38. Memori

2403 Words

Dua puluh delapan tahun yang lalu. “Aku pulang sekarang aja, ya, Eyang!” Percik hujan yang mengembun pada jendela kaca diusap oleh jemari tangan remaja berusia sepuluh tahun itu. Hari mulai larut. Tak sabar menunggu reda, lantas, dia berlari mendekati neneknya yang sedang menonton televisi 14 inchi itu di ruang tengah. Jam dinding berada di angka sepuluh. “Beneran, Yang, aku pulang sekarang aja. Kasian di rumah berdua aja itu bunda sama adek.” “Tapi di luar hujan deras, Ken.” Ningrum, wanita berusia lima puluh tahun itu melepas kacamatanya. Lantas, dia tersenyum melihat cucu tampannya ini terburu menyusun barang-barang ke dalam ransel. Tak lupa dia memasukkan medali warna perak itu. Raket pun dipegangnya dan bersiap menyandang ransel di punggung. “Panggilin Mang Ujang, Yang. Ini ben

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD