiannya terputus-putus. Bob mendengar hingga rekaman itu berakhir dalam hitungan detik. Ia kemudian bangkit berdiri untuk memberi tepuk tangan.
Ted di seberangnya tersenyum malu. Terutama ketika Bob menghampirinya dan memberinya pelukan. Bob menepuk lengannya cukup keras. Kemudian pria itu berbisik, "dia menganggumkan. Dia selalu mengagumkan, bukan?"
"Ya."
"Tunggu! Aku membawa sesuatu."
Ted tertegun ketika memperhatikan Bob berjalan untuk menggeledah seisi tas yang dibawanya. Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas berupa gaun pengantin kemudian menunjukkannya pada Ted.
"Ini masih berbau Holly. Apa kau ingin merasakannya?"
"Ya!" Ted menjulurkan tangannya. "Ya!"
Segera setelah gaun pengantin itu sampai di tangannya, Ted memeluknya erat kemudian menguburkan wajahnya di atas kain satin berenda berwarna putih pucat yang mulai memudar. Ia menghirup wangi khas yang melekat di kain itu kemudian tanpa berniat melepasnya. Bob masih menunggu gilirannya di sana. Ted mengangkat wajah dan memberanikan diri untuk bertanya, "apa aku bisa menyimpannya?"
Tersenyum, Bob duduk di samping Ted. Ia meraih kain itu dari tangan Ted, memasukkannya kembali ke dalam tas berpergiannya, kemudian menepuk pundak Ted.
"Belum saatnya."
"Kenapa?" Nada suara Ted meninggi beberapa oktaf. Urat-urat muncul di pelipisnya. "Kenapa aku tidak boleh menyimpannya?" Ted berdiri karena kesal. Wajahnya memerah dan ia terus berteriak. "Kenapa selalu kau yang menyimpannya untuk dirimu sendiri? Kenapa aku tidak bisa memiliki Holly-ku?"
Bob ikut berdiri untuk menenangkan Ted. Tapi tangannya segera ditepis oleh Ted.
"Tenang!" Seru Bob. "Jangan berteriak!"
"Tidak. Itu tidak adil!"
"Diam!" Suara Bob memenuhi seisi ruangan. Ted langsung gentar setelah mendengarnya. Wajahnya menunduk dan amarahnya seakan diredam saat melihat bagaimana Bob menatap dengan marah ke arahnya.
"Tenang, oke? Ini akan berakhir. Jangan khawatir.. aku akan membawamu pada Holly kita. Kita tunggu waktu yang tepat." Bob bergerak mendekat kemudian meraih bahu Ted yang berguncang hebat. Kedua tangannya menangkap rahang Ted kemudian Bob melingkarkan tangannya di pundak laki-laki itu.
"Aku tidak tahan, Bobby.." isak Ted di bahunya.
Bob meredam suara tangis Ted dengan mendekapnya lebih erat. Ia membisikan kata, "sshh.. tenanglah!" ke telinga Ted dan terus begitu.