Pindah rumah

1043 Words
"Ok, berarti besok akan aku tarik fasilitas itu, hari ini hari terakhirmu menikmati fasilitas mewah dariku mas.besok tidak lagi. sudah cukup banyak kamu berbuat curang, cukup sampai di sini saja...!" batin Alika tersenyum kecut. Pagi hari sekitar jam sembilan di rumah istri kedua Bimo, "Mas kenapa mobil kamu bisa di tarik sama perusahaan sih? bukannya kamu CEO ya? sudah selayaknya kamu memakai mobil itu? lagian kenapa sih mobil itu tidak atas namamu? heran deh...!" Rosma berdecak kesal. "Tunggu sebentar, apa jangan jangan apartemen mewah yang katanya kamu beli untukku itu juga nama perusahaan?" Tiba-tiba Rosma mengingat apartemen yang di belikan suaminya 5 bulan yang lalu saat usia kandungannya berusia 8 Minggu. Bimo mengangguk lemas menjawab pertanyaan sang pujaan hati. "Lantas rumah kita ini? jangan katakan juga atas nama ayahnya Alika. Yang itu berarti kita tak punya hak di sini...!" lagi-lagi Bimo hanya mengangguk menjawab pertanyaan istrinya. "Bodoh, kenapa sih Mas, bodohnya kamu kok ya akut banget, terus bagaimana kalau kita di usir dari sini? Kamu punya tempat tinggal untuk kita? "tanya Rosma dengan nada yang sangat tinggi. Belum selesai rosma berbicara sudah ada beberapa tamu berpakaian serba hitam putih dan sangat rapi. entah siapa yang membukakan pintu, di lihatnya tamu yang ada di ruang tamu dengan pandangan memicing. Melihat nya perasaan Rosma mendadak tidak enak, dia merasa akan ada hal tak mengenakkan yang akan terjadi. "Jangan sampai kita terusir hari ini ya mas, jika sampai itu terjadi, awas saja kamu." kata Rosma penuh ancaman kepada suaminya. "Sudah jangan marah-marah, kita ke depan, kita tanyakan kepada mereka ada keperluan apa kesini...?" kata Bimo mencoba meredam kemarahan sang istri. "Kalung tak jadi beli, uang bulanan di potong, mobil di tarik, terus apalagi? jangan beri aku kejutan lagi, aku capek Mas." kata Rosma lagi masih dengan kekesalannya. Di rangkulnya sang istri sambil di ajak ke depan menuju dimana para tamunya berada. "Selamat pagi pak Bimo, kami dari kantor mau memberikan surat ini kepada Bapak, mohon di baca sekarang juga" kata salah satu dari mereka seraya memberikan amplop putih kepada Bimo. Fengan segera Bimo membuka amplop tersebut, dengan cepat dia membaca isi dari tulisan tersebut. Seketika Bimo membelalakkan mata, "Apa-apaan ini? kenapa saya di usir dari rumah saya sendiri? tidak... saya tidak mau...! kami menempati rumah ini sudah 3 tahun, kenapa kami harus angkat kaki..?" kata Bimo geram. "Maaf pak kalau surat perintah itu kurang jelas, silahkan Bapak cek email yang di kirimkan oleh fihak kantor, di sana tertulis jelas alasan Bapak harus meninggalkan rumah ini...! saya di sini hanya di tugaskan untuk mengunci rumah ini setelah anda dan keluarga keluar. Pihak kantor memberi waktu 5 jam untuk Bapak dan Ibu berkemas, dan maaf ya pak, hanya pakaian yang boleh keluar dari rumah ini, tentang seluruh perabot, anda tidak di izinkan untuk membawa serta..!" penjelasan salah satu dari mereka dengan sangat jelas. Mendengar semua itu tubuh Rosma melorot seketika, dunianya seolah hancur detik itu juga, semalam uang gaji para pekerja di rumah itu sudah di bagikan, dan kini hanya tinggal separuh gaji suaminya. Rosma berfikir bagaimana dia bisa mengatur uang yang tak seberapa itu. "Kemana kami harus pindah? jika kami harus pergi dari rumah ini?" tanya Rosma lirih. "Untuk itu ada fasilitas kantor yang di berikan kepada pak Bimo selaku CEO perusahaan. Nanti setelah selesai berkemas akan kami antarkan ke lokasi, kebetulan di sana nanti ada fasilitas mobil juga sebagai ganti mobil yang kemarin di tarik fihak kantor." jelasnya panjang lebar. "Kenapa mobilnya tak di bawa kesini sekalian sih?" tanya Bimo kasar. "Ros mending kamu suruh semua asisten untuk beres-beres, waktu kita tak banyak...!" perintah Bimo kepada Rosma. Rosma pun melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut lalu memerintahkan art dan babysisternya untuk berkemas. Di ruang tamu, Bimo mencoba bernego kepada petugas tersebut, "Berilah kami waktu, jangan cuma 5 jam, anak kami masih kecil-kecil kasihan jika mereka tergesa-gesa seperti ini." kata Bimo. "Maaf pak, email sudah di kirim sejak semalam jika di hitung dari masa pengiriman email maka waktu yang di berikan perusahaan lebih dari 12 jam untuk anda dan keluarga berkemas, maaf itu di luar wewenang saya. Saran saya mending Bapak cukup bawa 2 asisten saja karena di sana mungkin tak akan muat untuk semua pegawai Bapak." Mata Bimo membelalak sempurna seolah tak percaya dengan yang di katakan oleh orang yang ada di hadapannya. "Biarlah mereka ikut dulu andai nanti tempatnya tak memadai biarlah kami nanti tinggal di apartemen saja." kata Bimo dalam hati. Karena kengeyelan Bimo akhirnya mereka pun ikut semua, sesampai di rumah yang di tuju, alangkah terkejutnya Rosma. "Mas, tidak salah? apakah kita semua akan tinggal disini? jangan ngaco deh Mas, lihat...!" ucap Rosma sambil menunjuk arah rumah yang katanya fasilitas kantor tersebut. Sebenarnya Alika juga tidak terlalu kejam memberi rumah kecil untuk mereka, rumah yang di berikan untuk Bimo sebenarnya terbilang paling besar diantara rumah yang lain, tapi karena Rosma dah pun terbiasa dengan rumah yang lebih besar, jadi rumah sebegitu di anggapnya sangat kecil. Sangking asyiknya dia mengomel, dia tak menyadari bahwa semua petugas itu dah pun pergi meninggalkan mereka. tiba-tiba ponsel milik Bimo berbunyi, dia pun segera mengangkat karena itu dari nomor kantor. ""Selamat pagi menjelang siang Pak, Bapak di tunggu untuk segera sampai ke kantor, karena nanti jam 12.30 akan di adakan rapat dewan direksi dan para investor. di harap Bapak bisa on time, jika tidak jabatan CEO akan segera di alihkan kepada orang yang lebih kompeten dan bertanggung jawab...!" tanpa menunggu jawaban dari Bimo telefon segera di matikan dari fihak penelfon. "Sudah jangan banyak protes Ros, suruh semua asisten membereskan rumah ini, kamu cek apakah ada yang perlu di beli lagi, nanti bisa kamu list, biar nanti saat Mas pulang kita akan berbelanja bersama...!" ucap Bimo sambil berjalan untuk bersiap diri akan ke kantor. Sesampai di kantor Bimo langsung menuju keruang kerjanya, tanpa dia tahu ternyata pak Nasir yang merupakan Ayah mertuanya sudah menunggu di ruang tersebut. "Ayah, tumben ayah ke kantor? ada yang penting kah yah?" tanya Bimo sedikit tergagap. "Kenapa emangnya? apakah ada aturan baru yang menyatakan aku tidak boleh menyambangi kantorku sendiri?" tanya pak Nasir sang ayah mertua. "Tidak biasanya Ayah ke kantor sejak jabatan CEO ayah percayakan ke saya" ucap Bimo was-was. pak Nasir melihat jam di pergelangan tangannya. lalu bertanya kepada Bimo. "Ada hal apa yang membuatmu datang terlambat Bim?" tanya pak Nasir kepada menantunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD