Hani sangat lega sekali, akhirnya Embun mau menghabiskan makanan dan meminum obatnya. Grizellee, menjanjikan akan mengajak gadis kecil itu, pergi ke timezone dan akan membelikannya banyak boneka.
Bahkan kemarin Hani sudah membujuknya, dengan iming-iming seperti itu. Sepertinya, Embun kali ini benar-benar merajuk kepada Ibunya. Dia mengira jika Hani, sengaja tidak mau membawanya bertemu Reiga.
Rencananya hari ini, setelah dari rumah sakit nanti. Mereka akan langsung pergi ke mall yang sudah dijanjikan oleh Grizellee pada Embun.
Dean juga menelpon, mengajak mereka makan malam. Selama telepon tadi, dia terus berkata jika sudah kangen sekali dengan Embun.
Memang Dean, sudah seminggu tidak bertemu dengan Embun. Karena harus ikut ke Jakarta, menemani Faiq (suaminya) bertemu salah satu kliennya. Biasanya tiap hari, Dean selalu menyempatkan mampir ke rumah, hanya untuk bermain dengan Embun.
Saat Hani mengatakan akan pergi ke mall setelah dari rumah sakit, Dean mengajak kami makan malam di salah satu restoran yang ada di mall itu. Dia juga mengatakan, ada beberapa barang yang harus di beli di sana.
“Ante cell ... ante cell ... angun!”
“Ah iya Sayang, maafnya Aunty ketiduran. Wangi banget sih cantik juga, sini cium Aunty dulu sayang,” ucap Grizellee ketika bangun dari tidurnya.
Setelah berhasil membujuk putri cantiknya, Hani meminta tolong pada sahabatnya untuk menjaga Embun. Karena Ika sedang ijin, menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
Hani, harus pergi sebentar untuk bertemu klien, membahas design kue pengantin yang mereka inginkan.
Saat dia kembali ke rumah, Hani melihat Embun sedang bermain boneka di ruang bermainnya. Sedangkan Grizellee sudah tertidur di sebelah Embun, entah sejak kapan anak itu tidak sadarkan diri seperti itu.
Embun yang melihat kedatangan Ibunya. Dengan sangat pelan, dia mengatakan jika Grizellee sedang tidur. Dia bahkan berjalan dengan sangat hati-hati takut membangunkan Tantenya. Ah ... anak itu memang sangat baik dan penuh perhatian.
“No ... no ... ndak oleh ya! Mbun dah angi, Ante aukkk.”
“Ngak dong, mana pernah Aunty bauk. Sini Sayang peluk bentar,” ucapnya sambil mendekati Embun.
“Ngak au yaaaa, andi ulu cana! Nanti Mbun peyuk Ante.” Teriak Embun yang sedang duduk di sofa sambil, minum susunya.
“Bener ya, Aunty mandi dulu. Nanti mau peluk sama cium yang banyak.”
Embun hanya mengangguk sebagai jawaban, sedangkan Grizellee sudah pergi menuju kamar tamu.
Setelah semuanya sudah siap, kami pun bergegas berangkat menuju rumah sakit.
***
Saat dalam perjalanan Embun terus saja, mengingatkan Grizellee agar tidak lupa untuk mengajaknya pergi timezone dan membeli banyak boneka.
“Mbun, au eli anyak oneka beal ya Ante. Mbun au walna pink cama walna melah!”
“Iya Sayang, pokoknya tinggal pilih aja yang Embun suka.”
Embun bersorak girang sekali, mendengar apa yang dikatakan Grizellee.
“Jangan terlalu manjain Embun Zellee! ngak bagus juga buat tumbuh kembangnya.”
“Tenang aja Han, lagian ngak sering juga aku beliin mainan. Ini tadi kan, karena Embun udah pinter mau habisin makanan dan rajin minum obat. Iya kan sayang?”
Ucapnya pada Embun, sambil mengedipkan mata, sebagai pertanda agar Embun setuju dengan ucapannya.
“Iya ... Mbun aem anyak cama inum obat, pintel Mbun.”
“Setuju Embun memang anak yang pinter. High five baby!”
“Yeayyyyyy ...” Sorak Embun.
Kemudian mereka berdua, tertawa bersama. Ke dua kesayangan hani itu, memang tidak pernah kehabisan akal untuk menjahilinya.
Sesampainya mereka dirumah sakit, Hani langsung melakukan pendaftaran ulang. Karena tadi sudah melakukan pendaftaran online terlebih dahulu.
Setelah menunggu sekitar tiga pasien, kini giliran Embun dipanggil oleh perawat.
“Halo anak cantik, apa kabar?"
Sapa ramah dari Dokter Faisal, saat mereka bertiga masuk ke ruang periksa.
“Hayoo, Om Doktel. Mbun aik, cehat kok.”
“Embun cantik, rajin ngak minum obatnya?”
“Emmmmm ... lajin,” jawab Embun dengan pelan, sambil melirik ke arah Ibunya.
“Embun rajin Dok, cuman kemarin sempat merajuk. Tapi tadi udah pinter mau minum lagi.”
Hani kemudian menjawab pertanyaan Dokter Faisal. Karena dia tau, Embun akan takut saat melakukan kesalahan. Dia memang mengajarkan kepadanya, untuk selalu bertanggung jawab pada apa yang dia lakukan.
“Harus rajin terus minum obatnya ya cantik! biar Embun cepet sembuh,” ucap Dokter Faisal.
Setelah melakukan pemeriksaan rutin, dan memastikan keadaan Embun mulai ada kemajuan. Seperti biasa, Dokter Faisal akan memberikan Embun coklat. Sebelum mereka pamit ke apotik untuk menebus obat.
Hani meminta Grizellee, untuk mengajak Embun ke area bermain. Karena antrian obat lumayan banyak, takut kalau Embun bosan dan merajuk lagi. Sedangkan dia tetap menunggu di apotik, menunggu obatnya siap.
***
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, Reiga bergegas pergi menuju rumah sakit. Hari ini Kakeknya sudah perbolehkan pulang ke rumah.
Dia tidak ingin kecolongan lagi, akan selalu memastikan bahwa kondisi kesehatan Kakek Hanan selalu baik.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, dia mampir ke toko buah. Membeli buah Berry kesukaan Kakeknya. Biasanya Kakek Hanan akan ngemil buah berry sambil menonton drama korea kesukaannya. Bahkan saat Reiga libur, dia juga harus menemaninya menonton drama kesukaan Kakeknya itu.
Bulan ini memang Reiga sangat sibuk sekali, banyak sekali proyek yang harus dia selesaikan. Sehingga membuatnya lalai dengan kesehatan Kakek Hanan, berakibat Kakeknya harus di rawat di rumah sakit.
Setelah Reiga sampai di rumah sakit, dia bergegas menuju keruangan dimana Kekek Hanan sedang di rawat. Saat dia sampai, ternyata Kakek Hanan sudah berganti baju biasa, dengan tangan yang sudah terbebas dari infus.
“Kek, udah siap pulang?” Tanya Reiga sambil memeluknya.
“Sangat siap sekali, bahkan Kakek merasa lebih sehat dari sebelumnya! Tidak seperti orang yang baru saja sembuh dari sakit.”
“Kelihatan sekali dari wajah Kakek, bahagia sekali kelihatannya?”
“Ini semua kan karena kamu, Kakek bahagia sekali. Sampe mau tersenyum terus, ngak bisa berhenti.”
“Reiga juga seneng lihat Kakek sehat dan bahagia, jangan sakit- sakit lagi ya!”
“Kakek janji akan selalu sehat, agar bisa melihat Cucu Kakek menikah.”
“Oh ... iya, tadi Reiga beli buah Berry buat kakek. Udah lama ngak beliin camilan kesukaan Kakek, maafin Reiga ya.”
“Di maafkan, dengan satu syarat!”
“Apa?”
“Nanti malam, temani nonton drakor kesukaan kakek.”
“Siap ... apa sih yang ngak buat kakek?”
Reiga menghela nafas panjang. Tidak bisa membayangkan, betapa bosannya dirinya nanti malam, saat menemani menonton drakor.
Karena Pak Hadi ada pekerjaan penting, yang tidak bisa dia tinggalkan. Reiga yang menggantikannya, mengurus administrasi kepulangan Kakeknya.
Meskipun ini rumah sakit milik Kakek Hanan. Dia tetap harus menaati peraturan rumah sakit. Prinsip itulah yang selalu diajarkan Kakeknya padanya. Sehingga bisa membuat Reiga, menjadi sukses seperti sekarang.
Setelah membayar tagihan rumah sakit, Reiga menuju ke apotik untuk menebus obat. Sesampainya di sana, dia melihat orang yang sejak kemarin memenuhi pikirannya.
Bergegas Reiga memberikan resep obat kepada apoteker, setelah itu dia pergi mendekat ke arah kursi sebelah kanan. Memastikan jika dia tidak salah orang.
“Bu Hanifa!”
“Iya, oh ... Pak Reiga ya?”
“Iya Bu Hani, Siapa yang sedang sakit Bu?”
“Emm ... Pak, gimana kalau panggil saya nama aja?”
“Oh, iya maaf ya Bu, eh ... Hani. Kalau begitu kamu juga panggil saya nama aja ya?”
Hani masih terdiam saat Reiga meminta, agar dia memanggil nama saja. Seperti hanya dia yang mau dipanggil nama saja.
“Bukannya ngak sopan kalau saya manggil nama aja?” ucapnya ragu-ragu.
“Kalau kamu ngerasa ngak enak, bisa kok di tambahi Mas, Abang, Sayang atau Ayanggg!”
Hani terkejut sampe membelalakkan matanya, mendengar ucapan pria yang ada di depannya.
Reiga sendiri juga geli mendengar apa yang dia ucapkan, bisa-bisanya bisa berkata seperti itu.
“Saya panggil, Mas Reiga aja ya?” jawabnya sambil tersipu malu.
“Boleh!”
“Oh iya ... M-mas Reiga ngapain disini, ada keluarga yang sakit?”
“Iya Kakek sedang sakit, tapi Alhamdulilah udah boleh pulang. Kamu sendiri, kok bisa disini?”
“Aku nganterin Embun periksa.”
“Embun sakit, sakit apa, sekarang dimana Embun?”
“Tenang Mas, Embun baik kok. Orangnya lagi sama Grizellee di area bermain.”
Betapa cantiknya perempuan di depan Reiga, saat tersenyum menjawab pertanyaannya. Dia merasa sudah jatuh hati sangat dalam kepadanya.
“Alhamdulilah. Saya cemas sekali, aku kira Embun kenapa-napa. Terus kenapa kesini kalau tidak sakit?”
Hani belum sempat menjawab pertanyaan Reiga. Dia sudah mendapat panggilan dari apoteker, untuk mengambil obat yang sudah siap.
Sebelum dia berdiri, Hani meminta Reiga untuk menunggunya. Katanya ada yang mau di sampaikan.
Reiga langsung besar kepala, percaya diri kalau Hani juga mempunyai perasaan yang sama dengannya.