Aldo pura-pura tidur. Ia diam saja saat tangan Arini menyambar guling dan memeluknya. Ia membuka matanya sedikit, mengintip Arini yang kini tidur menghadapnya. Melihat wanita itu tertidur pulas, Aldo membuka matanya, lagi. Ditatapnya gadis itu syahdu. Ada kecewa di hatinya karena tidak bisa menikmati rambut indah yang terbalut kain itu. Sebuah pertanyaan berkelebat dalam benaknya. Andaikan bukan karena imbalan membebaskan ayahnya dari penjara, apa wanita itu mau menerima lamarannya? Tanpa sadar, Aldo menikmati wajah ayu Arini, angannya mengembara pada masa-masa kuliah dulu. Arini, mahasiswi baru yang menjadi primadona di kampus, banyak yang ingin menjadikannya pacar, termasuk dirinya. Tapi ternyata gadis itu tidak mudah ditaklukkan. Tapi lihatlah sekarang, dengan mudah ia bisa menik