Bruk ...
Terdengar suara pintu dibuka dengan kencang oleh seseorang. Rhys yang bersembunyi di balik gantungan pakaian bersama Abigail yang masih tak sadarkan diri.
Rhys menatap ke arah pintu dengan tatapan elang, melihat pria pelontos itu mulai masuk kedalam ruang tersebut.
"Rhys, aku sempat mendengar percakapan Jack Melton dengan kekasihnya. Chip yang sedang kita cari, ia sembunyikan dalam ponsel pintarnya. Apa yang akan kita lakukan?" tanya Ethan dari seberang jaringan pribadi.
Rhys menoleh sesaat pada wanita yang ia baringkan di sampingnya, memastikan Abigail masih belum sadarkan diri.
"Target keluar!" bisik Rhys.
Rhys berdiri dari posisinya dan segera bergerak keluar dari ruangan tersebut, mengikuti Jack yang kembali ke ruang lainnya.
Ethan bersama tiga anak buahnya yang bernama Billy, Arnold dan Alex saling menatap pada Rhys yang sudah bersiap dengan senjata mereka masing-masing. Mengepung ruangan yang baru saja di masuki oleh Jack barusan.
Rhys memberikan aba-aba dan menganggukkan kepalanya satu kali. Dengan gerakan tanpa suara, Ethan membuka pintu ruang tersebut dan melihat Jack sedang berjongkok didepan mayat Abel, seperti sedang mencari sesuatu dari saku celana wanita itu.
Dor ...
Tanpa menunggu lama lagi, Rhys yang berdiri tepat di belakang Ethan dan ketiga anak buahnya, menembakkan senjatanya tepat pada d**a kiri Jack, hingga pria pelontos itu ambruk ke lantai dan sudah tak bernyawa lagi.
"Hey!!! Apa kau juga ingin membunuhku? Kau benar-benar gila Rhys!" pekik Ethan.
Rhys hanya mengedikkan bahunya dengan santai, lalu menghampiri mayat Jack, dan melewati darah yang bersimbah di lantai.
"Kau menemukannya Rhys?" tanya Miller dari seberang jaringan pribadi.
Rhys membalikkan tubuh besar Jack hingga terlentang. Pria itu merogoh saku celananya lalu beralih pada saku jasnya hingga sebuah ponsel ia temukan didalamnya.
Rhys menyeringai saat menemukan benda yang di carinya. Ia pun mengambil dompet milik Jack dan membuka benda kotak berwarna coklat itu.
Terdapat sebuah foto yang wanita yang tak lain adalah Abigail. Di belakang foto tersebut ada sebuah kode angka dan abjad yang terangkai seperti kode.
Rhys menoleh kebelakang, menatap Ethan yang sedang berdiri memperhatikan dirinya.
"Sebuah kode rahasia?" tanya Ethan kebingungan.
"Sepertinya begitu. Kita akan mengetahuinya setelah semua barang bukti ini dibawa dan di periksa oleh Miller," sahut Rhys.
Pria itu kini berdiri dari posisinya dan berjalan menjauh dari mayat Jack yang tergeletak di lantai.
"Rhys, sebelum kau menembak pria itu, aku sempat melihat Jack seperti sedang mencari sesuatu pada mayat wanita ini. Kira-kira, apa yang ia cari?" tanya Ethan yang merasa penasaran.
"Sebelum wanita itu dibunuh oleh Jack, aku mendengar jika dia sempat melihat aksi pembunuhan yang dilakukan Jack. Entah bagaimana, aku tidak tahu. Tapi sepertinya, wanita ini mengetahui sesuatu hingga Jack membunuhnya," timpal Rhys.
Ethan menganggukkan kepalanya, menyetujui spekulasi yang dijabarkan oleh Rhys.
"Arnold, coba cari pada tubuh wanita itu, apa yang dia miliki dan dicari oleh Jack?" titah Ethan.
Arnold yang berdiri dibelakang Rhys, segera melakukan perintah tersebut. Sedangkan Rhys, melangkahkan kakinya keluar.
"Kau mau kemana?" tanya Ethan saat melihat Rhys meninggalkan mereka.
"Aku serahkan sisanya padamu. Aku ada urusan yang lebih penting demi kelangsungan hidupku," sahut Rhys seraya membuka pintu ruangan yang digunakannya untuk bersembunyi tadi.
***
Pria tampan itu, kini duduk disamping Abigail yang masih terbaring tak sadarkan diri. Dengan sebelah kaki yang ditekuk dan sebelah lagi diluruskan, Rhys terus memegangi foto temuannya dan menatapnya lebih dalam lagi.
Ia pun beralih menatap pada Abigail yang berada disampingnya, lalu kembali menatap foto yang sedari tadi di pegangnya.
"Apa sebenarnya yang kau ketahui? Serangkaian kode apa ini?" gumamnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba, sebuah pergerakan terlihat dari wanita disampingnya. Ia menggeliat lalu perlahan bangun dengan mata masih terpejam dan sebelah tangannya memegang kepalanya yang terasa sangat berat.
"Kau sudah sadar?" tanya Rhys.
Seketika wanita itu membuka matanya, ia menoleh ke samping dan mendapati seorang pria asing baginya sedang duduk didekatnya.
Abigail beringsut menjauh, "jangan bunuh aku! Aku mohon!" ujarnya tiba-tiba dengan suara bergetar.
Rhys masih terdiam memperhatikan wanita dihadapannya itu yang semakin mundur menjauh ke belakang.
Hingga tubuh bagian belakang Abigail menabrak dinding dan dia memeluk kedua kakinya. Rhys berdiri dari posisinya, memasukkan kembali foto yang sedari tadi dipegangnya ke dalam saku jas, lalu berjalan menghampiri wanita itu dan berjongkok di hadapannya.
"Aku tidak akan membunuhmu! Aku bukan pria jahat. Aku hanya ingin menyelamatkanmu, Nona." Ujar Rhys.
Pria itu berusaha menenangkan tubuh Abigail dengan memegang pundaknya, namun Abigail terus menghindar.
"Lihat wajahku! Apa kepalaku pelontos seperti pria pembunuh itu?" tanya Rhys.
Abigail tertegun. Benar ... pria yang membunuh temannya itu berkepala pelontos dengan tubuh kekar. Ia memberanikan diri mendongakkan kepalanya dan menatap pria dihadapannya dengan wajah penuh airmata.
"Jadi ... kau bukan pembunuh?" tanya Abigail dengan suara parau.
Rhys yang tampak datar hanya mengangguk dan terus menatap wajah wanita itu.
"Apa kau tak mengenaliku?" tanya Rhys tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan itu, Abigail mengerutkan dahinya dan memperhatikan pria dihadapannya.
"Apa kita pernah bertemu?" tanya Abigail.
"Rhys aku menemukan siapa wanita dalam foto yang kau temukan," ujar Miller dari seberang jaringan pribadi mereka.
"Apa kau benar-benar tak mengenalku?" tanya Rhys lagi.
"Aku tak mengenal wajahmu, tapi aku merasa tidak asing dengan suaramu, tuan." Sahut Abigail.
"Dia anak dari seorang jurnalis terkenal yang meninggal saat misi penangkapan ketua BlackLion. Pria yang sempat kau selamatkan, namun mengorbankan nyawanya demi melindungimu," lanjut Miller.
Seketika Rhys membelalakkan matanya. Pria itu menatap Abigail dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
"Siapa namamu?" tanya Rhys.
"Abigail Xander," sahut Abigail.
Rhys terdiam sejenak. Pria itu seketika mengingat seorang pria paruh baya yang telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Rhys dari sebuah peluru yang ditembakkan ke arahnya saat penangkapan ketua BlackLion.
Ia pun kembali teringat saat dirinya sedang meniduri wanita yang kini ada dihadapannya. Yang tanpa sengaja keperawanannya diambil oleh Rhys. Bahkan Rhys melakukan penyatuan mereka didalam, tanpa mengenakan pengaman apapun.
Pria itu menekan tepi telinganya untuk mematikan sambungan pribadi pada mini earpiece yang dikenakannya, lalu menatap mata sayu wanita itu. Mata yang kini terlihat seperti sedang mencari pertolongan dari siapapun yang ia temui. Dengan tubuh yang masih bergetar, dan wajah yang dipenuhi sisa-sisa airmata yang mulai mengering.
Rhys mengulurkan tangannya. Merapihkan rambut Abigail yang terlihat sangat berantakan. Lalu tangannya menghapus sisa airmata di sudut mata wanita itu.
"Sebaiknya, kau tidak mengingatku. Tidak mengingat pertemuan kita saat itu, bahkan lupakan aku yang dulu. Aku ingin kau mengenalku sebagai penyelamatmu dan pelindungmu," ujar Rhys.
"Kenapa?" tanya Abigail tanpa sadar.
"Karena aku, bukan pria baik-baik," sahut Rhys.
***