"Luna…," ujar Indah girang. Saat Indah menoleh ke arahku mata kami jelas saling bertemu. Asli tenggorokanku benar-benar tercekat. Sebab, aku sudah mengirim pesan pada Indah. Juga telah menjelek-jelekkan Indah di depan Tante Lendia. "Novi, Luna, dan Hendra langsung masuk ke salon. Mereka langsung duduk di bangku yang masih kosong. Cepat pegawai salon yang sedang tidak memegang apapun, itu menghampiri mereka. "Ssstt!" Mata Novi memberi kode pada teman-temannya supaya melirik ke arahku. "Udah tahu. Biarin aja," ucap Luna memandangku sinis. Begitupun Tante Lendia yang bersikap seolah tidak mengenaliku. "Hendra," sapaku pada laki-laki itu. Entah memang tidak lihat atau pura-pura tidak lihat. "Eh ada Maya. Aku keluar dulu mau ngumpul sama yang lain, May," ujarnya. "Sayang! Indah! Lun