Drama Kakek Hanan

1328 Words
Sekitar jam tujuh malam Reiga mendapat telepon dari sekretaris Kakek Hanan. Dia mendapat kabar jika Kakeknya di bawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit tak henti-hentinya Reiga berdoa agar nyawa Kakek Hanan dapat diselamatkan. Dia tidak bisa membayangkan jika Kakeknya pergi menyusul Nenek dan Ayahnya. Kakek Hanan adalah satu-satunya keluarga yang dia punya setelah Nenek dan Ayahnya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Sesampainya dirumah sakit, Dia langsung menuju ke ruang VVIP lantai tiga dimana Kakek Hanan dirawat. Tidak perlu bertanya pada bagian informasi karena sebelum sampai di rumah sakit sekretaris Kakeknya sudah memberi kabar. Ketika masuk ke dalam ruangan tempat Kakek Hanan di rawat Reiga melihat ada Bi Imah asisten rumah tangganya dan Pak Hadi sekretaris Kakeknya. Mereka berdua tersenyum dan mengangguk melihat kedatangannya. “Bagaimana keadaan Kakek, Pak Hadi?” Mendekat ke arah ranjang kemudian menggenggam tangan Kakek Hanan. Menatap Kakeknya yang tak berdaya Reiga merasa gagal menjadi cucu baik karena belum bisa membahagiakan Kakeknya. “Alhamdulillah, keadaan Pak Hanan sudah stabil Pak! Kata dokter, Pak Hanan kecapekan karena terlalu memforsir diri dalam bekerja dan sering telat minum obatnya,” jawab Pak Hadi dengan sopan. Reiga terkejut dengan informasi yang diberikan Pak Hadi. Dia merasa sangat bersalah telah acuh dengan kesehatan Kakeknya. Bahkan sering menghindar bertemu Kakek Hanan karena alasan konyol tidak mau dipaksa menikah. “Maafin Reiga ya, Kek. Aku janji kalau Kakek sehat apapun permintaan Kakek bakal Reiga kabulkan tanpa membantah lagi,” ucap Reiga sambil mempererat genggaman tangannya. Reiga meminta Bi Imah dan Pak Hadi pulang untuk beristirahat setelah mengucapkan terima kasih karena sudah merawat Kakeknya dengan sangat baik. Setelah keduanya pergi, Reiga ke kamar mandi berniat membersihkan diri dan berganti pakaian yang tadi dibawakan oleh Bi Imah. Kakek Hanan bangun dan meregangkan kedua tangannya sambil terus mengawasi pintu kamar mandi yang masih tertutup. Takut ketahuan jika sedang berbohong. “Aduh, pegel juga tiduran terus,” ucapnya sambil mengangkat tangannya ke atas. Setelah itu, kembali tidur seperti semula agar Cucunya tidak curiga. *** “Gimana keadaan Kakek Hanan? Nanti malam setelah pulang kerja aku akan datang menjenguk,” tanya Galang. Dia dan Reiga sekarang ada di cafe. Mereka sedang makan siang setelah melakukan pertemuan dengan klien. “Alhamdulilah udah baik, Lang. Tadi pagi aku bertemu dengan Dokter Arman. Dia bilang kalo Kakek nanti sore sudah boleh pulang. Kamu langsung saja ke rumah kalau mau jenguk Kakek!” “Syukurlah, kemarin aku ikut panik ngeliat kamu kayak orang kesetanan habis menjawab telepon. Baiklah, nanti aku langsung ke rumahmu saja.” “Kamu tau sendiri kan hanya Kakek yang aku punya saat ini. Gimana aku gak kaget dengar kabar kakek serangan jantung?” “Menurutku ya Ga, sudah saatnya Kakek Hanan istirahat dirumah. Kasihan lah di usia yang seharusnya sudah pensiun masih sibuk ngurusin rumah sakit.” “Aku juga sudah berpikir seperti itu semalam. Kayaknya aku mau nurutin kemauan Kakek. Aku akan mengambil alih rumah sakit dan akan menikah.” “Kalau bagian ambil alih rumah sakit sih aku yakin. Tapi bagian kamu akan menikah aku gak yakin,” ucap Galang sambil memicingkan mata curiga. “Kenapa gak yakin? Wajah ku tampan, karir cemerlang dan soal harta jangan ditanya lagi. Tujuh bahkan sepuluh turunan juga tidak akan habis,” jawab Reiga dengan sombongnya. Galang mendengkus mendengar tingkat kepercayaan diri bos sekaligus sahabatnya itu. “Kamu mau cari istri sendiri atau meminta dijodohkan kakek Hanan?” “Ngapain dijodoh jodohkan segala! Kamu pikir aku tidak laku?” “Memang tidak laku 'kan? 32 tahun hidup apa pernah kamu berkencan?” Galang selalu saja meremehkannya dalam hal mencari pasangan. Menganggapnya tidak laku. Pernah juga anak itu bertanya 'Reiga normal atau tidak?' Memang sekretaris kurang ajar! “Sialan kamu! Bukannya aku tidak laku. Tapi, aku bagaikan berlian yang tidak sembarang orang bisa memilikinya. Jadi hanya perempuan beruntung yang akan memiliki ku!” Karena tingkat kepercayaan diri bosnya semakin tinggi dan dia malas menjawab Galang hanya manggut-manggut tanda menyerah dalam perdebatan. *** Sejak kemarin Embun terus saja merengek tidak mau makan bahkan tak mau berbicara dengan Ibunya. “Sayang, makan dulu ya Nak. Nanti Embun sakit kalau telat makan, Sayang!” Hani masih mencoba membujuk anaknya yang masih merajuk. Embun minta bertemu dengan pria yang dianggapnya 'Ayah'. Dalam tidurnya saja sempat mengigau memanggil-manggil nama Reiga. Hani bukan tidak mau menuruti keinginan anaknya tapi takut jika Embun bertemu lagi dengan pria itu akan semakin menganggap Reiga sebagai Ayahnya. Lagipula, dia juga tidak tau dimana pria itu tinggal dan bekerja. “Apa ngak sebaiknya kamu penuhi permintaannya, Han? Embun juga butuh sosok Ayah dan kamu juga sudah saatnya move on dari Mas Agam,” Ucap Grizellee. “Aku tidak tahu cara menghubungi Pak Reiga. Soal menikah lagi jujur aku belum siap Zelle.” “Lalu kapan kamu akan siap? Kamu saja belum mau membuka hati. Kalau kamu berpikir menikah untuk dirimu sendiri kamu salah, Han. Semuanya demi anakmu, Embun sudah mulai besar dia juga butuh sosok seorang Ayah.” Aku tau apa yang dikatakan Grizelle tidak salah. Embun memang butuh sosok Ayah untuk tumbuh kembangnya. Tapi aku belum siap, jika ada yang menggantikan posisi Mas Agam di hatiku. “Kamu beneran gak punya nomor ponsel Pak Reiga?” “Gak punya Zellee! Kemarin gak sengaja ketemu masak iya aku harus minta nomor ponsel sih?” “Kali aja itu jodoh kamu, Han. Embun biasanya susah dekat dengan orang baru tapi dengan Pak Reiga langsung akrab. Itu pertanda sebentar lagi jodohmu datang, Han.” “Sembarang aja kamu bicara. Jangan gitu Zellee! Kita ‘kan gak tau status Pak Reiga udah punya pasangan atau bahkan sudah menikah? Aku gak mau mengganggu hubungan orang lain!” “Iya ... iya aku juga gak akan setuju kali Han. Hari ini jadwalnya Embun periksa ‘kan? Aku ikut ya mumpung lagi gak banyak kerjaan.” “Iya nanti jadwal Embun periksa. Tadi aku udah bikin janji sama Dokter Faisal. Bagus lah kamu ikut. Hari ini Mbak Ika ijin aku mau keluar sebentar ketemu sama klien. Titip jaga Embun ya?” “Siaplah, siapa sih yang bisa nolak menjaga anak cantik dan baik kayak Embun.” “Kamu yang sabar ya Zelle, ini anak lagi mode merajuk. Suasana hatinya lagi gak bagus banget.” “Embun merajuknya sama Ibunya bukan sama Aunty nya yang cantik.” “Ngomong sama kamu mah kayak ngomong sama Embun yang lagi merajuk, ngeselin!” Hani mendengkus kearah Grizellee. Sahabatnya seperti Embun dalam hal menguji kesabarannya. Hani sudah pusing dengan sikap merajuk putrinya malah ditambah godaan sahabatnya. Lagian, Embun biasanya jika merajuk hanya diiming-imingi mainan baru langsung melupa kan kekesalannya. Tapi kali berbeda, sudah seharian Hani mencoba membujuknya dengan berbagai macam cara tetap tak berhasil. *** Sementara di sebuah ruangan VVIP, Kakek Hanan sedang tersenyum gembira teringat ucapan cucunya tadi pagi sewaktu membantunya sarapan. Kakek Hanan tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Bahkan bibirnya sudah terasa pegal akibat senyum yang tidak bisa dihentikan sejak tadi. Suasana hatinya memang dalam keadaan yang sangat baik. “Bapak dari tadi senyam-senyum sendiri. Apa ada kabar baik?” Tanya Pak Hadi. “Benar sekali, Had. Ada kabar baik, bahkan dua kabar sekaligus. Kamu ingin tau apa tidak? Dengan senang hati aku akan membaginya dengan mu.” “Kalau boleh saya tebak ini pasti masalah Mas Reiga yang akhirnya setuju mengambil alih rumah sakit dan bersedia menikah. Betul apa tidak, Pak?” “Woooow, bagaimana kamu bisa tahu Had? Aku bahkan belum memberitahu siapapun.” “Karena hanya dua hal itu yang bisa membuat Pak Hanan bahagia sampai melakukan drama seolah-olah terkena serangan jantung.” “Haha ... haha, itu bukan salahku, Had. Anak baik itu sangat keras kepala sampai aku harus melakukan drama seperti ini agar dia mau menuruti permintaanku.” Kakek Hanan khawatir kepada cucu satu-satunya. Dia takut trauma yang diderita sang cucu membuatnya tidak mau menjalin hubungan dengan perempuan. Bahkan memutuskan untuk melajang seumur hidup. Kakek tidak akan membiarkan hal itu terjadi pada Reiga. Dia akan melakukan berbagai cara agar Reiga bisa menikah dan berbahagia dengan keluarga kecilnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD