Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa pagi pun telah tiba. Mentari pagi berlahan menerobos masuk celah-celah korden jendela. Membangunkan dua sosok yang masih setia bergumul dengan selimut tebalnya. Tentunya masih dalam ke adaan full naked, setelah melakukan kegiatan panas semalam.
"Nghhh ..." terdengar lenguhan dari sang wanita, karena merasa terganggu oleh pancaran sinar matahari.
"Jangan membuat suara seperti itu, Kau membuat litle Xiumin bangun lagi."
Yah! Xiumin sudah bangun terlebih dahulu dari pada Xiu Zuan. Seketika wanita tersebut melebarkan kedua matanya. Dan mulai menyadari sesuatu. Sesuatu yang mengganjal di dalam sana
Dan benar saja, litle Xiumin masih terbenam di dalam lubang surgawinya sejak semalam. Dan sekarang mulai terbangun lagi. Xiu Zuan merasakan ada hal buruk akan terjadi lagi padanya.
"Yak! Xiumin, lepas ... ini menyakitkan!!!" teriak Xiu Zuan.
"Tidak akan. Puaskan little Xiumin dulu," Xiumin tersenyum evil.
"Dasar elien gila!!" dan berakhirlah Xiu Zuan dalam kungkungan Xiumin lagi.
Pagi ini Xiumin benar-benar menggempur habis istri cantiknya, sudah dapat di pastikan Xiu Zuan tak akan dapat berjalan dalam beberapa hari.
"Xiumin. Bantu aku berdiri, aku mau masak." rengek Xiu Zuan, sembari mengulurkan kedua tangannya.
"Istirahat saja, hm! Kita pesan makanan, kau tak usah memasak, ok." Xiumin mengecup sayang bibir plum Xiu Zuan.
"Xiumin. Apakah teman-teman akan datang ke sini?" tanya Xiu Zuan tiba-tiba.
"Ah. Iya, kenapa aku bisa lupa. Astaga bagaimana kalau Liu Chang dan Suho tau, soal apa yang aku lakukan padamu, bisa habis riwayatku." Xiumin mengusak rambutnya kasar.
Xiu Zuan hanya terkekeh geli. Kenapa dia bisa setakut itu. Astaga! Lucu sekali. Apa hidup di dunia masa depan membuat Xiumin menjadi sosok penakut?.
Kini Xiu Zuan dan Xiumin sedang berada di ruang santai. Menonton film kesukaan sang wanita. Dengan posisi Xiu Zuan yang menyender manja di d**a bidang sang suami.
"Xiumin, aku takut ... jika iblis yang kau bicarakan itu datang kembali." Xiumin mengernyitkan dahinya. Kenapa Xiu Zuan tiba-tiba bicara seperti itu? Gumamnya.
"Tenanglah, aku akan menjagamu, lagipula tadi malam aku sudah menyalurkan cakraku kembali padamu." Xiu Zuan memicingkan matanya. Sedikit tak paham apa yang di ucapkan suaminya ini. Tapi, ya sudahlah.
"Xiumin, kalau aku hamil bagaimana?" Xiu Zuan menundukkan kepalanya.
"Itu akan lebih bagus. Setidaknya Zhang Xiang akan punya adik." jawab Xiumin santai.
"Kau tidak akan mencampakanku, seperti di sinetron-sinetron kan?"
Xiumin tertawa renyah. Istrinya terlalu banyak menonton drama, mungkin.
Jadi baper kan?.
"Kau ini bicara apa? Tentu saja tidak! Kau istriku, kalau kau hamil berarti itu anakku, dan aku akan menyambutnya dengan senang hati."
Xiu Zuan terharu, tak sadar jika ia menitikan air matanya.
"Aku mencintaimu." Xiu Zuan memeluk erat pinggang sang suami. Xiumin pun membalas pelukan Xiu Zuan dan mengecup surai lembutnya.
TING ... TONG ...
Suara bel pintu membuyarkan acara romansa mereka. Xiumin segera beranjak membukakan pintu, untuk tamunya di luar sana.
"Oh. Kalian sudah datang, masuklah!" Xiumin menyambut para sahabatnya.
"Mana, Xiu Zuan? Aku tak melihatnya." Zhen celingukan.
"Dia sedang menonton TV, ah. Itu dia." Xiumin menunjuk ke arah sang istri dari kejauhan, yang terlihat berjalan sedikit terpincang ke arah mereka.
"Kak Zhen ... aku merindukanmu." drama Xiu Zuan, langsung menghambur ke pelukan pemuda tersebut.
"Kelinci kesayanganku. Bagaimana kabarmu, hm? Apa si bodoh ini menyakitimu?" tanya Zhen sambil melirik ke arah Xiumin. Xiumin hanya bisa berdoa, semoga kepolosan Xiu Zuan tak kambuh lagi.
Xiumin sedikit berpikir.
"Iya, Xiumin menyakitiku semalam, tapi setelahnya enak." jawab Xiu Zuan dengan polosnya. Sontak semua teman Xiumin menatap tajam ke arahnya. Jangan tanyakan lagi bagaimana keadaan sang raja, yang kini hidup ternistakan oleh para sahabatnya sendiri. Ia sudah keringat dingin merutuki kepolosan istrinya. Andai saja ia berada di negara Zhang, sudah pasti para sahabatnya itu akan ia beri hukuman saat itu juga.
"Xiu ... Min .... beraninya kau!!!" Zhen sudah mengambil ancang-ancang untuk memukul pemuda di hadapannya.
Namun Xiu Zuan segera menghentikanya.
"Kak! Jangan sakiti Xiumin, nanti kalau dia mati bagaiman? Nanti kalau aku hamil siapa yang jadi ayahnya?" Xiumin mempoutkan bibirnya. Sumpah demi apa! Zhen dibuat cengo oleh gadis polos di hadapannya ini. Sejak kapan Xiu Zuan bisa bicara seperti itu?.
"Jadi kau bahagia? Kau tak takut hamil? Kau pikir melahirkan itu tak sakit, hah?" omel Zhen, rasanya ingin menjitak kepala kelinci betina ini.
Xiu Zuan terdiam sejenak memikirkan ucapan Zhen.
"Kau benar Kak, kalau begitu aku tak mau hamil." lagi-lagi semua orang di buat geleng kepala. Bagaimana bisa Xiu Zuan berubah pikiran begitu cepat. Dasar bocah labil.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, para sahabat Xiumin dan Xiu Zuan pun berpamitan pulang.
"Xiumin! Jaga Xiu Zuan baik-baik." untuk kesekian kalinya Suho berpesan. Seraya menepuk bahu pemuda itu. Xiumin hanya tersenyum dan mengangguk.
Hari-hari berjalan seperti biasa. Xiumin dan Xiu Zuan semakin terlihat mesra. Namun semua itu tak membuat seorang Zhang Wang Xiumin lengah. Ia tetap mengingat akan iblis itu. Sebelum iblis itu lenyap dari muka bumi ini, ia tak akan bisa merasa tenang.
"Xiu Zuan, hari ini teman-teman mengajak kita bertemu di kafe Liu Chang lagi."
"Ah, benarkah? Aku juga sangat merindukan mereka, sudah satu bulan kita tak bertemu mereka." ujar Xiu Zuan antusias.
"Xiumin, aku ingin makan ayam pedas manis." ucap Xiu Zuan tiba-tiba. Xiumin memiringkan kepalanya. Bukannya Xiu Zuan tidak suka makan makanan pedas? Ah! Mungkin dia lagi ingin. Gumam Xiumin dalam hati.
"Iya-iya. Nanti kita beli, ok." sahut Xiumin.
"Yeeii ... kau memang yang terbaik." Xiu Zuan bertepuk tangan kecil.
Xiumin hanya menggelengkan kepalanya, rasanya ia jadi seperti sugar daddy. Mempunyai kekasih seorang bocah.
Di sinilah mereka berada. Di kafe milik Liu Chang. Jangan lupakan Xiu Zuan yang membawa sekotak ayam goreng pedasnya di dalam dekapannya. Karena sewaktu perjalanan, wanita itu terus saja merengek, terpaksa Xiumin mau tak mau harus menuruti keinginannya.
"Astaga. Kau makan pedas? Tak baik Xiu-er," Zhen merampas kotak makanan yang di pegang wanita tersebut.
"Hik ... Kak Zhen jahat, ambil makanan Xiu-er," Xiu Zuan tiba-tiba menangis. Membuat semua orang terheran-heran.
"Kenapa Xiu Zuan jadi cengeng seperti ini?" bisik Liu Chang pada Minghau di sampingnya.
"Aku juga merasa begitu." balas Minghau.
Zhen segera memberikan kotak makanan itu kepada Xiu Zuan kembali dari pada wanita itu terus menangis. Malu kan di lihat orang. Zhen memicingkan matanya ke arah Xiumin, seakan meminta penjelasan padanya. Xiumin yang menyadari tatapan mematikan dari pemuda itu hanya menghela napas.
"Hah ... perasaan Xiu Zuan memang sering berubah-ubah akhir-akhir ini." jawab Xiumin santai.
Liu Chang menyuruh para pelayannya mengambilkan makanan dan minuman untuk para sahabatnya di sana.
"Ah, CoffeLatte-nya sudah datang, silahkan di minum. Aku tau kalian semua menyukainya, terutama Xiu Zuan. Iya kan, Xiu-er?" tanya Liu Chang, karena memang Xiu Zuan selalu memesan minuman itu setiap datang ke kafenya.
"Iya, aku sangat menyukainya." entah mengapa Xiu Zuan merasa ada yang aneh dalam dirinya. Melihat latte itu saja sudah membuat perutnya terasa begitu mual. Aneh, biasanya ia sangat bersemangat.
"Baiklah ... ayo kita minum ... kelihatanya sangat menggoda." tutur Zhaoyang.
Mereka semua mulai menyesap Latte di cangkir masing-masing. Kecuali Xiu Zuan, yang hanya diam menahan mual yang semakin bergejolak.
"Xiu Zuan? Kenapa tak minum, hm? Hargai Liu Chang," bisik sang suami. Xiu Zuan mengangguk, dengan terpaksa ia mulai mengangkat cangkir latte nya. Dan menyesap minuman berbusa tersebut.
"Hhmpppp!!!" baru menyesap sedikit minuman tersebut, Xiu Zuan rasanya sudah tidak tahan lagi, ingin muntah. Ia membungkam mulutnya dan berlari ke toilet. Xiumin segera menyusul kepergian sang istri, takut terjadi apa-apa padanya.
Semua masih bingung, berpikir kalau Xiu Zuan sedang sakit. Berbeda dengan Zhen dan Liu Chang yang seolah sudah menyadari sesuatu.
"Apa kau sepemikiran denganku, Zhen?" bisik Liu Chang.
"Hn," Zhen hanya membalas dengan gumaman.