Chapter 51

1103 Words
Grace merasa semakin tidak tahan. Dan jarak antara wajah Edward dengan wajah dirinya sangat dekat. "Dia memberiku minuman. Aku meminumnya. Dan tiba-tiba badanku terasa panas. Ku Mohon, Ed. Tolong aku. Badanku terasa sangat panas." keluh Grace. Ia sudah berusaha menahannya sedari tadi. "Apa?" tanya Edward tidak percaya. "Edward. Tolong memarahiku nanti saja. Aku sudah tidak kuat. Badanku terasa sangat panas. Aku.. Aku ingin membuka gaunku." 's**t. Si b******k itu pasti sudah mencampurkan obat perangsang.' "Lalu kenapa kau mau meminumnya? Dia telah mencampurkan obat perangsang." nada bicara Edward kini kembali normal. "Apa? Dia terlihat ramah. Aku tidak menyangka dia berbuat seperti itu." Ting. Pintu lift terbuka. "Ayo kita pulang saja. Aku akan izin pada mr.Antonio. "Kau mau kemana?" "Aku ingin mencari mr.Antonio. Untuk meminta izin secara langsung." "Lewat telepon saja, Ed. Aku sudah tidak kuat." pinta Grace. Edward segera mengeluarkan ponselnya. Sembari menunggu mr.Antonio mengangkat telepon. Edward dan Grace melangkah menuju basement. Tangan kanan Edward memegang ponsel sedangkan tangan kirinya terus menggenggam tangan Grace. "Halo, Mr.Antonio. Aku ingin meminta maaf. Grace mendadak merasa tidak enak badan. Dan kami harus segera kembali. Aku minta maaf tidak bisa mengikuti pestamu hingga selesai." ujar Edward. "....." "Iya. Hanya saja kami harus segera kembali."  "....." "Terimakasih Mr.Antonio. Sekali lagi aku memohon maaf."  "...." "Baiklah." Dan sambungan terputus.                   ---- "Edward. Mengapa sangat panas. Tolong naikkan suhu ACnya." pinta Grace.  "Ini sudah maksimal Grace." Edward menyetir dengan gusar. "Sangat panas.. Aku akan membuka gaunku."  "Jangan!" pekik Edward membuat Grace terkejut.  "Jangan lakukan itu. Kita akan sampai sebentar lagi." ujar Edward. Bagaimana Edward bisa fokus menyetir jika Grace membuka gaunnya. Bisa-bisa mereka akan mengalami kecelakaan karena Edward tidak mengalihkan pandangannya dari Grace. Grace menangis. "Apa yang harus kulakukan. Sangat panas, Ed. Aku tidak tahan." air mata Grace mulai menetes perlahan. Edward menjadi sedikit panik. Andai saja tadi ia menyuruh supir untuk membawa mobilnya. Pasti kini Edward sudah mencium Grace di bangku penumpang. Tangan kiri Edward terulur untuk mengelus rambut Grace. "Jangan menangis. Kita akan tiba sebentar lagi. Kumohon tenanglah. Aku pasti akan membantumu menghilangkan rasa panasnya. Bersabarlah Grace." ujar Edward berusaha menenangkan. Grace langsung menggenggam tangan kiri Edward. Ia semakin tidak tahan. Rasanya seakan tubuhnya akan meledak sebentar lagi. Entah mengapa Grace menginginkan sentuhan. Sentuhan membuatmu merasa lebih baik. Edward bernapas lega saat ia tiba di hotelnya. Mereka berdua turun dari mobil. Grace baru saja ingin berlari menuju kamarnya. Ia ingin merendam dirinya di dalam air es. Mungkin akan lebih baik. Namun Edward menarik tangannya. Dan dengan cepat kini Edward telah menggendong Grace ala bridal style. Grace langsung mengalungkan tangannya di leher Edward. Grace merasa malu saat beberapa orang menatapnya dan Edward. Grace menyembunyikan wajahnya di d**a Edward. Bau parfum Edward yang menyeruak membuat Grace menggeliat tak nyaman. Mereka berdua memasuki lift.  "Edward. Tolong lakukan sesuatu." pinta Grace dengan memohon. "Aku akan menghapus bekas sentuhan b******n itu." ujar Edward.  "Ayolah, Ed. Badanku kepanasan. Dan kau malah bi-" Grace tidak mampu melanjutkan ucapannya. Karena Edward mendorong tubuhnya hingga membentur dinding lift dan Edward menciumi bibir Grace.                  ---- Edward menjatuhkan tubuh Grace di atas ranjang. Edward kemudian berada di atas Grace tanpa menindihnya. "Apa yang akan kau lakukan?" tanya Grace dengan pasrah. "Hanya ini yang bisa dilakukan, Grace." ujar Edward. "Tapi bisa ku pastikan besok pagi kau akan mencakar dan menamparku habis-habisan." bisik Edward.  "Kumohon lakukan saja. Aku tidak tahan."  "Baiklah jika kau yang memaksa." Dan dengan itu Edward menyeringai.  Edward mulai menciumi bibir Grace dengan ganas. Setelah kehabisan napas. Edward menciumi leher Grace. Melihat kissmark di leher Grace membuat Edward berdecak kesal. Edward tidak tahu sudah sejauh mana Marko menyentuh Grace. Sedangkan Edward yang sebagai suaminya, hanya menyentuh sebatas bibir. Edward membuka jas dan kemeja putihnya. Menampakkan otot perutnya yang menggoda. Setelah itu Edward membuka gaun Grace. Dan terpana melihat pemandangan di hadapannya. 'Dia sangat seksi.' Edward kembali Mencium Grace dan Grace mengalungkan tangannya di leher Edward. Grace beberapa kali menjambak rambut Edward ketika merasakan gelenyar aneh dalam tubuhnya. Rasa panasnya perlahan menghilang. Namun tubuhnya menginginkan yang lebih dari pada itu.. Mereka melanjutkan aktivitas tersebut hingga keduanya kelelahan dan tertidur pulas.                   ---- Grace terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sesuatu yang berat menimpa perutnya. Saat ia melirik ke bawah. Tangan kekar tengah memeluk dirinya dari belakang.  Grace membalikkan tubuhnya. Ia melihat Edward yang tengah tertidur pulas. Grace tidak percaya akan kejadian semalam. Ia yang bertindak bodoh karena dengan begitu polos menerima pemberian orang asing, Marko yang hampir memperkosanya. Dan berakhir dengan adegan panas di atas ranjang bersama Edward. Pipi Grace merona ketika mengingat kejadian semalam dimana Grace memaksa Edward untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak ingin Grace lakukan. Namun apa boleh buat. Grace tidak merasa kesal ataupun marah. Justru ia berterimakasih pada Edward karena Edward telah menyelamatkannya. Meskipun pada akhirnya Grace harus menyerahkan mahkotanya pada Edward. Setidaknya Grace dan Edward terjalin hubungan pernikahan. Sehingga Grace tidak merasa bersalah melakukannya. "Aku tau aku tampan. Dan kau mulai tertarik padaku." Edward tiba-tiba bersuara dengan mata terpejam. Membuat Grace sedikit terkejut sekaligus malu karena ketahuan memperhatikan Edward. Perlahan Edward membuka matanya dan tersenyum sumringah sembari menatap Grace. "Kalau kau sudah mencintaiku. Akui saja, Grace." ujar Edward. "Tidak. Siapa yang mencintaimu. Kau terlalu percaya diri."  Edward terkekeh. "Baiklah. Mungkin saat ini kau belum, tapi. Akan tiba saatnya kau mencintaiku." ucap Edward. "In your dream, Sir" "Dan mimpiku itu akan menjadi kenyataan." Grace berdecak. Ia mengalihkan pandangan ke d**a Edward. "Kau masih perawan ternyata."  "Sekarang tidak!" ujar Grace ketus. "Terimakasih.." ujar Edward lirih.  Grace segera mendongak dan mendapati Edward menatapnya dengan tatapan yang dalam dan penuh cinta. "Untuk?" "Kau menyerahkannya padaku." "Aku tidak memberikannya dengan suka rela. Hanya terpepet keadaan."  "Tapi kau telah memberikannya." ucap Edward. "Aku tidak salah memilihmu."  "Aku memang tidak pernah salah jika dijadikan sebuah pilihan." ucap Grace. Edward membelai rambut Grace. "Kau tahu kenapa aku memilihmu?" tanya Edward. "Bukan kau yang memilihku. Tapi orangtua kita yang menjodohkan." "Tapi sebelum itu aku mengejarmu. Aku menyukaimu karena kau selalu menjauhi setiap pria, termasuk aku." "Aku hanya menjauhimu." "Itu sebabnya aku menyukaimu. Meskipun kau arogan, sombong, selalu menolakku. Tatapan tajammu ketika setiap pria mendekatimu, membuat aku merasa percaya. Kau bukan tipe yang mudah jatuh cinta apalagi berselingkuh. Dan aku ingin memiliki pasangan yang seperti itu. Wanita yang protektif pada dirinya sendiri, menjauhi setiap pria yang mendekati. Kau adalah tipe setia. Dan aku menyukainya. Aku juga yakin kau bukan tipe yang suka berselingkuh dan berkhianat. Dan keyakinanku terbukti saat aku tahu kau masih perawan. Aku sangat berterimakasih pada Tuhan karena mendapatkan istri sepertimu." "Aku mencintaimu, Grace." Edward mengecup kening Grace dengan cinta dan kelembutan. Grace memejamkan matanya karena ciuman Edward kali ini benar-benar terasa menyentuhnya. "Dan aku akan membuat kau mencintaiku." ujar Edward. Dan Grace hanya mampu terdiam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD