Chapter 12

1019 Words
"Suatu kebetulan kita bisa bertemu disini Mr.Federico" ucap Edward tersenyum saat mendapati Federico juga turut hadir dalam acara launching sebuah kafe baru milik Edward. "Kau benar, Edward. Terkadang dunia serasa sangat sempit sehingga dengan mudahnya kita selalu bertemu." ucap Federico. "Bagimana kabar anda? Dan , putri anda?" tanya Edward tersenyum. "Kami baik-baik saja. Dan dia tetap seperti biasa, sendiri" ucap Federico dengan penekanan pada kata 'sendiri' "Baguslah kalau begitu. Saya-" ucapan Edward terpotong oleh bunyi suara ponsel dari Federico. "Oh maaf" Federico lantas mengangkat teleponnya. "..." "Ada apa, Grace?"  merasa mendengar nama Grace, kini Edward menajamkan pendengarannya. "..." "Oh selamat kalau begitu. Lalu mengapa kau menelpon Ayah? Apa ada hal penting?" "..." Federico terkekeh, membuat Edward mengerutkan kening untuk mencerna apa yang mereka bicarakan, meskipun Edward tidak terlalu mendengar apa yang dibicarakan. "Silahkan. Tapi ingat kau hanya boleh membeli satu ekor. Ingat, satu ekor. Oh ya, Ayah sekarang berada di Las Vegas. Apa kau ingin dibelikan sesuatu?" tanya Federico "..." "Okay. Bye" telepon diakhiri. "Ada apa Mr.Federico?" tanya Edward penasaran. "Telepon dari Grace. Dia ingin menagih janjiku karena dia berhasil memenangkan kontrak dengan perusahaan Gerry" Edward tersenyum. "Boleh kutahu janji apa?" tanya Edward lagi. "Ya, dia ingin aku mengizinkannya membeli seekor anjing perempuan. Dia sangat menyukai anjing. Tetapi aku membatasinya untuk memelihara anjing. Dia hanya punya Puppy dirumah. Dan baru beberapa hari ini ia merengek meminta izin untuk membeli anjing . Ya, aku akan mengizinkan tetapi dengan syarat" penjelasan Federico membuat Edward mengetahui satu hal lagi mengenai Grace. Yaitu kecintaan terhadap anjing. "Gadis yang penyayang" ujar Edward. 'tapi dia tidak menyayangiku' batin Edward melanjutkan. "Ya, Edward. Grace memang sangat menyukai anjing." ucap Federico. "Kapan anda akan kembali ke New York, Mr.Federico?" tanya Edward kemudian. "Mungkin besok. Aku hanya mengecek kantor cabang disini." jawab Federico. "Boleh kuminta sedikit bantuan?" tanya Edward. "Apa?" Federico terlihat menanti. Edward menyeringai dengan tampannya. ---- "Besok saja pergi ketoko hewannya, Grace. Aku sangat lelah hari ini. Memangnya kau tidak lelah?" Devani mengeluh karena sedari tadi hingga kini mereka di basement, Grace terus memaksanya untuk mengantar ke toko hewan. "Ayo sekarang saja, Dev. Aku sudah tidak sabar memiliki anjing baru" ucap Grace berusaha memaksa. "Aku sangat lelah, Grace. Lagipula ini sudah pukul 9 malam. Kita harus bangun pagi besok"  "Ayolah, Dev. Mana aku tahu jika tadi kita harus lembur dadakan. Ayolah. Kumohon" ucap Grace  "Maaf, Grace, tapi ak-" Dering ponsel Grace membuat Devani menghentikan ucapannya. "Ibu" gumam Grace. "Iya halo, Bu. Ada apa?" "..." "Aku masih dikantor" "..." Grace menghela napas kasar, lalu menatap Devani dengan tatapan kecewa. "Baiklah" Grace lalu mematikan ponselnya.  "Ya sudah, besok saja. Ibu ku sudah menelpon agar aku segera pulang. Sampai jumpa, Dev" Grace lalu berjalan dengan langkah malas menuju mobil. "Hati-hati, Grace" Devani melambaikan tangan ketika suara klakson berbunyi dan mobil Grace melesat dengan cepat meninggalkan Devani diparkiran. "Grace, Grace. Seharusnya kau mencari pasangan hidup, bukan anjing." Devani menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berbicara pada dirinya sendiri. ----- Grace mengerjap-ngerjapkan matanya ketika pipinya terasa dijilat oleh sesuatu. Ketika tangannya bergerak untuk meraba sesuatu, membuat matanya melotot. Grace langsung terbangun dari tidurnya lalu menoleh. "Aaa. Oh My God !" pekiknya terkejut sekaligus kegirangan. Bagai tertimpa emas. Betapa bahagianya Grace ketika ia membuka mata dipagi hari, seekor anjing lucu berada dihadapannya. Grace segera memeluk anjing lucu yang tadi menjilati pipinya. Menciumnya dengan gemas. Lalu membelai dengan lembut bulunya. Grace lalu mengecek jenis kelamin anjing tersebut apakah laki-laki atau perempuan. "Kau pasti kirimin dari Ayah ya? Sepertinya Puppy akan segera mempunyai seorang istri." ucap Grace lalu mengelus-elus anjing lucu yang kini menatapnya heran. "Baiklah, aku Grace. Aku em. Aku tidak tau mengapa kau bisa ada disini dan membangunkanku dengan cara menjilati pipiku. Aku akan menamaimu Barbie. Oke?" Grace sangat terlihat bahagia. Namun kini sesuatu menganggu penglihatan Grace. Liontin kalung yang digunakan oleh anjing barunya itu terlihat seperti sebuah surat yang digulung. Grace lalu mengambilnya, membukanya, lalu membacanya. "Congratulations baby. I Love You"  isi surat kecil tersebut. Membuat Grace tersenyum.  "Ayah berlebihan" ucap Grace sembari terkekeh. "Pagi, Grace." sapa seseorang yang membuka pintu kamar Grace. Tatapan Grace teralihkan pada seseorang yang kini melangkah kearahnya. "Pagi Bu, jadi Ayah membelikanku anjing?" tanya Grace dengan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. "Em. Tadi seorang kurir membawakannya kemari. Tapi Ibu tidak tahu siapa pengirimnya." ucap Angelina lalu duduk ditepi kasur. "Ah sudah pasti Ayah. Hanya dia yang tahu betapa ingin nya aku memiliki anjing perempuan." ucap Grace. "Mungkin. Ayo sekarang bersiaplah. Biar anjing in-" "Barbie" potong Grace cepat. "Oh ya , biar maid yang mengurus Barbie." ucap Angelina. "Oke, Bu. Aku akan segera bersiap." ucap Grace lalu bangkit dari kasurnya. Namun sejurus kemudian tatapannya terpaku pada pot berisi bunga mawar merah segar diatas nakasnya. Seingatnya, tidak pernah ada bunga disana. Bahkan semalampun tidak ada. Grace lalu menoleh. "Bu?" panggilnya lalu mengangkat bunga mawar merah tersebut dan memperhatikannya dengan detail. "Pria itu juga membawakan bunga mawar tadi. Jadi ibu menaruhnya disana. Bukankah kau menyukai warna merah?" "Wah, sepertinya Ayah sedang menang lotre hari ini. Sampai-sampai dia bersikap begitu manis padaku. Jangan cemburu ya, Bu" Grace mengedipkan sebelah matanya lalu segera berlari kekamar mandi. "Bukan ayahmu yang mengirimnya, Grace" gumam Angelina saat Grace telah menutup pintu kamar mandi.                             ---- "Ms. Grace, ada kiriman untuk anda." ucap seorang waiters .  "Kirimin? Dari siapa ya?" tanya Grace bingung. Pasalnya, baru saja ia mendaratkan bokongnya diatas kursi empuk di restoran sebelah kantornya. Memesan beberapa menu makanan, lalu seorang waiters tiba-tiba datang dan menyerahkan sebuket bunga mawar. Mawar merah, lagi. "Maaf. Pengirim tidak menyebutkan namanya." ucap waiters tersebut. "Kalau begitu saya permisi Ms." ucap waiter tersebut membungkuk hormat dan dijawab oleh anggukan oleh Grace. "Waw. Jadi siapa yang mengirim semua itu?" tanya Devani . "Semua?" Grace mengerutkan keningnya. "Iya. Buket bunga mawar merah kemarin, seekor anjing, satu pot bunga mawar merah segar. Dan sekarang, sebuket bunga mawar merah, lagi. Ck, aku jadi iri padamu." ujar Devani. "Mungkin Ayahku. Hanya dia yang tahu keinginanku. Seekor anjing, mawar merah. Itu semua favoritku. Jadi pasti Ayahku yang memberikannya." "Benarkah? Jika itu memang dari Ayahmu. Seharusnya dia sudah menghubungimu, kan?" tanya Devani. "Mungkin dia ingin memberi kejutan." ucap Grace. Makanan pesanan mereka pun tiba. Keduanya lalu sibuk pada makanan masing-masing. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD