TCsD# 11. Marah-marah tak jelas

1063 Words

Dengan masih tidak percaya, Rendy menatap guru dari sang adik. "Bu Andin, ini serius. Apa kita bisa bicara?" Andin mengangkat wajahnya dan menatap Rendy. "Silahkan, Bang Rendy." Rendy tersenyum lebar mendengar suara Andin. "Saksi sekali suaranya," batin Rendy, "apa kita bisa bicara berdua saja?" Andin terdiam sejenak untuk menimbang permintaan Rendy. "Mohon maaf, Bang Rendy. Mungkin sebaiknya kita bicara tidak berdua." Rendy mengangguk mengerti dan akhirnya duduk di samping Sava. "Baiklah, meneruskan keinginan Azzam," ucapnya dengan mantap. "Apa Anda bersedia Kak Andin?" Andin kembali menoleh pada Rendy. Walau Rendy pun bisa dikatakan melamar Andin, tapi kali ini Andin tidak merasa gugup ataupun merasa jantungnya berdebar seperti saat yang mengatakannya adalah Dipta. Bahkan, Andin mer

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD