4. Nasihat

1019 Words
Ayudia menahan rasa perih dan panas pada wajahnya. Sama sekali tidak menyakitkan panasnya kuah sup itu. Kata-kata kedua anak sambungnya sangat menyakitkan bagi Ayudia. Penolakan keduanya sangat jelas terlihat. Padmi berusaha membantu Ayudia, tetapi ibu sambung Kenanga menolaknya. Ayudia tidak mau terjadi kehebohan di rumah ini. Seno bisa saja marah besar. Ayudia tidak mau kedua anak sambungnya semakin membencinya karena mendapatkan pembelaan dari papa mereka. "Astaga! Ada apa ini?" Seno tampak panik saat melihat sang istri tampak sangat kacau saat ini. Seno melihat wajah Ayudia memerah seperti terbakar. Sudah jelas pasti ada penyebabnya. Prabu hanya melirik sekilas ke arah sang papa dan tidak berniat menjawab. Pun dengan Kenanga yang kini menutup pintu kamarnya dengan keras. "Tidak apa-apa, Mas. Sayur sop ini tumpah." Ayudia lantas meninggalkan mereka semua dan membersihkan diri di kamar mandi belakang. Terlalu sakit menjadi ibu sambung bagi Kenanga. Adik Prabu itu menunjukkan kebenciannya sejak awal Ayudia masuk dalam rumah besar itu. Akan tetapi, Seno selalu meyakinkan jika semua akan baik-baik saja. Kenyataannya justru sebaliknya, hubungan mereka justru sangat buruk. Ayudia menyalakan keran agar suara isak tangisnya tidak terdengar dari luar. Ia tidak memanfaatkan harta keluarga Batara. Keluarga besarnya di Solo masih sama seperti dulu. Mereka hidup dari hasil bertani. "Kenapa sesulit ini, ya, Tuhan? Haruskah aku mundur saja? Kedua anak sambungku tidak pernah menyukaiku." Ayudia berbicara seorang diri di tengah kerasnya suara air kran yang mengalir. "Mereka membenciku karena mengira aku hanya memanfaatkan harta suamiku. Tidak, keluargaku bahkan masih sama seperti dulu. Aku tidak pernah mengirimkan uang kepada mereka," lanjutnya sambil mengusap pipinya yang memerah. Suara kran air menyembunyikan isak tangis Ayudia. Ia tidak ingin berada dalam situasi sulit seperti ini. Hanya saja, takdir mempertemukannya dengan Seno. Ayudia sebisa mungkin ingin bisa menjadi seorang ibu bagi dua anak sambungnya. Kenanga dan Prabu tidak akan paham akan hal itu. Kebencian Kenanga memang sangat menyakitkan. Hanya saja, Ayudia tidak bisa mundur kali ini. Ia ingin melindungi Kenanga dari orang-orang jahat yang ingin menguasai hartanya. Sementara itu, Marcelo--salah satu teman dekat Kenanga saat kuliah, saat ini sibuk berada di Jakarta. Hanya sesekali saja pulang ke Yogyakarta. Ia patah hati karena ditolak oleh Kenanga. Putus dari Sabiantama, ternyata Kenanga tidak juga membuka hati untuk Marcelo yang jelas seiman. Keadaan Marcelo semakin terpuruk saat mengetahui Kenanga ternyata menjadi mualaf. Hidup laki-laki blasteran Jawa dan Belanda itu semakin tidak tentu arah. Patah hati rupanya mengubah segalanya. Ia hanya berteman dengan Yohana yang sejak zaman kanak-kanak sudah saling kenal. "Anak muda, ngapain galau? Karena masalah cinta? Mending nikmati hidup. Kantor mau ada festival lari maraton. Ikutlah sesekali. Lihat, tubuh mudamu sudah bergelambir." Luka Wirabuana--laki-laki dewasa yang menjadi atasan Marcelo di perusahaan tempatnya bekerja menegurnya. "Eh? Iya, Pak. Pak Luka, ada yang mau saya bicarakan. Saya ingin resign dan kembali ke Yogyajarta. Saya ingin membuka usaha sendiri. Bagaimana menurut Bapak?" tanya Marcelo dengan hati-hati sore ini saat hendak pulang kerja. Bukan alasan sebenarnya Marcelo ingin resign dari kantor ini. Ia ingin kembali berusaha mendekati Kenanga meski keadaan mereka sudah berubah. Lantas, apakah profesional dengan alasan itu? Padahal sangat sulit untuk masuk ke perusahaan ini. Luka mengembuskan napas panjang. Memang bukan haknya menahan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan ini. Marcelo salah satu karyawan terbaik dengan kinerja yang luar biasa bagus. Tak jarang, Marcelo juga mendapatkan penghargaan dari pemilik perusahaan ini. "Boleh. Tapi, pikirkan lebih dulu dua hal ini. Kamu resign hanya karena patah hati dengan wanita itu atau memang benar-benar ingin membuka usaha baru itu? Dua hal itu akan mempengaruhimu di masa yang akan datang. Banyak orang ingin masuk ke perusahaan ini, tapi terhalang dengan kemampuan mereka. Kamu salah satu orang yang beruntung, dan, ya, bulan depan kamu akan mendapatkan promosi jabatan," kata Luka dengan santai karena memang Marcelo akan mendapatkan promosi untuk sebuah jabatan. "A-apa, Pak? Saya tidak salah dengar?" tanya Marcelo yang saat ini mendadak gamang. "Ya, Syafira yang mengajukan pada bos. Jadi, kalo kamu resign maka akan kehilangan semuanya. Bukankah kamu dekat dengan Syafira?" Luka tersenyum saat mengatakannya. "Syafira pasti akan kecewa jika tahu kamu malah akan kembali ke Yogyakarta," lanjut Luka yang sukses membuat Marcelo kali ini benar-benar gamang. Marcelo ingin tetap dekat dengan Kenanga padahal tahu jika gadis yang dicintainya itu tidak akan membuka hati untuknya. Sakit tak berdarah, karena cinta bertepuk sebelah tangan. Kenanga adalah bunga yang sangat sulit untuk dijangkau dan diraih. Gadis itu membuat dinding yang luar biasa tinggi untuk setiap laki-laki yang datang. "Ada banyak yang diceritakan Syafira tentangmu. Aku sarankan, tinggalkan gadis yang menolakmu dengan alasan dia lebih nyaman menjadi temanmu. Artinya, dia benar-benar nyaman dengan hanya berteman denganmu," kata Luka yang syarat dengan kegetiran masa lalunya. Luka mempunyai kisah yang hampir sama dengan Marcelo. Hanya saja, ia nekat dan membuatnya betah melajang hingga saat ini. Ia sadar, kebodohannya di masa lalu membuatnya kehilangan banyak hal. Hanya tinggal kenangan buruk dari masa lalu itu. "Alhamdulilah, ujianku ditunda. Aku mau nyusulin Prabu ke Yogyakarta dulu," kata Syafira dan membuat dua laki-laki beda generasi itu menoleh bersamaan. "Ck! Nikah kagak, pacaran sampai belasan tahun dijalanin. Woy! Ingat umur!" Luka meledek sahabat baiknya itu di depan Marcelo. Syafira hanya cengengesan saat mendapatkan cemoohan dari Luka yang selalu tidak ingat dirinya. Mereka bersahabat sejak lama. Luka dan Syafira pernah digosipkan punya hubungan. Tidak, mereka hanya sebatas sahabat saja, Syafira bukan tipe ideal Luka. "Duh, bahasannya berat bener, nikahan. Emang kamu udah ada hilal bakal nikah? Noh, banyak gadis yang kena php!" Syafira tidak kalah pedas membalas ucapan Luka yang notabene sahabat baiknya itu. "Apaan? Aku nggak ada kasih harapan sama mereka. Heh! Aku baik sama semua orang. Mereka aja yang harapannya ketinggian. Aku nggak ada minat sama mereka," jawab Luka ketus karena ucapan Syafira membuatnya seolah menjadi play boy di kantor. Marcelo hanya tersenyum saat dua orang seniornya saling hina. Persahabatan mereka benar-benar murni. Hal itu sulit bagi Marcelo yang dianggap sahabat oleh Kenanga justru mempunyai perasaan. Berbeda dengan Luka dan Syafira, mereka layaknya saudara. "Mbak, aku titip salam buat Kenanga kalo kalian bertemu," kata Marcelo dengan wajah menahan rasa sakit luar biasa. "Siap. Yohana tidak dikasih salam juga? Dia juga di Yogyakarta 'kan? Dia buka toko bunga sekarang." Syafira seolah menjadi mak comblang dadakan untuk orang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD