"Olivia apa kau ada di dalam kamar?"
Edward baru saja tiba di apartemennya tepat pukul tujuh malam. Setelah menyelesaikan pekerjaan, ia sempat singgah terlebih dahulu ke sebuah firma hukum untuk bantu mengurus berkas-berkas perceraian Olivia.
Edward memang tidak main-main. Ia teramat serius ingin memisahkan wanita itu dari sahabatnya yang ternyata seorang pria brengsekk. Kalau ia tahu Olivia nasibnya akan seperti sekarang, mungkin dari awal Edward tidak akan pernah rela apalagi membiarkan Olivia jatuh ke tangan Arsene. Sungguh, sahabatnya itu benar-benar keterlaluan memperlakukan wanita yang ia sayang.
Kalau di hari pertama Edward masih mendengar Olivia menangis di sepanjang keheningan malam, di hari ketiga ini, ia tidak lagi mendengarnya. Besar harapan Edward, apa yang ia lakukan mamp
