"Kenapa nggak bilang dulu kalau mau ke sini?" Reygan tersenyum lembut. Sebelah tangannya yang sebelumnya mengusak rambut Shena kini bergerak turun. Memberi usapan lembut si sebelah pipi Shena. "Gue 'kan lagi dicuekin, Shen. Gimana bilangnya?" Shena yang kesal refleks memukul bahu Reygan. Menimbulkan suara tawa yang terdengar merdu di telinganya. Bohong jika Shena mengatakan tidak rindu dengan Reygan. Karena pada kenyataannya, ia juga sedang menahan rasa rindunya pada lelaki yang berhasil mencuri hatinya. Membuatnya diam, tidak berkutik, dan menutup pintu hati untuk lelaki lain. Reygan memang penuh perhatian. Tapi Shena tidak pernah menyangka jika tingkat perhatiannya akan setinggi ini. Reygan sampai rela mengunjunginya karena alasan klasik, Shena marah dan enggan membalas pesannya