Masih di tempat yang sama, kafe milik Liu Chang.
Dengan Xiu Zuan yang masih setia merayu Zhaoyang, bahkan sekarang malah bergelayut manja di pundak pemuda tersebut, seperti monyet. Sedang Xiumin sudah diujung kecemburuan. Pemuda itu sudah tak bisa tahan lagi, tak terima istri kesayangannya dekat dengan pemuda lain. Tanpa punya prike-Xiu Zuan-nan, Xiumin mengangkat tubuh kecil Xiu Zuan dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Xiu Zuan yang merasa tak terima pun sudah mengumpat dan mencak-mencak tak jelas.
"Jangan dekat-dekat dengan pemuda lain aku tak suka, apa lagi dengan si virus happy itu, seleramu rendah sekali." geram Xiumin.
"Xiumin, kau tak lihat? Dia begitu keren. Pasti uangnya banyak, lumayan kan bisa di porotin." Xiu Zuan yang memang tak peka malah tersenyum manis ke arah Xiumin.
"Astaga ... aku bisa gila, Xiu-er."
Xiumin mengusak rambutnya kasar. Hilang sudah kesabarannya menghadapi kelinci gembul ini.
"Ya sudah, gila saja sana!" ucap Xiu Zuan acuh.
"Aku rela kau poroti, kau habiskan hartaku, semuanya aku rela." Xiumin emosi. Namun ia tak marah, hanya sekedar geram.
"Nggak mau. Aku sudah mengenalmu. Jadi berasa tak ada tantangan!" ketus Xiu Zuan.
"Tak ada tantangan, eoh ...! Jadi kau mau tantangan, hm?" Xiumin tersenyum evil.
"Boleh. Apa memangnya?" tanya Xiu Zuan antusias. Tak sadar saja ada singa lapar yang siap menerkamnya saat ini juga. Bolehkah jika Xiumin bersorak bahagia dalam hati?.
Ketiga sahabat Xiumin hanya menggelengkan kepala, melihat perdebatan pasangan labil itu. Sekaligus bahagia karena Xiumin kembali tersenyum setelah sekian lama.
Pasangan yang sudah lama ditunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. Siapa lagi kalau bukan pasangan Suho dan Xiaotan.
"Kenapa kau lama sekali? Bahkan sekretarismu pun sudah datang dari tadi." Xiumin melirik Zhaoyang.
"Maaf, tadi melakukan ritul dulu." jawab Suho yang mendapat jitakan sayang langsung dari gadis di sampingnya. Semua sudah paham apa maksud dari pemuda itu, kecuali Xiu Zuan yang memang terlalu polos.
"Wah ... kau habis melakukan ritual apa, Kak, dengan Kak Xiaotan?" tanya Xiu Zuan penasaran. Nah loh kan bingung mau jawab apa.
"Em. em ... ritual mandi bunga. Tau sendiri kan? Jika Xiaotan suka mandi bunga." Suho cengengesan menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Xiumin sudah menahan tawanya. Sungguh, Suho sangat lucu dengan wajah ambigunya.
"Xiumin, aku juga mau melakukan ritual seperti Kak Suho dan Kak Xiaotan," rengek Xiu Zuan, sembari mengguncang bahu pemuda di hadapannya. Xiumin berseringai, sepertinya ia dapat lampu hijau.
"Boleh ... nanti kita lakukan di apartemen, ok!" bisik Xiumin.
Xiu Zuan sudah bertepuk tangan kegirangan. Beda dengan teman-temannya yang sudah menatap Xiumin tajam siap berperang.
Semua sudah berkumpul dan Suho memulai bercerita dari awal hingga akhir tanpa terlupakan sedikitpun potongan masa lalu mereka di negara Zhang. Xiu Zuan begitu terkejut, karena mendengar bahwa dia sudah mempunyai seorang anak yang bernama Zhang Xiang. Berlahan kedua bola matanya memburam, tertutup buliran bening, hingga air matanya lolos mengalir di ke dua pipi gembilnya. Entahlah, ia tak tau apa yang membuatnya menangis. Yang jelas hatinya terasa seperti teriris. Sakit, perih, seperti ada yang hilang namun tak tau apa itu.
"Jika aku sudah mempunyai seorang anak, lalu dimana anakku?" lirih Xiu Zuan, sedikit canggung.
"Dia menjadi penerusku, menjadi pangeran mahkota di kerajaan Zhang." jawab Xiumin halus, dan memeluk tubuh lemah Xiu Zuan. Ia tau, Xiu Zuan masih bingung dengan semua kejadian ini. Karena Ia juga merasakan perasaan yang sama. Semua yang menyaksikan itu hanya tertunduk menahan tangisannya. Merasa kasihan pada pasangan Xiumin-Xiu Zuan. Tapi mau bagaimana lagi tak ada yang bisa mengubah takdir. Hidup hanyalah sandiwara dimana author yang menjadi sutradaranya. (Abaikan).
"Xiu Zuan, karena kau sudah mengetahui kebenaranya. Maka, mulai sekarang kau harus tinggal bersama Xiumin." tutur Suho. Lagi-lagi dewi fortuna sedang berpihak pada Xiumin.
"Dan kau, Xiumin. Jangan sekali-kali menyentuh Xiu Zuan, apa lagi berani menyakitinya." peringat Liu Chang.
"Terserah aku lah, Xiu Zuan istriku." gumam Xiumin, nista.
"Iya, iya." jawab Xiumin, malas.
"Xiumin, jaga Xiu Zuan baik-baik. Aku yakin, iblis itu masih mengintainya. Aku tak bisa tenang sebelum iblis itu lenyap." imbuh Suho, entah sejak kapan suasana menjadi serius. Ketahuilah Xiu Zuan sudah tertidur di pelukan Xiumin. Karena kenyamanan yang diberikan pemuda itu.
Sementara di sebrang sana, terlihat ada sesosok seorang pemuda tampan, dengan sesekali menyesap secangkir kopi di tangan kanannya. Menatap tajam ke arah gadis cantik, wanita cantik lebih tepatnya, karena dia sudah memiliki seorang anak. Yang kini tengah tertidur pulas.
"Tunggu kedatanganku, Sayang. Aku akan menjemputmu. Karena kau adalah milikku." gumam pemuda itu dengan seringaiannya. Dan kembali menyesap kopinya kembali.
Xiumin sudah membawa Xiu Zuan kembali ke apartemennya. Menidurkan tubuh mungil itu di atas kasur king zize miliknya. Mengecup bibir ranum wanita tersebut dan memeluknya. Xiumin masih tak menyangka bisa dekat kembali dengan seseorang yang sudah bertahun-tahun dirindukannya. Dan sekarang ia bisa dengan mudah memeluknya. Xiumin berjanji akan menjaga Xiu Zuan dari iblis kejam itu.
"Aku tak akan membiarkanmu pergi lagi, Sayang." gumam Xiumin, lalu menyusul ke alam mimpi.
"Xiumin, aku akan tiada setelah anak kita lahir."
"Xiumin, aku mencintaimu."
"Xiumin, aku tak mau berpisah denganmu."
"Xiumin!!!" Xiu Zuan berteriak dan terbangun dari tidurnya. Peluh membasahi wajah cantiknya. Diiringi napas tersengal-sengal. Xiumin juga ikut terbangun karena mendengar teriakan dan gerakan tiba-tiba dari wanita didekapannya.
"Kau kenapa, Xiu Zuan?!" panik Xiumin, menangkup wajah wanita di hadapannya.
"Xi-Xiumin. Aku bermimpi sangat aneh, aku bermimpi berada di suatu tempat yang asing. Di situ juga ada kau yang berpenampilan sangat berbeda. Tapi yang aku ingat, aku sangat mencintaimu." ucap Xiu Zuan, menggebu.
"Sstt ... tenanglah, aku ada di sini. Semua mimpimu itu adalah kenyataan, Xiu-er. Dia memanglah dirimu dan juga diriku yang sebenarnya." Xiumin mengusap peluh di wajah sang wanita. Dan memeluknya erat. Menyalurkan ketenangan untuknya.
"Xiumin, aku takut. Aku sangat takut." tubuh Xiu Zuan bergetar. Ia merasa sangat ketakutan, entahlah sepertinya hal buruk akan terjadi padanya.
Xiumin sedikit merasa lega. Karena sang istri berlahan bisa mengingat masa lalu mereka kembali. Akankah ini menjadi awal yang bahagia untuknya dan juga Xiu Zuan?.
Malam pun tiba.
Xiu Zuan sedang bersikutat di ruang dapur, memasak makan malam untuknya dan juga Xiumin. Hingga tiba-tiba seseorang melingkarkan lengan kekarnya di pinggang rampingnya. Sontak Xiu Zuan menoleh dan mendapati sosok Xiumin yang bahkan sudah menyenderkan dagu di pundaknya. Xiu Zuan membalik badannya berhadapan dengan sang suami, melingkarkan ke dua lengannya di leher sang lelaki. Mendekatkan jarak di antara keduanya. Hingga bibir keduanya bertemu. Xiumin meraih dagu Xiu Zuan, memperdalam pagutan mereka berdua, hingga pada akhirnya Xiu Zuan membalas ciuman yang di berikan sang suami padanya. Xiu Zuan reflek meremas rambut belakang Xiumin. Hingga ciumann semakin panas. Berperang lidah, saling bertukar saliva, Xiumin begitu lihai mengobrak abrik rongga mulut sang istri. Membuatnya kewalahan, dan hampir tersedak karena kehabisan napas. Memukul-mukul kecil bahu Xiumin, sang suami yang mengerti segera melepas ciumaannya walau sedikit tak rela. Xiu Zuan meraup oksigen banyak-banyak.
"Hah ... hah ...,"
"Mau melanjutkannya, Sayang?" bisik Xiumin sensual. Xiu Zuan hanya mengangguk malu-malu. Tanpa menunggu lama, Xiumin segera menggendong tubuh sang istri ala koala dan membawanya ke kamar. Melupakan makan malam. Bagi Xiumin memakan Xiu Zuan lebih nikmat.