Chapter 11

1010 Words
"Saya kurang tahu Ms. , tadi saya hanya menerima dan langsung membawanya kesini.Kalau begitu saya permisi Ms." OB tersebut kemudian kembali melanjutkan tugasnya. "Mawar merah. Cantik sekali Dev. Dari siapa?" tanya Grace ketika melihat buket bunga yang dibawa Devani. "Untukmu" Devani menyerahkan buket bunga mawar tersebut dan langsung disambut dengan mata berbinar dari Grace. "Astaga. Merah! Cantik sekali. Ini benar untukku. Dari siapa?" tanya Grace setelah menghirup aroma bunga kesukaannya. "Entah. Coba kau lihat di nota itu" jawab Devani sambil mengangkat bahu. Grace melihat ada nota terselip diantara buket bunga mawarnya. Dengan penasaran Grace membukanya lalu membacanya. "Semangat! Aku yakin kau bisa. Aku selalu mendukungmu.  I love you Grace"   "Jadi kau sudah memiliki pacar? Kenapa kau tidak menceritakannya?" ucap Devani tersenyum. "Ah siapa? Ti.. tidak. Aku bahkan tidak tau siapa pengirimnya." ucap Grace tergagap.  "Ayolah jujur saja, Grace. Siapa Grace? Siapa pacarmu itu?" tanya Devani penasaran. "Aku tidak punya, Dev. Aku benar-benar tidak tahu pengirim bunga ini. Mungkin.." ucap Grace berpikir. "Mungkin?" Devani mengangkat satu alisnya.  "Mungkin fansku" ucap Grace dengan bangganya. "Wah. Jadi kau memiliki penggemar rahasia. Wah wah wah..sepertinya kau harus berganti pekerjaan menjadi artis atau model Grace." Devani bertepuk tangan. "Jika aku menjadi artis, kau pasti akan menjadi gelandangan." ucap Grace. Devani tertawa. "Enak saja, aku yang akan menjadi managermu nanti." "Ah iya. Bukannya kau yang sudah memiliki pacar? Kau berhutang cerita padaku, Dev" kini Grace mengintimidasi Devani, membuat Devani langsung terdiam karena merasa terpojok. "Emh. Itu."  "Ayo cepat ceritakan, Dev. Kau sudah berjanji." Grace memohon. "Lain kali saja, Grace. Waktunya belum tepat." Devani berusaha mengelak. "Waktunya sudah sangat tepat, Dev. Ayo ceritakan" ucap Grace penasaran. "Emh. Lebih baik , kita kembali fokus ke pekerjaan. Ah, aku harus mengecek berkas yang perlu kau tandatangani." kini Devani pura-pura terlihat sibuk agar bisa menghindar dari Grace. Grace hanya terkekeh . Lalu kemudian ia menatap buket bunga mawar dihadapannya dengan penasaran. 'siapa yang mengirimnya' batin Grace berucap. Selama ini ia memang sering diberi bunga , namun itu secara langsung. Sehingga Grace mengetahui siapa yang memberinya. Kali ini, sangat misterius. Namun sejurus kemudian ia tersenyum. "Siapapun kau, Terimakasih" gumam Grace lalu kembali menghirup aroma bunga mawar merah. Bunga kesukaannya. -----            ---- "Jadi apalagi?" tanya Edward pada Alex. "Kita akan menghadiri launching kafe baru" jawab Alex. "Kapan?" "Sore ini."  Edward melirik jam dinding yang berada tepat luruh di hadapannya. Ini sudah pukul 14:51. "Ini sudah sore, Lex. Jam berapa?" tanya Edward merasa jawaban Alex kurang spesifik. "Oh, sekitar sebelum matahari terbenam." jawab Alex. "Kapan aku akan menyelesaikan tumpukan dokumen ini." ucap Edward sambil memijit pelipisnya. "Kau harus membaca beberapa laporan itu dan menandatanganinya." ucap Alex. "Apa laporan perusahaan disini sebanyak ini." ucap Edward. Alex yang sedari tadi fokus pada komputernya kini menoleh Edward. "Kau setiap dua minggu sekali pasti pergi keluar kota beberapa hari untuk mengecek perusahaanmu . Sebelumnya juga terbiasa mengecek bertumpuk-tumpuk dokumen. Dan kah tidak pernah mengeluh Ed sebelumnya." ucap Alex. "Aku ingin bertemu Grace" ucap Edward . Alex tersenyum. "Jadi kau merindukannya."  "Tentu saja" ucap Edward Alex tertawa. "Ini baru sehari, Ed. Kau bahkan belum sampai satu bulan mengenal Grace." ujar Alex. "Tidak perlu waktu satu bulan hanya untuk menyukai seorang wanita cantik seperti Grace." Edward tersenyum. "Sudah. Sekarang segera selesaikan tugasmu itu.lalu-"  "Lalu aku akan segera bertemu dengan Grace." Edward memotong ucapan Alex. "Bukan. Lalu besok kita akan mengadakan pertemuan kerja sama dengan beberapa perusahaan." ucap Alex yang kemudian disusul desahan frustasi dari Edward. ---- "Sekali lagi terimakasih Mr.Gerry" ucap Grace dengan senyum sumringahnya. Ia ingin sekali rasanya meloncat keatas meja rapat, dan berteriak-teriak untuk menunjukkan betapa bahagianya dia hari ini. Ia berhasil memenangkan kontrak dengan perusahaan Gerry. Itu artinya, Dia akan mendapat hewan peliharaan baru, sesuai janji Ayahnya. ---- "Aku akan segera ketoko hewan peliharaan sore ini." ujar Grace pada Devani. "Kenapa tidak kau sulap saja mansionmu menjadi toko hewan, atau em. Kebun binatang?" ucap Devani. Grace menoleh lalu mengatakan  "Ya dan kau yang akan menjadi petugas kebun binatangnya." "Sepertinya hidupmu akan lebih berfaedah jika memberiku bonus untuk hasil kerjaku kali ini, Grace." ucap Devani mengedipkan sebelah matanya. "Kau benar, Dev. Aku pasti memberimu bonus. Kau akan mendapat bonus menjadi penasehat agungku dalam membeli aneka perlengkapan untuk calon anjing perempuanku nanti. Bukankah itu luar biasa. Dan suatu kehormatan bagimu karena ini pertama kalinya kau diberi kesempatan yang begitu langka oleh seorang Grace Dominica. Kesempatan, dan hanya orang-orang beruntung yang mendapatkannya" ucap Grace tersenyum bangga. "Ya kau benar, aku adalah orang yang paling beruntung." ucap Devani. Mereka berdua lantas bergegas menuju basement untuk segera kembali kekantor, karena meeting kali ini diadakan di gedung Gerry Company. ----- "Grace ada banyak pekerjaan. Ini mengenai kerja sama kita dengan perusahaan Jacob" ucap Devani setibanya mereka diruangan kerja. "Apa ada masalah?" tanya Grace sambil menghidupkan laptopnya. "Sepertinya tidak. Kau hanya harus memeriksa secara rinci laporan keuangannya. Dan kalau bisa kita gunakan uang agar seefisien mungkin." Devani menyerahkan berkas laporan keuangan kepada Grace. "Baiklah nona hemat " Devani lantas kembali ke mejanya. "Grace. Kau benar-benar menginginkan anjing perempuan?" tanya Devani. Grace mengangguk. "Dan segala fasilitas nya yang berwarna pink?" tanya Devani lagi. "Yap. Mengapa? Kau ingin membelikannya untukku?" tanya Grace. "Ah,emh. Tidak. Aku hanya bertanya" Devani mengalihkan pandangannya. "Oh ya, aku akan menelpon Ayah dulu. Jadi sore nanti, aku bisa langsung pergi ke toko hewan." Grace mengambil ponselnya. Mengetikan beberapa digit angka kemudian menekan tombol 'call' . Beberapa detik berlalu. Telepon disebrang sana terangkat. "Hallo, Yah"  "..." "Aku berhasil memenangkan kontraknya." ucap Grace bersemangat. "..." "Dan aku menagih janji Ayah. Sore nanti aku akan membeli anjing."  "..." "Iya Ayah. Baiklah, mungkin Ayah bisa membelikan ku sebuah tas disana. Cepat pulang, bye Ayah." Grace lalu menutup sambungan telepon. "Bagaimana, Grace?" tanya Devani. "Tentu saja Ayahku mengizinkan. Emh, saat ini Ayahku berada di Las Vegas. Jadi dia memperingatkanku agar tetap membeli satu ekor anjing. Dia tidak ingin saat pulang nanti ada anjing lain selain Puppy, dan anjing perempuan baruku" jawab Grace. "Las Vegas? Untuk apa Ayahmu disana? Bukankah Edward juga berada di Las Vegas?" ucap Devani. "Las Vegas itu luas, Dev. Dan yang terpenting, ayahku berada di Las Vegas itu tidak ada urusannya dengan Edward"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD