"Ada hal apa yang membuatmu datang terlambat Bim?" tanya pak Nasir kepada menantunya.
Sangking paniknya dia pun reflek menjawab bahwa dirinya sedang pindahan Rumah.
Pak Nasir yang mendengar mengerutkan dahinya, kemudian bertanya kepada Bimo."Kalian pindah rumah? kok Alika nggak ada bilang sama Ayah, kalian pindah dimana?" tanya Sang mertua kepada Bimo, belum sempat Bimo menjawab Pak Nasir dah pun menimpali lagi.
"Ya sudah lah nanti Ayah nanya sendiri kepada Alika, masalahnya apa dengan rumah yang lama" Wajah Bimo langsung pias, pucat pasi bingung harus menanggapi bagaimana.
Alika memang belum bercerita kepada Ayahnya, banyak hal di pertimbangkan olehnya. Demi kesehatan Ayahnya Alika terpaksa diam dulu, memendam semuanya sendiri.Hingga pada saatnya tiba dia akan menceritakan semua kepada kedua orang tuanya.
Pak Nasir sejak pagi membaca laporan yang ada di meja Bimo sejak setahun belakangan, banyak kejanggalan di berkas tersebut, aliran dana banyak mengalir tanpa jelas kemana arahnya.
"Jam 12.30 kita akan adakan meeting para investor dan dewan direksi, selaku CEO kamu harus bisa mempersiapkan diri untuk presentasi." kata pak Nasir kepada menantunya.
Setumpuk berkas di meja Bimo dia bawa untuk di periksa di rumah bersama Alika sang putri.
"Mau di bawa kemana itu Yah?" tanya Bimo kepada Mertuanya.
"Mau saya bawa pulang, ada aliran dana yang tak jelas tujuannya mau saya cek bersama Alika," jawab pak Nasir santai.
"Biar Bimo saya yang handle Yah, takutnya ayah nanti kecapean menyelidiki berkas segitu banyaknya.
"Tidak apa-apa Bim, Ayah sepertinya harus mengasah otak ayah supaya tidak tumpul. kamu kerjakan yang lain saja, ini bagian Ayah." tegas pak Nasir menolak keinginan sang menantu.
Sejak sang menantu diberikan jabatan CEO olehnya, pak Nasir benar-benar pensiun dari pekerjaannya, dia mengistirahatkan diri dari tumpukan pekerjaan yang selama ini di gelutinya. hingga pagi ini tiba, entah mengapa dia merasa ingin menyambangi kantor perusahaan yang dirintisnya dari nol dulu, hatinya menuntun untuk datang dan memeriksa.
Saat di bagian keuangan, iseng Pak Nasir menanyakan laporan keuangan 2 tahun terakhir. Banyak dana mengalir tanpa ada penjelasan. Kemudian dia mencoba masuk ke ruangan sang menantu untuk menanyakan laporan-laporan untuk di singkronkan ke laporan dari bagian keuangan.
Saat sampai di ruangan, ternyata sang CEO malah belum datang ke kantor, padahal waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, tapi pak Nasir masih mencoba berpositif tingking, mungkin dia sedang ada keperluan dengan Alika yang tidak dapat di tunda. lalu dia pun mencoba menghubungi putrinya itu dan hendak menanyakan keberadaan Bimo.
"Mas Bimo sudah berangkat ke kantor Yah, ada apa? ada yang penting kah Yah?" jawaban Alika membuat pak Nasir merasa curiga, mungkinkah rumah tangga putrinya sedang tidak baik-baik saja? batin pak Nasir.
Saat dia mencoba keluar untuk memeriksa semua divisi, tanpa sengaja dia mendengar pegawainya berghibah tentang menantunya.
"Kayaknya hari ini pak Bimo pindah rumah loh, makanya dia jam segini belum berangkat". kata salah satu dari mereka.
"Apa iya? sejak kebijakan baru di keluarkan,, mulai ada penyisiran data siapa saja yang akan mendapat fasilitas kantor," jawab yang satunya lagi.
"Dengar-dengar sih begitu, segala fasilitas kantor yang melebihi porsinya akan segera di pindah tempatkan, seperti Pak Bimo itu." kata salah satu dari mereka menimpali perkataan rekan kerjanya.
"Dari sekian banyak yang di revisi fasilitas kantornya, Pak Bimo lah yang paling banyak, masak Rumah mereka sangat mewah, coba kamu banyangkan rumah seharga lebih dari 10M di tempati oleh Keluarga Pak Bimo, meskipun dia benar CEO tapi kan dia bukan pemilik perusahaan, semoga istri dan anak-anak pak Bimo tidak kaget dengan kebijakan baru." ujar yang lain lagi.
"Kalau aku sih tidak khawatir dengan anak-anaknya karena mereka masih sangat kecil, akan sangat mudah untuk beradaptasi, yang perlu di khawatirkan adalah sang istri, bagaimana tidak, uang gaji yang selama ini di terima dengan nominal fantastis, kini dia hanya akan menerima separuhnya saja, tanpa bisa mengambil uang lagi seperti yang sudah-sudah. kebijakan baru ini benar-benar memangkas fasilitas mewah yang di nikmati Pak Bimo selama ini." Kening pak Nasir mengerut."Anak? fasilitas mewah?" di tengah kebingungannya dia mendengar lagi salah satu dari mereka berkata.
"Kamu tahu tidak, dengar dengar sekarang istri Pak Bimo kan sedang mengandung anak ke tiga, mana usia kandungannya sudah cukup besar, 7 bulan kayaknya" timpal salah satunya.
"Hamil? kok Alika tidak mengabari aku sebagai Ayahnya? kehamilan 7 bulan? pasti sudah sangat besar, nanti aku mau ke rumah mereka untuk memastikan yang aku dengar." batin pak Nasir dalam hati.
"Alika putri cantik Ayah, kenapa kamu suka petak umpet dari Ayah?, padahal ayah lebih suka kamu menjadi putri ayah yang manja, tapi ya sudahlah, kamu memang terdidik mandiri sejak kecil." lanjut pak Nasir bermonolog.
Setelah di rasa cukup Pak Nasir mendengar semuanya, pak Nasir pun berdehem untuk menyadarkan mereka yang tengah berghibah.
"Ehem," semua pun menoleh ke arah sumber suara.
"Maaf saudara sekalian, saya rasa kantor ini bukan tempat untuk berghibah, silahkan anda semua kembali ke tempat kalian masing-masing jangan sampai sekarang juga kalian akan mendapatkan SP 1 karena rasa tanggung jawab kalian yang kurang." perkataan pak Nasir yang sangat tegas membuat mereka seketika langsung kembali ke tempat masing masing.
"Mereka sangat mengenal ketegasan pak Nasir sejak dulu, beliau tak akan segan-segan memecat karyawannya andai ada karyawan yang terlihat seenaknya dalam bekerja.
"Kamu Lusi, tolong ke ruangan pak Bimo sekarang juga," titah pak Nasir menunjuk Lusi pegawai lama di kantornya.
"Baik pak" jawab Lusi kepada atasannya.
Di ruangan Bimo pak Nasir menunggu kedatangan Lusi, tak lama terdengar suara pintu di ketuk, "Masuk" titah pak Nasir.
"Duduk lus," kata pak Nasir. kemudian pak Nasir menanyakan hal yang membuatnya curiga.
"Lus, kamu bisa jelaskan yang di bicarakan di sana tadi?" tanyanya dengan pandangan tajam.
"Maaf pak," jawab Lusi menunduk.
"Saya tidak butuh maaf mu Lus, saya butuh jawaban dan penjelasanmu." kata pak Nasir tegas. Lusi masih menunduk tak berani mengangkat wajahnya kepada atasannya. kemudian Pak Nasir kembali melanjutkan kata-katanya.
"Kamu masih mengingat wajah Alika putriku kan?" tanya pak Nasir lagi, " kurasa kamu belum begitu tua untuk pikun dan mengingat bahwa Bimo adalah menantu saya." Lusi hanya mengangguk menjawab pertanyaan atasannya tersebut.
"Coba kamu ambil data karyawan dan Bpjs ketenagakerjan dari HRD lalu ke sini" titahnya kepada Lusi.
"Saya permisi dulu pak," kemudian Lusi keluar ruangan tersebut dan Pak Nasir meneliti tumpukan map di meja kerja Bimo.
Dari situlah dia tahu laporan keuangan yang keluar secara besar-besaran setelah Bimo menjabat sebagai CEO