Aluna menghela napas panjang, melemaskan otot tangannya yang mulai lelah. Menatap teman-temannya dengan senyum miris, merasa sedikit iri dengan kebahagiaan yang terlihat jelas dari raut wajah. Namun sayangnya, tidak menyertakan Aluna di dalamnya. Menggeleng ringan. Kembali lanjut mengerjakan tugas, dengan tumpukan buku yang sudah memenuhi mejanya. Masih terlalu banyak yang harus Aluna kerjakan. Tidak ada waktu untuk larut dalam perasaan iri. Sudah biasa seperti ini, menjadi robot sekaligus otak dari nilai teman-temannya. Aluna tidak banyak mengeluh. Ia mulai menerima posisinya yang memang akan lebih diterima jika mau-mau saja dibodohi oleh teman-temannya. Aluna terlalu lelah mendapatkan cacian menyebalkan. Lagi pula ia tidak akan didengarkan begitu saja jika mengajukan protes. Bukan pas