Bab 5. (SBL)

1026 Words
Mereka bertiga tetap terdiam. Hingga Sri pun berbicara kembali. Mencairkan keheningan yang tercipta sejenak di ruang tamu itu. Yang membuat Rudy semakin kesal terhadap adik iparnya itu. Bagaimana bisa, Sri menjadi seperti ini?. Setelah bertemu dengan Zulian. "Lian, diminum teh bikinan Sri. Yang super enak ini ya... Yang dibikin memakai hati SBl yang suci ini..." ucap Sri, sambil menegakan badannya kembali. Dan tersenyum manis ke arah Zulian. Berharap Pemuda berwajah Korea yang sudah membuat dirinya jatuh hati pada pandangan pertama itu, dapat terhipnotis dengan senyum terindah yang ia miliki. Dan suaranya yang lemah lembut bagai seorang puteri keraton kerajaan mimpi. Tangannya memeluk nampan itu. Seakan dirinya sedang memeluk seseorang dengan penuh kemesraan dan kasih sayangnya. Zulian lalu meminum teh hangat itu sebagai sebuah basa-basi, seteguk saja. Sedangkan Rudy membiarkan teh manis hangat itu begitu saja. Seakan ia sama sekali tak berselera dengan teh hangat buatan Sri. Yang ia lihat sedang kasmaran dengan adiknya. Jadi sikapnya menjadi sok cantik, sok seksi, sok lembut dan keluarga sok lainnya. "Enak kan, teh bikinan Sri ...?" tanya Sri, melirik ke arah Zulian. Yang tak dihiraukan oleh Zulian sama sekali. "Ya, enak," jawab Zulian singkat. Tanpa menatap ke arah Sri. Seolah acuh tak acuh terhadap kehadiran Sri di ruang tamu itu. "Oh iya, A Rudy. Sri mau kursus komputer dulu. Mungkin agak malam Sri pulangnya. Kalau mau makan, ambil saja di dapur. Jangan menunggu Mba Lastri pulang, nanti kalian lapar lagi ...," ujar Sri, dengan suara yang dibuat semanja mungkin di hadapan Zulian. Yang membuat Rudy pusing tujuh keliling mendengar kecentilan Sri sejak dari tadi. Baik Rudy maupun Zulian tak merespons perkataan dari SBL itu. Yang seakan tak mereka anggap penting sama sekali. Sri lalu pergi menuju ke arah dapur untuk menaruh nampan. Dan setelah itu, ia pun masuk ke dalam kamarnya untuk berdandan. Dan bersiap untuk pergi ke tempat kursus komputernya. Di dalam kamarnya itu, ia lalu melepas daster yang ia kenakan. Lalu menggantinya dengan kaos lengan pendek berwarna ungu, yang dipadu dengan celana jeansnya. Ia lalu memakai bedak dan lipstik di bibirnya. Agar terlihat lebih menarik di mata Zulian. Setelah itu ia memakai kaos kaki dan sepatu kets nya. Lalu mengambil tasnya. Dan lalu pergi dari dalam kamarnya. Ia langkahkan kakinya selembut dan selambat mungkin, agar Zulian mengamati keindahan tubuhnya. Yang menurutnya seindah super model dunia. Melihat akan hal itu, Rudy pun akhirnya angkat bicara kembali. Karena dirinya benar-benar sudah pusing melihat tingkah centil dan agresif dari adik istrinya itu. Kalau tidak bicara sekarang. Pasti tingkah adik iparnya itu akan lebih menjadi-jadi nanti. Yang bisa saja membuat dirinya benar-benar muntah di tempat itu. "Sri, sebaiknya kamu cepat berangkat kursus. Nanti kamu terlambat ...," ujar Rudy tajam tapi datar, dan menusuk ke hati Sri. Mendengar perkataan Rudy, Sri pun tersenyum walaupun dengan terpaksa. Tak menunjukan sikap judesnya kepada Rudy, seperti biasanya. Mungkin ia ingin menarik perhatian Zulian. Dan ingin terlihat di mata Zulian, bahwa dirinya adalah gadis yang baik dan lemah lembut dan sempurna tiada cela sama sekali. Sri lalu benar-benar berangkat pergi meninggalkan rumah itu. Untuk menuju tempat kursus komputernya. Yang berada tak jauh dari perkampungan itu. Dengan hanya berjalan kaki saja. Dirinya akan sampai di tempat kursus komputernya dalam waktu 15 menit saja. "A ... ah!" Rudy pun menarik napasnya dalam-dalam. Sebelum ia berbicara kembali kepada Zulian. Seakan ingin mengatakan sebuah beban yang sangat berat di dalam hidupnya. Yang ia pendam sendiri selama ini. "Dia itu persis seperti kakaknya, bersikap baik dan manis di hadapan lelaki pujaannya. Tapi setelah menikah, sikap aslinya pun mulai terlihat ...," tutur Rudy, seakan menyindir dirinya sendiri. Lalu ia pun meminum teh manis hangat buatan adik iparnya itu, seteguk saja. Lalu menaruhnya kembali di meja berkaca tebal itu. Zulian tampak mengerti dengan perkataan Kakaknya itu. Dan ia lalu angkat bicara. Merespons perkataan dari Rudy. "Memang kenapa dengan sikap Mba Lastri, A?" tanya Zulian dengan hati-hatinya, takut jika Kakaknya itu akan tersinggung mendengarnya. Rudy lalu memejamkan kedua matanya sejenak, lalu membukanya kembali kedua matanya. Ia seakan bimbang untuk bercerita atau tidak, tentang sikap istrinya terhadap dirinya selama ini. Hingga ia pun memutuskan untuk menceritakan kepada adiknya itu. "Ya, Lastri memang persis seperti Sri. Saat Aa baru mengenalnya. Dia baik dan manis sikapnya, itulah yang membuat Aa jatuh hati kepadanya. Tapi sesudah Aa menikah dengannya, sifat aslinya pun mulai terlihat dan diperlihatkan olehnya. Apalagi saat bisnisnya mulai maju. Dan Aa di PHK dari tempat kerja Aa, beberapa tahun lalu. Ia mulai sangat berkuasa, walaupun Aa sudah bekerja kembali saat ini," tutur Rudy, datar tapi mendayu. Dengan menahan segala kepedihannya hatinya itu. "Memang Mba Lastri bisnis apa sih, A?" tanya Zulian dengan penuh selidik. "Biasa, ngeriditin berbagai barang elektronik dan emas. Paling sebentar lagi, ia juga pulang," timpal Rudy dengan agak ketus. Mengingat sosok istrinya yang semakin berkuasa di dalam kehidupan rumah tangga mereka. Yang membuat dirinya frustrasi dan bimbang akan keutuhan rumah tangganya saat ini. "Sabarin saja A, mungkin Mba Lastri bersikap seperti itu kepada A Rudy. Dikarenakan ia kelelahan bekerja," ujar Zulian, sambil tersenyum tipis. Berusaha menenangkan kakaknya. "Itu sudah Aa lakukan, tapi kesabaran Aa itu ada batasnya. Lama-kelamaan Aa juga enggak tahan diperlakukan seperti itu oleh Lastri!" ujar Rudy, melepaskan rasa kekesalannya, terhadap istrinya yang ia pendam selama ini. Zulian terdiam, berusaha untuk memahami posisi kakaknya, yang merasa tertekan atas perlakuan istrinya terhadap dirinya selama ini. Rudy pun lalu angkat bicara kembali. "Makanya kamu jangan sampai jatuh cinta sama Sri, Aa enggak mau. Kamu mengalami nasib seperti Aa. Yang tertekan di dalam keluarga," ujar Rudy lirih. "Ya, enggak bakalan lah. Lian jatuh cinta sama perempuan selevel Sri. Mau ditaruh di mana populeritas, lelaki penakluk selama ini. Yang melekat pada diri Lian ...," ujar Zulian, menyanjung dirinya sendiri. Yang membuat Rudy menggelengkan kepalanya. "Kamu ini narsis ya?" ucap Rudy, sedikit tersenyum mendengar ucapan Zulian itu. "Ya, haruslah,," jawab Zulian riang, seakan ingin menghibur Kakaknya. Dengan banyolannya itu. "Tapi, satu yang mesti kamu ingat. Mba Lastri di rumah ini, adalah Nyonya besar. Jadi kamu harus menuruti segala perintahnya. Kecuali hal-hal yang negatif, kamu mengerti kan Lian," ujar Rudy, yang seakan ingin memberi peringatan kepada Zulian terhadap istrinya itu. "Iya, Lian mengerti A ...," jawab Zulian dengan ringannya. Lalu terdiam kembali. Hingga suasana pun menjadi hening.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD