Bab 13. Move On?

1078 Words
Sudah beberapa hari Acha berada di Indonesia, tetapi dia belum sempat kemana-mana karena masih lelah. Lebih dari itu dia juga bingung mau ke mana. Bisa saja menemui teman-temannya, tetapi sayang dia kehilangan kontak. Sejenak Acha berfikir sambil menikmati cokelat panas miliknya. Beberapa saat berfikir tiba-tiba otaknya kefikiran ingin pergi ke mana. Akan tetapi saat dia akan beranjak tiba-tiba Sarah—ibunya datang menghampiri. Maka dari itu dia mengurungkan niat untuk ke kamar. Sarah duduk tepat di samping Acha, menatap wajah putri satu-satunya dengan lekat. “Kenapa Mama liatin Acha kayak gitu? Ada yang salah sama wajahku? Atau Apa?” tanya Acha dengan polos. “Hari ini kamu ada rencana ke mana, Cha?” Acha menunjuk dirinya sendiri. “Aku? Aku sih niatnya ma uke luar sebentar. Ah, aku udah cerita belum sih sama Mama? Beberapa hari yang lalu aku ketemu sama Varrel. Mama masih ingat sama Varrel?” Varrel? Sejenak Sarah mengingat-ingat siapa pemilik nama Varrel yang anaknya ucapkan. Sambil berfikir Sarah sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Acha. Dilihat dari raut wajah, anaknya sangat bahagia membahas orang bernama Varrel. “Varrel Aditya Fahlevy, mantan aku semasa kuliah. Dulu dia sering banget ke sini, ketemu Mama sama Ayah. Masa Mama benar-benar lupa?” “Oh, Varrel mantan kamu itu? apa kabar dia? Mama ngga pernah tau lagi kabar dia gimana. Terakhir liat berita dia sudah menikah. Betul dia sudah menikah?” Menikah. Satu kata yang sukses menampar hati mungil Acha. Fakta itu memang tidak bisa dibantah, tapi entah kenapa Acha masih tidak rela dengan status Varrel yang sudah berkeluarga. Bicara soal keluarga Acha jadi penasaran dengan wajah istrinya Varrel. Karena dulu setelah tahu Varrel telah menikah dia berhenti mencari tahu tentang pria itu. “Mama tau ngga istrinya Varrel kayak gimana? Pernah ketemu?” Acha bertanya dengan hati-hati. Sejujurnya ini pembahasan sensitive, penjelasan yang akan menyaklitkan hati. Tapi namanya wanita, mau sesakit apapun tetap saja dicari tahu. Sarah mengangguk mengiyakan. “Udah cukup lama sih, tapi Mama pernah liat istrinya Varrel di media sosial. Memang kamu ngga tahu media sosialnya Varrel?” “Tau, Mah, tapi ngga aku kepoin lebih lanjut pas tau dia udah menikah. Walaupun kita putus udah lama, putus komunikasi juga, lebih dari itu aku masih berharap lebih sama dia. Andai waktu itu aku ngga kuliah di luar, pasti sekarang masih sama Varrel. Atau bahkan … kita udah menikah. Ngga ada yang bisa gantiin Varrel di hati aku, Mah, aku harus gimana, ya?” Tangan Sarah terulur, mengusap pucuk kepala Acha. Dia sangat tahu apa anaknya rasakan. Tapi mau bagaimana? Semua udah terjadi, bahkan Varrel sudah mempunyai istri. Rasanya tidak akan mungkin mereka mengulang cinta yang pernah terjadi. Mau bagaimanapun Sarah tidak mau anak satu-satunya dicap sebagai perebuat suami orang. “Buka lembaran baru, Acha. Mau menyangkal seperti apapun, faktanya Varrel udah menikah. Bahkan dia udah punya anak. Dia aja udah bisa move on, masa kamu engga? Mau sampai kapan kamu stuck di tempat? Kalian ngga akan bisa mengulang masa lalu seperti dulu.” Pahit u8ntuk di dengar memang, tetapi dengan terpaksa Sarah harus mengatakan itu kepada putrinya sebelum dia melangkah terlalu jauh. “Move on, ya?” Acha mengulang perkataan Sarah. Ditariknya tubuh Acha ke dalam dekapan Sarah. “Ngga mudah memang, Mama tau itu. tapi ngga ada salahnya dicoba, ‘kan? Kamu sama Varrel masih bisa jadi teman tanpa perlu pakai hati.” Singkat, padat, jadi teman. Tidak ada jawaban apapun dari Acha, wanita cantik itu hanya diam di dalam dekapan sang mama. *** Sesuai dengan rencana awal, Acha memang memutuskan untuk ke rumah orangtua Varrel. Setelah mendapat alamat lengkapnya dari pria itu tanpa berlama-lama Acha langsung pergi. Tidak bersama Sarah, Acha pergi sendiri. Sekitar satu jam perjalanan kini Acha sudah sampai di tempat tujuan. Pintu gerbang terbuka, mobil yang wanita itu kendarai pun langsung masuk dan terparkir bdi halaman rumah. Acha turun dari dalam mobil, berjalan pelan memasuki rumah itu. rasanya Acha sangat deg-degan walaupun dia tahu di rumah ini tidak ada Varrel karena pria itu sudah di kantor. Suasana rumah sangat hening, seperti tidak ada penghuni. Langkah kaki Acha terhenti tepat di depan pintu. Rasanya dia sungkan untuk meneruskan langkahnya. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” Mendengar suara itu Acha terlonjak kaget. Sambil mengelus dadanya dia menjawab, “saya mau bertemu tante Salwa sama om Pradipta. Apa beliau ada di rumah?” Wanita paruh bay aitu mengangguk mengiyakan. “Nyonya sama Tuan ada di dalam. Mau saya panggilkan? Mbaknya bisa tunggu di ruang tamu, mari saya antar.” Sambil menunggu Acha menatap sekeliling ruang tamu. Banyak foto terpajang di dinding, yang membuat Acha salah fokus adalah sebuah foto pernikahan. Dari banyaknya foto, itulah yang paling besar. Kedua mata Acha menyipit, memperhatikan dengan lekat. Tidak salah, itu adalah foto pernikahan Varrel. Suara derap langkah terdengar, Acha pun berdiri sambil membalikkan tubuhnya. Mendapati kehadiran Salwa senyum Acha mengembang sempurna. Sedikit berbeda dengan Acha, sedangkan Salwa terlihat masih berfikir. “Tante Salwa,” sapa Acha, mendekati Salwa yang diam di tempat. “Kamu … kamu siapa, ya?” Sama seperti anaknya. Acha tertawa kecil. Acha meraih kedua tangan Salwa seraya menjawab, “Aku Acha, Tante. Tante lupa ya sama Acha? Aku … mantanya Varrel.” Pupil mata Salwa membulat mendengarnya. Seperkian detik otaknya langsung mengingat siapa gadis di depannya. Keduanya berpelukan, Acha juga sangat lega dengan respon baik Salwa. “Kamu kapan balik ke Indonesia, Cha? Yaampun, udah lama banget kita ngga ketemu. kabar kamu gimana? Baik-baik aja?” “Kabarku baik, Tante. Aku udah beberapa hari di sini, maaf baru sempat temuin Tante.” Salwa melerai pelukan itu, kedua tangannya memegangi wajah Acha. “Yaampun, makin cantik aja kamu. Syukur kalau kamu baik. Kamu ke sini liburan atau gimana?” “Rencananya mau stay di sini lagi, Tante, tinggal tunggu keputusan oma. Lagian kasihan Mama sama Ayah di sini berdua doang.” Sebelum bertanya lebih lanjut Salwa mengajak Acha duduk di sofa. Tak lupa dia menyuruh bi Rani untuk membuat minuman. “Kamu udah ketemu sama Varrel? Ngomong-ngomong dia ngga tinggal di sini kalau tujuan kamu ke sini mau ketemu dia. Dia udah pindah, rumanya ngga jauh dari sini kalau kamu mau ketemu dia.” “Aku uda ketemu sama Varrel, Tante. Makanya udah ketemu, sekarang akum au temuin Tante dan Om. Om Pradipta ada, Tan?” “Owalah, udah ketemu. om lagi di kamar mandi, nanti juga ke luar. Apa kamu udah ketemu Ayna juga, Acha? Ayna itu istrinya Varrel,” ujar Salwa dengan bangga. Lagi-lagi soal istri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD