10. Cara Aneh Mr. (Creepy) Billionaire

2560 Words
10.20 Malam hari. Kana berdiri di depan meja kasir sambil menunggu makanan selesai disajikan, dia memesan beberapa menu sekaligus agar nanti ketika Marcella dan Asep datang mereka bisa langsung menuju lantai dua dan makan tanpa harus menunggu pesanan datang. Mereka baru saja menghubunginya untuk memberi tahu bahwa mereka akan datang sedikit terlambat. Restoran cepat saji ini cukup dekat dari tempat kosnya, dengan menggunakan angkot, mungkin lima menit sudah sampai. Walau angkoterz sejati, tapi malam ini Kana memilih untuk berjalan kaki menyusuri trotoar yang dipenuhi warung tenda yang semakin malam semakin ramai oleh pengunjung. Udara malam yang dingin dan kehebohan di warung-warung itu menemani setiap langkah Kana, ia sangat suka berjalan kaki di malam hari sambil menyaksikan kegiatan yang sedang terjadi di sekitarnya. Walau daerah ini memiliki berbagai restoran cepat saji, kafe-kafe dan banyak fasilitas lainnya, tapi sebenarnya daerah ini termasuk daerah sub-urban, yang merupakan wilayah pinggiran perkotaan yang cukup terjangkau dan hanya membutuhkan beberapa waktu singkat saja dari pusat kota. Daerah seperti ini biasanya merupakan pemekaran wilayah urban atau kota yang sudah terlalu ramai dan padat, sehingga wilayah sub nya akan dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai kawasan perumahan, kos-kosan, villa dan hotel pinggiran kota dengan harga terjangkau, atau justru dengan harga lebih tinggi, tergantung penempatan wilayah bangunan dan keindahan panorama perbukitan dan pedesaan yang ditawarkan. Banyak masyarakat yang bekerja di pusat kota memilih untuk membeli perumahan kredit maupun elit di daerah sub-urban seperti ini, atau mahasiswa-mahasiswa yang menghindari kamarnya dijadikan sebagai basecamp perkumpulan teman-teman mereka akan memilih untuk menyewa kamar kos di daerah ini sebagai tempat tinggalnya. Semakin besar wilayah pemekaran, semakin besar pula pasar yang ditawarkan, semakin ramai sub-urban ini berkembang. Bahkan wilayah pemekaran yang tadinya lengang kini mulai padat karena banyak tempat makan, tempat nongkrong, gedung kos-kosan dan berbagai jenis fasilitas yang semakin bermunculan. Salah satunya adalah restoran fastfood  yang buka 24 jam yang sering Kana kunjungi ini. Setiap kali bosan di kamar, dirinya pasti melarikan diri ke sini, bukan karena makanannya enak, tapi ya, pokoknya yang penting ada tempat dingin untuk bernaung dan ada lantai dua yang jarang digunakan pengunjung. Paling ada beberapa mahasiswa maupun siswa sekolah yang mengerjakan tugas di lantai dua. Mereka akan sibuk dan tenggelam dalam dunianya masing-masing sehingga Kana tidak perlu khawatir kenyamanannya akan terganggu. “Hihi.. ganteng ya…”. Bisikan dari mbak-mbak kasir yang berdiri di balik meja itu mengalihkan Kana dari fikirannya yang melayang kesana kemari. Dua orang wanita dewasa yang sedang cekikikan sambil senyum kesengsem itu menatap ke tempat Kana berdiri. Masa sih aku disebut ganteng? Gak lihat bahenol begini? Heran Kana. Walau memakai jacket hoodie yang berukuran XXXL alias super super super kebesaran dibadannya, tapi tonjolan dan lekuk tubuh yang tumbuh berlebihan itu pasti akan tetap tercetak jelas pada jacket yang terbuat dari cotton fleece yang sudah usang ini. Kana pun mengikuti arah pandang mata mereka, ternyata walau mata mereka mengarah pada Kana, tapi mata itu mengarah pada sesuatu yang berada di atas Kana. Kana mendongak untuk mencari apa yang ada di atas kepalanya, kosong! Tidak ada apa-apa di atas kepalanya. Kecuali keberadaan seseorang yang mengantri tepat di belakang Kana, tubuh mereka hanya berjarak beberapa senti saja hingga puncak kepala Kana terbentur pada d**a bidang dari orang yang berdiri di belakangnya. Kana mendapati sebuah wajah yang sedang menunduk, balas melihatnya yang sedang mendongak. Matanya terkunci, terpaku oleh aura dingin yang terpancar dari mata itu. Hidung mancung, alis rapih, bibir merona dan tatapan dingin yang tiba-tiba berubah seolah ada api gairah yang terpercik disana. Gairah? Sebentar, sepertinya dia pernah melihat wajah ini? Kana berbalik dengan cepat untuk memastikan, matanya naik turun mengecek keseluruhan penampilan orang tersebut. Celana bahan hitam, kemeja putih berlengan panjang yang dilipat hingga siku, dan rambut bergelombang yang tersisir rapih ke belakang. “KAMU?.” seru Kana. “NGAPAIN KAMU DI SINI?.” Kana berkacak pinggang. Wajahnya yang tadi berekspresi datar berubah menjadi sangat garang. Pria itu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. “Nunggu giliran sembako?” jawab pria itu dengan sikap mengejek. Alis kirinya terangkat tinggi sedangkan bibirnya menyeringai.  Seringaian illegal! Protes Kana saat melihat seringaian yang justru membuat wajah pria itu semakin menarik. Terkesan nakal dan jahil disaat bersamaan! Lagian apa lagi yang dilakukan seseorang di sebuah restoran fastfood, buat apa dirinya bertanya, dasar Kana si bodoh! Kana berbalik dengan sebal, tidak tahu harus menjawab apa. Kedua tangannya terlipat di depan d**a. Nafasnya naik turun oleh emosi yang entah mengapa menguasainya begitu kuat. Bertemu kekasih Devina Jo tidak pernah ada dalam rencananya malam ini! Lelaki m***m dan arogan yang menawarkan gedung apartemen itu kenapa tiba-tiba ada di sini? Sialan! “Mbak kapan sih beresnya, lama amat!” semprot Kana pada Mbak kasir yang langsung menciut. “Ini baru selesai di goreng perkedel ayam kakak.” jawab Mbak tersebut, “Nah ini dia pesanan Kakak sudah komplit! Selamat me…” “Dibungkus aja!” potong Kana semakin ketus. Mbak kasir yang tadinya dipenuhi oleh perasaan berbunga-bunga berubah menjadi kebingungan dengan perubahan  emosi yang terjadi, ada apa dengan customernya ini, perasaan tadi ramah dan baik-baik saja? “Gak usah galak gitu, kasihan Mbak nya.” tegur kekasih Devina Jo tepat di samping telinganya, membuat Kana terkejut bukan main. “Apa sih, jangan deket-deket!” Kana menyikut pelan hingga pria itu mundur dengan terpaksa. “Neng udah pesen, kan? Teteh langsung ke atas ya, kebelet!” sahut Marcella yang muncul tiba-tiba dan tanpa menunggu jawaban Kana, wanita itu langsung melesat menuju kamar kecil yang ada lantai dua. Kana mendesah pasrah melihat tingkah Marcella yang tidak tahu situasi sama sekali, Kana kembali berkata pada Mbak Kasir, “Enggak jadi deh, Mbak. Disini saja. Maaf ya.” Mbak kasir pun tersenyum memaklumi, lalu Kana segera mengambil nampan dari atas meja. “Hati-hati, Mbak. Walau ganteng tapi dia creepy!” bisik Kana pada Mbak kasir. “Apa maksud kamu? Saya kesini untuk membeli makanan, kenapa dituduh creepy lagi?”. “Ya, Kenapa harus disini? Kenapa harus berdiri di belakang saya? Katanya mampu ngasih saya satu gedung apartemen, ya masa orang kayak situ jajannya fastfood begini?” Kana meracau.  Matanya berkilat penuh tuduhan. “Kenapa? Kamu mau saya belikan satu gedung fastfood ini sekaligus franchise-nya supaya kamu mau menjadi milik saya, huh?” pria itu membalas dengan kalimat yang tidak kalah menyebalkan dan sangat arogan. Ucapan frontal itu membuat orang-orang yang ada di sekeliling mereka terkesiap, terutama Kana yang tidak menyangka bahwa pria itu akan membahas hal se-sensitif ini dimuka umum! “Mohon maaf, silahkan selesaikan urusannya di samping, karena masih ada antrian…” tegur salah satu Mbak Kasir, dia hanya tidak ingin terjadi keributan di antara pelanggannya malam ini. Pria tampan itu menoleh ke antrian yang ada di belakangnya, lalu memerintah, “Pak Ari tolong pesankan untuk saya!” “Bapak mau pesan apa?” tanya orang yang bernama Ari. “Persis seperti wanita ini!” tunjuk pria itu pada Kana. Matanya memandang Kana penuh arti, begitu tajam dan menggelap oleh gairah. Dasar pria arogan dan m***m! Kana yang merasa marah dan malu sekaligus hampir saja melemparkan balasan ketus lainnya, tapi kemudian muncul Asep dengan langkah terburu-buru. “Neng sudah selesai?” Asep mendekat dengan wajah polosnya, pria itu tidak menyadari ketegangan yang sedang terjadi di antara Kana dan pria asing di depannya. “Hayu ke atas, saya sudah selesai ngerokok.” ujarnya sambil mengambil nampan yang ada di tangan Kana dan berlalu begitu saja. “Tuh lihat, dia pacar saya. Jadi jangan kebanyakan mimpi deh anda!!” Kana melotot sambil menunjuk-nunjuk pada Asep yang sudah menaiki tangga. Mencoba memberi peringatan keras pada si manusia arogan untuk tidak menganggu dan  berhenti berharap hal yang sia-sia. “Yakin dia pacarmu? Coba siapa namanya dan dari mana asalnya? Mana tahu kamu ngarang doang!” Jawab pria itu dengan nada meremehkan, membuat Kana semakin sebal. “Namanya A-Atma!” celetuk Kana. “Dia anak cibodas. Kenapa, Hah? Kamu mau ngelawan jawara dari cibodas?”. “Cih! Mana mungkin muka kayak gitu namanya Atma!”. “A-Apa maksud kamu?”. “Muka kayak gitu pantasnya dikasih nama Dadang atau Dudung. Nama Atma kebagusan buat dia!”. “Dih, Parah! Kamu kok main hina-hina seenaknya gitu!” . “Kamu juga main nuduh seenaknya!” . “Tapi kamu emang…”. “Saya tidak creepy, Saya hanya sedang berusaha mendekatimu!”.   Kana terkesiap keras mendengar kejujuran pria itu. “Dih, Makin lama kamu makin menyebalkan!!” Kana menoleh pada Mbak Kasir lagi, “Mbak kalau dia ngikutin saya, tolong cepat lapor polisi!” pinta Kana pada perempuan yang pipinya merona dan tersenyum-senyum simpul itu. “Mau kemana? Kita belum selesai!”. Kana tercekat ketika tangan pria itu mencengkeram lengannya. “Mbak tolong lapor polisi!” dengan panik dan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan cengkeraman yang menyakitkan itu. Si Mbak yang dimintai tolong malah semakin senyum-senyum. Asem! “Tidak ada yang perlu diselesaikan di antara kita. LEPAS!” *** Kanaya bergerak-gerak gelisah di tempat duduknya, ternyata si creepy bersikeras mengikutinya hingga memilih untuk makan di lantai dua dan duduk di meja yang persis berada di sebelahnya.   Sejak tadi pria itu tidak menyentuh makanannya sedikitpun, dia hanya duduk bersandar, matanya terpaku menatap Kana dalam diam, seolah sedang menelanjangi Kana dengan tatapan lasernya yang tajam dan intens. Entah apa yang ada didalam kepala pria itu saat ini, yang jelas bukan sesuatu yang bagus. Sesuatu yang membuat perut Kana melilit oleh sesuatu yang asing. Yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.   Semakin lama semakin Kana merasa risih dan malu dibuatnya. Bahkan Marcella sempat menanyakan, apakah Kana mengenal pria asing itu atau tidak. Kana hanya bisa mengangkat bahu dan menggeleng karena memang dirinya tidak pernah berkenalan secara resmi dengan pria itu. “Gimana kalau ambil tema ini saja?” Asep menunjukkan sebuah artikel yang muncul di layar laptopnya. “Ini relevan sekali dengan masalah-masalah  yang muncul belakangan, ditambah neng juga mempelajari teorinya di semester ini ‘kan?.” Kana dan Marcella melongok pada layar laptop dan membaca artikelnya dalam diam. Sejak lima belas menit yang lalu mereka bertiga telah menghabiskan menu utama makan –hampir- tengah malamnya, mereka pun sudah mencuci tangan masing-masing, kecuali Kana yang memilih mengelap tangannya dengan tisu basah. Dirinya takut jika pria creepy itu akan mengikutinya ke tempat cuci tangan dan mengganggu emosinya lagi disana! Sekarang saatnya Kana berkonsentrasi pada tujuan utama kedatangannya ke tempat ini, yaitu berdiskusi tentang judul skripsi yang akan dia ajukan pada dosen pembimbingnya  senin depan. Tapi sialnya, pria creepy itu terus mengganggu konsentrasinya! Kehadirannya semata sudah cukup mengganggu. Ketampanannya, apalagi. Sangat amat mengganggu! Lalu tatapan menusuknya, sungguh sungguh sungguh mengganggu! Dasar menyebalkan! “Tema ini bagus, Neng! Ibu dosen mu juga pasti suka karena sudah jadi rahasia umum jika beliau memiliki perhatian khusus pada kasus seperti ini.” ujar Marcella. “Bener juga, Kang, Teh. Aku angkat tema ini saja.” Kana menggeser laptop itu kembali ke depan Asep. “Kang, Teh, kita pulang saja yuk?”. “Kenapa? Kita belum ngetik apa-apa untuk judul baru mu.” “Nanti lagi aja deh, aku kekenyangan, jadi ngantuk.” “Beneran mau udahan?” tanya Marcella. “Iya, ayok pulang yok!.” Kana hampir terdengar seperti merengek. Dirinya tidak betah disana, dibawah tatapan tajam yang menghantui setiap detik yang dia lewati. Marcella dan Asep saling berpandangan, heran melihat Kana merengek minta pulang padahal dia sendiri yang mengajak mereka bertemu di sini. Tapi akhirnya mereka menyetujui permintaan Kana yang sangat tiba-tiba dan aneh itu. Mereka mengikuti langkah Kana yang tergesa dan terburu-buru agar bisa segera keluar dari gedung fastfood. Kana yang seperti sedang dikejar oleh segerombolan penagih hutang itu pun langsung menuju parkiran tempat Marcella memarkirkan mobilnya lalu duduk diam di kursi belakang sepanjang perjalanan mereka. Saat sampai di kosan, mereka bertiga berpisah di tangga lantai dua sedangkan Kana melanjutkan perjalanan menuju lantai lima. Lumayan naik turun tangga lima lantai akan menguras habis tenaga yang tersisa, katanya olahraga malam bisa membuat tidur lebih cepat dan lelap. Jadi Kana tidak perlu begadang malam ini! Langkah Kana menapaki setiap anak tangga itu selalu bersusul-susulan dengan sekelompok pemuda yang mengangkut barang. Seingat Kana, tadi Mbak Risya mengangkut barang bersama teman-teman perempuannya, bukan teman lelaki seperti ini. Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata para pemuda itu mengangkut barang dari lantai satu menuju lantai lima, bukan dari lantai lima ke lantai tiga. Apakah penghuni baru itu melakukan proses pemindahan barang ditengah malam seperti ini? Benar saja perkiraanya, para pemuda itu membawa barang memasuki kamar 501 yang berada di depan kamar Kana yang bernomer 502. Pintu kamar 501 terbuka lebar, ada beberapa orang di dalamnya yang sedang menyusun barang-barang. Kana mengintip sekilas. “Baru pindahan ya, Pak?” tanya Kana pada Pak Rohim, suami ibu Hesti. Keduanya adalah orang yang dipercaya untuk mengelola kos-kosan ini. “Iya, Kana. Mendadak sekali pindahannya, maaf kalau waktu istirahatnya terganggu oleh suara-suara orang yang mengangkut barang ya.” Jawab Pak Rohim yang sangat ramah. “Oh iya, tidak apa-apa, Pak. Saya kira Mbak Risya masih angkut-angkut barang, ternyata sekarang langsung diisi oleh penghuni barunya yah.” “Tadi Mbak Risya masih belum selesai pindahannya, jadi dibantu oleh Mas-mas ini, makanya bisa selesai lebih cepat.” “Kenapa kok mendadak sekali, Pak?” “Saya juga tidak tahu kenapa, itu urusannya sama ibu. Saya belum pernah melihat calon penghuni barunya.” “Penghuni barunya tidak ada ditempat?” Pak Rohim menggeleng, “Tidak ada, ini yang datang hanya tukang angkutnya saja.” “Saya boleh lihat ke dalam, pak?” tanya Kana pada salah satu Mas yang sedang membawa layar computer. “Silahkan, tapi masih belum beres.” Kana mengangguk lalu masuk ke dalam kamar 501 itu, ternyata sebagian sudah diisi oleh barang-barang baru, kasur baru, lemari baru, meja baru, bahkan di atas mejanya ada 2 layar komputer dan di dindingnya terpasang satu layar komputer. “Ini layarnya banyak sekali!” Kana terkagum-kagum. “Ini untuk menunjang pekerjaan penyewa baru kamar ini, Bu.” Kana mendelik saat mendengar panggilan ‘Bu’ yang dilontarkan begitu saja. Memang sih dia sudah cukup usia untuk menjadi seorang ibu, ya tapi kan gak perlu pake manggil dirinya ‘Bu’ segala. Salah seorang pria muda berpakaian rapih dan memakai jas hitam muncul dari kamar mandi. Orang yang telah memanggilnya ‘Bu’! Kanaya mengintip sekilas, ternyata kamar mandi pun sedang dibereskan oleh tukang, beberapa barang usang di kamar mandi telah lepas dari tempatnya dan digantikan dengan yang baru. Terlihat seperti sedang renovasi ulang? “Oh, kerjanya di bagian komputer-komputer gitu ya” Kana manggut-manggut lalu langsung permisi keluar ruangan bernuansa hitam itu dengan terburu-buru. Ia merasa tidak enak hati karena telah masuk ke dalam ruangan pribadi orang lain tanpa seizin pemiliknya dan malah ketahuan oleh pria ber-jas hitam yang sepertinya menjadi mandor dari para pekerja itu. “Pak semua barangnya diganti dengan yang baru ya?” Tanya Kana pada Bapak pengelola Kos. “Iya, Kana. Itu sesuai permintaan, beliau ingin ruangan ini di kosongkan agar diganti dengan barang-barang barunya.” Kana terdiam. Jika orang ini sanggup membeli barang-barang berkualitas dan mewah begitu, kenapa dia memilih pindah ke kosan s***h apartemen studio nanggung seperti ini? kenapa tidak pindah ke apartemen beneran yang lebih bagus? Orang kebanyakan duit emang kadang aneh kelakuannya! Persis kekasih Devina Jo yang barusan ketemu, pria itu stress kebanyakan duit sampai-sampai harus mendekati wanita dengan cara yang aneh dan tidak wajar!!! Tapi semoga tetangga barunya tidak akan semenyebalkan pria itu! Semoga tetangga barunya cukup normal untuk dijadikan tetangga… Pikir Kana.  ***        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD