Kedekatan Yang Tak Biasa

1900 Words
“MASYA Allah, Bii! Ya enggak lah. Kita juga udah misah kok. Mereka lanjut ke tempat lain. Kita juga. Sekarang lagi di penginapan. Besok mau jalan lagi terus langsung ke stasiun, mau berangkat ke Jogja kan,” tutur Farras. Soalnya, suaminya—Ando—marah gegara melihat postingan Rain. Gadis itu kan foto bareng Pras dan Andra di Gunung Bromo terus di-upload ke i********:. Ketahuan lah sama Ando. Kalau melihat Pras dan Andra bersama Rain kan otomatis dua cowok itu ketemu istrinya juga. Sementara sang pelaku upload foto malah geleng-geleng kepala. “Si Ando mulai lebay deh,” dumel Rain tapi kepalanya malah ditoyor Dina. Pasalnya, si Ardan juga melihat postingan itu. Eeeh saudara kembarnya yang sableng itu juga marah-marah di WA. Gimana gak kesal tuh si Dina? Ia ketemu mereka kan gak sengaja juga. Lagian, dalangnya si Rain kenapa ia juga dimarahin? Hoho. Soalnya si Ardan kan emang udah melarang Dina dekat-dekat lagi sama cowok itu. Waktu si Dina ketemu Pras di bulan puasa kemarin pun, Dina diomelin. Apalagi sekarang? Mana jalan bareng pula dari Stasiun Malang ke Gunung Bromo. Bah! “Lo lain kali kalo posting yang kayak gitu, tanya-tanya dulu ke kita dong!” Dina mendumel. Ia masih sibuk membalas WA Ardan yang berbuntut panjang. Itu cowok masih kekeuh. Bahkan berniat mau menyusul mereka. Halah, Dan! “Tauk! Ando juga jadi marah sama gue!” Farras turut menyemprotnya. Kini Rain cuma bisa memijit-mijit keningnya. Serba salah karena jomblo kali yak. Ternyata gak cuma Ardan yang serba salah, tapi ia juga. “Ya kan Ras juga gak bisa pergi gitu aja, Bi! Gak enak juga. Lagian kan gak ngapa-ngapain!” Ternyata Farras masih melanjutkan video call-nya dengan sang suami tercinta. Perempuan yang satu itu pindah posisi dari dekat kamar mandi ke dekat lemari. Sementara Dina dan Rain berbaring di atas tempat tidur. “Ya Allah, Bi. Jangan begini dong. Ras juga gak tahu kalau bakal ketemu mereka. Jadwal kereta dari Gambir ke Malang pun cuma di jam itu. Tempat duduk penuh semua kan masih suasana arus balik usai lebaran. Ras juga gak nanggepin mereka. Kalau gak percaya tanya aja sama Kak Dina dan Rain. Ras cuma baca buku sambil sesekali balas WA-nya Abi. Terus pas sampe ya, kebetulan mereka mau ke Bromo jadi bareng. Tapi demi Allah, Bi, Ras gak natap mereka. Paling gak sengaja noleh aja. Siangnya kita udah turun duluan dari gunungnya, langsung ke penginapan. Istirahat. Kita juga gak tahu kan mereka kemana. Insya Allah gak bakal ketemu lagi." Rain yang geleng-geleng kepala. Omongannya Farras panjang banget. Udah kagak pakek titik dan koma lagi. Hahaha. “Bi, gak mungkin lah Ras pulang. Abi tega nyuruh Ras pulang sendiri?” Farras tampak kesal. Dina yang baru saja menyelesaikan WA-nya dengan Ardan langsung menoleh ke arah sepupunya yang satu itu. Dari tadi berisik benar dah. “Ya ampun. Segitu gak percayanya sama istri ya,” dumel Farras. Ucapannya itu dielak oleh Ando di seberang sana. “Ya udah terserah Abi lah,” tuturnya lantas mengucap salam dan mematikan telepon. Perempuan itu menghela nafas panjang. “Napa lu?” tanya Dina. Heran karena muka Farras merah padam. “Bang Farrel nyusul kita.” “Siapa yang suruh?” Farras mendengus. Siapa lagi kalau bukan suaminya? Dina dan Rain kompak terkikik. Paham betul sama sifatnya Ando yang cemburuan itu. Kali ini, berhubung gak bisa menyusul Farras, malah si Farrel yang dimintai tolong. Cowok itu sampai ngebut ke Stasiun Pasar Senen. Mengejar kereta paling malam yang berangkatnya jam enam sore. Keburu sih. Tapi motornya dititipkan di pos satpam lantas Ferril yang mengambilnya bersama Ardan. Dua cowok itu sama-sama ngomel. Yang satu ngomelin Farrel, yang satu ngomelin Dina. “Sekalian aja suruh orang sekampung nyusulin gue,” kesal Farras yang makin membuat dua gadis di dekatnya cekikikan. Ando emang lucu sih kalau cemburu. Padahal kalau dipikir-pikir, Farras gak bakalan selingkuh juga. Cuma ya, yang lebih paham pikiran lelaki kan ya para lelaki juga? Iya gak? Itu sih yang Ando khawatirkan. Makanya, ia rasa, istrinya harus ada yang jagain. Untungnya Farrel paham. Makanya ia langsung ber-angkat tanpa tunggu lama. Untungnya lagi, si Farrel masih kebagian tiket. “Bang Ardan kagak nyusul ke sini juga, kak?” Dina terkekeh. “Dia sih sepik doang!” Rain ikut terkikik. Iya sih. Sudah beberapa kali kejadian kayak gini terjadi, si Ardan cuma bisa mengancam doang kalau bakalan menyusul. Ternyata kagak. Beda sama Ando. Kalau sama lelaki yang satu itu, kagak usah ditantang. Kagak ditantang aja, dia datang apalagi ditantang? ♡♡♡ “Woi, Dit!” Adit tergagap. Sedari tadi bengong, memandang ponselnya yang ber-geming. Ketika mendongak, Husein, Nara dan Teo sudah melototnya ke arahnya. Ia terkekeh lantas garuk-garuk kepala. “Yah, Dit. Lu jangan mikirin cewek mulu dong! Profesional, jok! Kita lagi kerja ini!” koar Teo. Adit mengangkat kedua tangannya. Menyerah seraya memohon maaf. Kemudian mempersilahkan Husein menjelaskan lagi tentang perkembangan proyek. Sejujurnya, Adit kepikiran postingan Rain bersama dua cowok ganteng. Tahu lah siapa. Kalau Rain ketemu dua cowok itu, otomatis Dina juga dong. Ia jadi pengen tahu, gimana sih perasaan gadis itu ketemu Pras? “Gimana, Dit?” “Hah?” Nara dan Teo geleng-geleng kepala. Husein terkekeh melihat tampang b**o Adit. Lelaki itu melamun lagi. “Dit....Dit....mending lu wudhu deh sekalian solat. Biar benar pikiran lo!” Kali ini Nara yang ngomong. Nasehatnya sih copy paste dari omongan-nya Husein. Hahaha. Dinasehati begitu, Adit terkekeh seraya minta maaf lagi. “Lanjut bro...lanjut,” tuturnya, mempersilahkan Husein lagi. Husein malah berkacak pinggang. Dari pada dilanjutkan, Adit kagak fokus begini, ia punya ide lain. “Enaknya kemana siang-siang begini?” “Nah!” Teo bertepuk, jarang-jarang Husein begini. Biasanya kerja mulu. Sekali-kali hiburan kan kece juga. Bosan kalau kerja mulu. “Yang kayak gini, gue demen nih!” timpal Nara. Adit terkekeh. Ia jelas menyambut girang ide ini. Mana otak lagi gak bisa diajak kompromi. Kagak bisa konsentrasi. “Tuh, Yo! Biasanya lu punya rekomendasi tempat liburan!” tutur Nara. “Tapi jangan diskotik dan sejenisnya ya, Yo! Soalnya ada bos kita nih!” bisiknya yang tetap didengar Husein dan Adit. Husein geleng-geleng kepala. Dua anak buahnya ini emang kagak benar. Kini ditambah Adit pula yang berada di antara yang benar dan kagak. Hahaha. “Kita ke Pasar Klewer aja gimana? Di sana ada tengkleng yang enak! Lu belum pernah nyoba kan, Dit?” tutur Teo. Adit sih mengangkat jempol. Tapi keputusan tetap ditangan bos mereka, Husein. Husein yang ditatap tiga pasang matanya hanya mengangkat kedua tangan. Menyerah. Dalam satu detik saja, Nara dan Teo bercihuy ria. Keempatnya segera keluar dari ruang meeting. Ruang yang biasanya menjadi tempat tongkrongan mereka. Nara dan Teo yang paling ber-semangat. Husein dan Adit menyusul di belakangnya. Husein merangkul Adit yang terkekeh geli melihat kelakuan heboh Nara dan Teo. Dua orang itu memang cocok sekali kalau sudah bergabung. “Lu jadi izin, jumat?” Adit mengangguk. “Gak ada agenda apa-apa kan?” “Gak ada sih. Gue juga gak bakal ke kantor. Mesti ke proyek satunya.” Adit mengangguk-angguk. Ia memang baru diberatkan satu proyek ini. Untuk proyek selanjutnya, tiga bulan kemudian. Menunggu titah bos. Ia sih manut-manut aja. “Tapi gue pinjam mobil lu ya?” Husein mengacungkan jempolnya. “Gampang!” ♡♡♡ Sambil menunggu pesanan, Adit iseng membuka i********:. Walau sesekali ia meladeni Teo dan Nara yang selalu mengajak foto selfie. Mulai dari ekspresi paling ganteng yang Adit punya sampai yang paling jelek, ia kerah kan. Lantas terkekeh bersama saat melihat hasil fotonya. Kemudian dikirim oleh Nara, foto-foto tersebut ke grup mereka berempat. Adit memerhati foto yang di-upload oleh Dina. Entah kenapa, akhir-akhir ini gadis ini sering banget muncul di beranda Instagramnya. Gadis itu sedang menikmati makan siangnya juga usai jalan-jalan. Iseng, Adit mengirim komentar pada postingan Dina itu. AditAlandraFatani makan mie mulu lo! Mag baru tahu rasa! Di Malang sana, Dina mengerucutkan bibirnya. Ia memang sedang online, baru selesai makan kan. Jadi mereka santai dulu seraya menunggu Farras yang lagi solat zuhur. Mereka solatnya gantian. ArdinaWirasatya sewot aja lu! Kayak emak-emak! Adit terkikik. Tiga orang di dekatnya langsung menoleh. Nara yang duduk di sebelahnya, langsung berupaya mengintip layar ponsel Adit. Husein malah terkekeh melihat kelakuan Nara yang selalu pengen tahu urusan orang itu. AditAlandraFatani dikasih tahu malah nyolot! Awas lu kalo sampe Solo malah sakit yak! Balasannya benar-benar mengajak berantem. Walau sebenarnya, Dina malah terkekeh di seberang sana. Emang sih, lebih banyak ber-candanya dan gak akurnya kalau hubungannya sama Adit. Apalagi itu cowok ambekan juga kalau ia kelamaan balas WA-nya atau kagak ada kabar seharian. Hahaha. Baru juga mau membalas eeeh si Ardan ikut nimbrung. ArdaniWirasatya woi! Kerja lu, Dit! Dina sukses terkikik. Omong-omong baru kali ini Adit mengomentari postingannya. Biasanya gak pernah. Paling cuma love doang pada setiap postingannya. Adit malah terbahak. Kepalanya langsung ditepuk Nara yang sebal karena Adit sibuk sendiri sementara mereka bertiga meng-obrol. Tapi gak konsentrasi gegara kelakuan Adit hari ini. Lu kenapa sih, Dit? batin Nara. “Wah hapenya kudu disita tuh, bos!” Teo mengompor. Nara mengangguk-angguk setuju. Sementara Adit malah terkekeh sambil garuk-garuk tengkuk. “Tauk! Kerjaannya nih, bos! Komentarin postingan ceweeeek mulu!” Husein terkekeh.“Tauk lu, Dit! Semua postingan cewek lu komentar-in!” komen Teo yang menjurus fitnah. Adit menggetuk kepala Teo yang mukulnya suka ngomong seenaknya itu. Nara malah terkikik. Apalagi cewek-cewek di sekitar mereka, mendengar ucapannya Teo. Kan kesan-nya, si Adit jadi playboy banget. Padahal sih kagak! Boro-boro malah! “Temenan sama lu pada bikin harga diri gue jadi turun!” keluh Adit. Nara dan teo kompak cekikikan. Husein? Tetap hanya terkekeh-kekeh. Tapi jemari Adit tetap lihai membalas komentar dua orang yang ber-saudara kembar itu. AditAlandraFatani lu juga, Dan! Berisik lu, Dan! AditAlandraFatani awas aja kalo lu sakit! Kagak gue ajak jalan lu! Balasan berupa ancaman itu sukses membuat Dina cekikikan.   ♡♡♡ Kalau Dina dan Adit malah cekikikan membaca komentar postingan itu, maka tidak dengan Fasha yang memang berniat kepoin akunnya Adit. Mumpung ia agak bisa bernafas siang ini, usai makan siang bersama ayah-nya. Seperti biasa lah. Lalu jam dua nanti baru akan berangkat ke rumah Pandu, untuk menyelesaikan pemasangan barang-barang di rumah lelaki itu. Sekaligus menunjukan desain interior untuk teras di halaman belakang rumah Pandu. Juga desain taman yang ia desain sendiri. Awalnya sih, Fasha tak sengaja melihat postingan Dina. Ada komentar atas nama Adit di sana, maka ia buka selengkapnya. Tapi mukanya langsung muram. Seakan belum kapok, ia malah buka akunnya Adit. Itu cowok baru saja memposting foto makan bersama dengan tim arsitek di Solo sana, dimana Fasha juga mengenal Teo, Nara dan Husein. Lalu foto selanjutnya adalah foto tengkleng yang membuat Fasha bergidik. Ia gak pernah melihat jeroan begitu dimasak apalagi dimakan. Emaknya kagak pernah masak makanan yang seperti itu. Namun ia kecewa saat men-scroll ke bawah. Ada komentar dari Dina. Padahal baru saja diposting Adit. Yaaa sekitar lima menit yang lalu. Tapi komentarnya sudah panjang sekali. ArdinaWirasatya iiih Diiit! Maaauuuu AditAlandraFatani makanya buruan ke sini! ArdinaWirasatya kan kamis sore berangkat kesana AditAlandraFatani jam berapa keretanya? Nanti gue jemput di stasiun Balapan. ArdinaWirasatya jam setengah empat. Setengah lima juga udah sampe sana, Dit. AditAlandraFatani ya udah. Nanti tungguin gue yak. Gak lama kok. ArdinaWirasatya ada Farrel sih, Dit. Rencananya naik taksi sama Farrel ke hotel. AditAlandraFatani udeh. Mendingan gue aja yang jemput. Nanti si Farrel suruh standby aja di depan. Kok si Farrel bisa ikut? Bukannya cuma bertiga? ArdinaWirasatya tauuuk! Ceritanya panjang. Ntar juga tauuk! Pokoknya gue mau makan itu juga, Dit! AditAlandraFatani ye lah. Lu kan kanibal, apa aja dimakan ArdinaWirasatya enak aja! Nyesek? Bukan lagi. Tapi Fasha bisa apa? Kenyataannya, apa yang awalnya membuatnya tak mau menaruh curiga kini malah mulai berbalik. Tak mungkin mereka bisa seperti itu kalau tak dekat kan? Setahunya juga, sejak dulu, biar kata si Dina memang banyak akrab sama cowok tapi untuk sampai ke tahap balas-balas komentar ini butuh waktu. Butuh pendekatan juga. Gak gampang. Jadi, kesimpulannya, kalau mereka hanya dekat-dekat biasa sebagai teman sih gak mungkin sampai ke tahap seperti ini. Fasha tahu itu. Meski ia gak begitu dengan Dina tapi ia mengenal Dina dari kecil loh. Apalagi Dina sampai datang ke Solo. Rasa-rasanya memang tak mungkin jika kedekatan mereka adalah kedekatan yang biasa-biasa aja. Pasti tak biasa. ♡♡♡   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD