Bab 4. Hijrah Ke Jakarta

1118 Words
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 7 jam lamanya, dengan motornya tanpa jeda sama sekali. Akhirnya Rudy dan Zulian tiba di Jakarta. Jarum jam hampir menunjukan jam 2 siang. Suasana Jakarta benar-benar sangat panas. Matahari seakan ingin memberikan hukuman kepada penduduk Jakarta, dengan sinarnya itu. Akibat dari dosa-dosanya. Rudy akhirnya menghentikan laju motornya. Di depan sebuah rumah dengan halaman yang sangat sempit. Yang ada pada sebuah perkampungan padat di Jakarta. Yang bisa dibilang sedikit kumuh. Rumah itu memiliki luas 5×15 meter, namun bertingkat dua. Lantai bawahnya dindingnya terbuat dari tembok. Sedangkan lantai dua dindingnya terbuat dari papan. Yang merupakan tempat kost bagi pekerja urban di Jakarta. Dengan penghasilan pas-pas'an, yang masuk dalam ekonomi lemah. Untuk ukuran Jakarta. Sesudah motor yang dikendarai oleh Rudy berhenti. Zulian lalu turun dari boncengan kakaknya. Sedangkan Rudy menaruh motornya di depan rumah istri tercintanya. Kakak dari Zulian itu, lalu mengambil kunci kontak motornya. Dan lalu memencet bel yang ada di rumah itu. Sedangkan Zulian berdiri di belakangnya. Sesudah bel usai berbunyi, muncullah seorang gadis berusia 25 tahunan. Yang wajahnya sedang memakai masker. Dan rambutnya dibungkus dengan handuk kecil, seperti orang yang habis keramas. Dan langsung saja membukakan pintu rumah itu, untuk mereka berdua masuk. Rudy dan Zulian lalu masuk ke dalam rumah itu, dengan terlebih dahulu membuka helm mereka masing-masing, ketika pintu itu telah terbuka. Saat melihat wajah Zulian, gadis yang bernama Sri, tampak terpesona. Dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Zulian. Sikapnya yang biasanya judes, kini berubah menjadi manis sekali. Berubah 180 derajat dari sifat biasanya. Karena kehadiran pemuda berwajah Korea di rumah itu. Bisa dibilang Sri saat ini, bukanlah Sri yang sebenarnya. "Dia itu, seperti pangeran pujaan hatiku selama ini ..," kata Sri di dalam hatinya. "Eh, A Rudy. Ko sudah datang sih ...? Kangen sama Mba Lastri ya?" ujar Sri, yang dibuat dengan nada semanis mungkin. Setelah Rudy dan Zulian duduk di sofa yang ada di ruang tamu itu. Hingga membuat Rudy malah menjadi enek melihatnya. Bagaimana tidak Sri yang biasanya bersikap ketus terhadap dirinya. Kini berubah menjadi bersikap super manis seperti itu. Benar-benar sangat dipertanyakan sikapnya itu. Rudy tahu, perubahan sikap adik iparnya itu. Karena kehadiran Zulian bersamanya. Rudy juga tahu, Sri sudah kesemsem oleh Zulian pada pandangan pertamanya. "Dasar perempuan .... Tidak bisa melihat lelaki tampan," kata Rudy di dalam hatinya. Lalu berbicara ketus kepada Sri. "Abis minum obat apa kamu? tumben sikapmu menjadi manis seperti ini?" timpal Rudy, dengan menatap Sri yang masih berdiri, dengan tatapan menatap Zulian dengan mesranya. Seakan sedang memandang kekasihnya yang baru kembali. Setelah lama pergi entah ke mana. "Memang enggak boleh ya, kalau Sri mau berubah untuk menjadi lebih baik?" sahut Sri, sambil melirik ke arah Zulian dengan gaya genitnya. Hingga membuat Rudy kesal melihatnya. Apalagi melihat Sri dengan penampilan memakai daster seperti itu. Rudy melihatnya seperti seorang pembantu binal di rumah itu. "Untuk apa kamu masih di situ? Bukannya bikinin air," kata Rudy dengan ketusnya, menumpahkan kekesalannya kepada Sri. Yang tetap saja terlihat bahagia, walaupun diperlakukan ketus oleh kakak iparnya itu. "Ya mau kenalan lah, sama cowok yang A Rudy bawa dari kampung itu," sahut Sri dengan gaya seperti ABG, sambil melirik kan matanya ke arah Zulian. Yang tampak risih dengan sikap genit Sri terhadap dirinya. Yang seakan telah kehilangan rasa malunya sama sekali. "Ya, sudah kalian kenalan. Ini Zulian, Adenya Aa." jawab Rudy menunjuk ke arah Zulian yang terlihat kikuk di hadapan Sri, yang terlihat agresif. Seperti seekor ular kobra yang ingin mematuk pengganggunya. Sri lalu menggenggam tangan kanan Zulian, walaupun Zulian tak mengulurkan tangan kanannya kepada Sri terlebih dahulu. "Aku Sri Bunga Lestari, cewek paling cantik di kampung ini. Tapi cukup panggil aku 'SBL' ..," ujar Sri, sambil meremes tangan kanan Zulian dengan gemesnya. Hingga membuat Zulian terkejut. Tak menyangka jika Sri akan bertindak seagresif terhadap dirinya seperti itu. "Aku Zulian, tapi cukup panggil aku Lian," timpal Zulian datar, lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Sri, yang masih menggenggam tangan kanannya. Seakan tak ingin melepaskan tangan Zulian dari genggaman tangannya. Melihat tingkah Sri itu. Rudy lalu angkat bicara. Untuk menghentikan ulah adik iparnya terhadap Zulian. "Sri, tolong lepasin tangan Zulian. Lebih baik kamu ke dapur ambil air, dan sekalian bersihkan wajahmu yang seperti topeng monyet itu." ucap Rudy, yang membuat Sri melepaskan genggaman tangannya dari tangan Zulian. Mendengar perintah dari kakak iparnya. Sri langsung pergi ke arah kamar mandi untuk membersihkan wajah bermasker nya. Dengan perasaan yang dipenuhi oleh kebahagian, karena dapat mengenal lelaki setampan Zulian di hidupnya. "Dasar perempuan agresif, sepertinya aku harus menjaga jarak dengan dirinya," ucap Zulian di dalam hatinya. Dengan memasang wajah yang penuh dengan kekesalan, merespons ulah dari Sri. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari dalam mulutnya. Sri terus melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar mandi yang ada di rumah itu. Ia lalu berhenti di depan pintu kamar mandi. Sesaat kemudian tangan kanannya membuka pintu kamar mandi itu. Dan lalu masuk ke dalamnya, lantas menutup pintu kamar mandi itu, kembali. Di dalam kamar mandi, ia mengamati pantulan dirinya pada cermin besar. Yang ada di dalam kamar mandi itu. Terlihat ia pun mengagumi dirinya sendiri, yang di nilai oleh dirinya sangat cantik sekali. Padahal sebenarnya wajahnya itu standar untuk ukuran Jakarta. "Aku begitu cantik .... Kalau aku jadi pacarnya Zulian, pastinya aku pantas dan serasi dengan dirinya itu," harap Sri di dalam hatinya, memuji dirinya sendiri sambil tersenyum sendiri di depan cermin besar itu. Seakan dirinya sudah tak waras. Ia lalu mengambil air di dalam bak mandi, dengan menggunakan gayung plastik berwarna kuning. Yang langsung basuh kan ke wajahnya selama beberapa kali, hingga wajahnya pun menjadi benar-benar bersih dari masker yang ia pakai tadi. Ia lalu membuka lilitan handuk kecil yang ada di kepalanya, hingga rambut sebahunya pun terurai. Sri lalu memakai handuk kecil itu, untuk mengelap wajahnya hingga kering. Setelah selesai, ia menaruh handuk kecil itu, pada gantungan baju yang ada di dalam kamar mandi itu. "Sesudah maskeran, aku terlihat lebih cantik ...," ujar Sri, sambil mengelus-elus wajahnya dan mengamati pantulan wajahnya di cermin besar yang ada di dalam kamar mandi itu. Dengan penuh kebanggaan terhadap wajahnya. Setelah puas mengamati pantulan wajahnya di cermin. Sri memutar-mutar tubuhnya, seolah penari balet yang sedang menari hingga akhirnya ia pun puas melihat tubuh langsingnya, yang ia dapat dari diet ketatnya. Sri akhirnya keluar dari dalam kamar mandi. Ia lalu menuju ke arah dapur dan langsung membuat 2 gelas teh manis hangat. Yang langsung ditaruh di nampan. Lalu diantarkan ke ruang tamu. Hanya beberapa langkah saja melangkahkan kakinya, Sri akhirnya tiba di hadapan Rudy dan Zulian. Ia pun langsung membungkukkan badannya, lalu menaruh 2 gelas berisi teh hangat itu. Di meja panjang yang terbuat dari kayu, yang atasnya terbuat dari kaca tebal berwarna hitam. Yang sulit untuk dipecahkan. Oleh orang dewasa sekali pun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD