Fayez membawa Hasna untuk duduk di sofa ruang tamu begitu mereka tiba di rumah, Hasna masih menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling bertaut.
Fayez berlutut dan mencium tangan Hasna dengan hati yang juga terluka.
“Maaf … sayang … Maafkan Umiku yang menyakitimu … Apa yang bisa aku lakukan untuk meredakan luka itu?” Tanya Fayez dengan serak, karena dia tau ucapan yang telah keluar dari mulut seseorang tidak akan bisa ditarik kembali, dan ucapan itu telah melukai hati Hasna dengan brutal dan dia tidak tau bagaimana membuat hati istrinya itu menjadi lebih baik.
“Ampuni aku, istriku. Aku tidak tau jika Umi bisa sejauh itu. Astaghfirullah. Apa yang bisa aku lakukan untuk meredakan luka yang menganga lebar itu?” Tanya Fayez kembali dengan nada yang begitu khawatir karena Hasna masih bel
