Malam itu aku harus menahan diri untuk berbicara dengan Tom karena Nate membutuhkanku. Cole, kekasihnya, pergi selama satu minggu untuk menyelesaikan studi. Nate mengatakan padaku Cole bekerja di sebuah perusahaan teknologi yang cukup besar. Dia telah bekerja di sana selama dua tahun dan masih dalam masa kontrak sebelum keputusan untuk menjadikannya pegawai tetap dibuat satu bulan mendatang. Sementara itu, Cole masih harus menyelesaikan kuliahnya. Aku hendak bertanya berapa usia Cole, tapi niat itu kuurung. Lagipula, Nate tidak akan menjawabnya dengan sungguh-sungguh karena dia sedang mabuk sekarang.
Kami memutar film kartun favorit Nate dan duduk di atas bangku panjang sembari menikmati pizza dan bir yang dipesan Nate sekitar dua jam yang lalu. Sekarang sisa pizza itu sudah dingin. Tampaknya Nate hanya tertarik pada alkoholnya. Aku sebaliknya. Aku ingin tetap sadar hingga aku berbicara dengan Tom nanti. Aku masih ingin mengingat Anne dan aku tidak akan melewatkan detail sekecil apapum.
Aku menunggu hingga Nate tertidur sebelum menyelinap keluar dari kamarnya. Aku kembali masuk ke ruanganku dan langsung menyambar sisa anggur di meja dapur. Aku bergerak masuk ke kamarku kemudian berdiri di depan jendela dan menatap ke apartemen di seberang. Aku tidak bisa berbohong kalau aku masih berharap melihat wanita itu muncul di lantai sebelas. Kali ini bayanganku berbeda. Aku membayangkan Anne keluar dari pintu kecil di sana. Dia berdiri di balkon dan menatapku.
Suara Tom yang muncul mengejutkanku.
"Kau menungguku, kan? Apa kau mabuk hari ini?"
Aku menatap botol anggur di tanganku yang belum kusesap. Aku rasa, aku tidak perlu berbohong untuk hal ini.
"Belum."
"Aku tahu.. aku tahu.."
"Tom, aku ingin menceritakan sesuatu padamu."
"Aku sudah menunggunya. Siapa kali ini?"
"Namanya Anne.."
"Tunggu.. dia memang Anne seperti yang kau sebut atau.."
"Tidak, aku tidak tahu siapa namanya.."
Kubayangkan Tom mengangguk. Dia selalu melakukan hal itu saat mendengar kata-kataku.
"Aku mengerti."
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, Tom.. aku tertarik padanya. Mungkin karena dia memiliki rambut pirang dan mata biru yang bagus.."
Tom tertawa. Tawanya terdengar bergemuruh.
"Seperti artis favoritmu di film itu, bukan?"
Aku tidak terpikir tentang hal itu, tapi mungkin Tom benar. Mereka sangat mirip. Aku rasa Anne Baxter terlahir kembali. Aku bahkan tidak sadar kalau aku memberinya nama yang sama seperti aktris favoritku.
"Sara?"
"Ya."
"Apa yang terjadi?"
"Tidak ada. Aku harap aku bertemu kembali dengannya besok. Aku ingin berbicara dengannya.."
"Mungkin dia tidak sebaik kelihatannya."
"Aku tetap ingin bicara dengannya."
"Oke, tukang mabuk yang keras kepala. Aku mendengarmu."
Tiba-tiba suasana di kamarku terasa sepi dan mencekam. Aku menatap nama Nicole yang tertulis di buku catatanku, beberapa potongan artikel yang memampangkan wajahnya juga sejumlah foto pernikahannya yang terpapar di layar depan monitorku. Selama sesaat aku tertegun dan memikirkannya, hingga pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulutku.
"Apa kau merindukan Nicole, Tom?"
Laki-laki itu tertawa lagi. Kali ini aku cukup yakin kalau Tom sedang menertawaiku.
"Kenapa kau begitu tertarik dengan wanita itu?"
"Dia sahabatku."
"Tidak lagi setelah kita berpacaran."
"Aku tidak tahu.. aku bingung. Apa yang terjadi pada tanggal 8 November? Kenapa ada nama Nicole dalam catatanku? Aku merasa melewatkan sesuatu.."
"Tidurlah, Sara. Itu yang kau butuhkan."
"Kau tidak menjawab pertanyaanku."
"Oh? Yang mana?" Tom menggodaku lagi. Ketika aku tidak menjawabnya, tawanya yang keras pecah. "Oke, jadi jawabannya tidak."
Aku memejamkan mata, menarik nafas lega kemudian mulai menyesap anggurku. Tenggorokanku terbakar, aku merasa lebih baik setelah mendengar jawaban itu.
"Apa kau merasa baikan?"
"Terima kasih."
"Sayang, tidurlah."
Aku hendak menolak, tapi aku segera menguap. Hari ini terasa berat dan panjang. Efek pil yang kutelan sore tadi tampaknya mulai bereaksi. Sensasinya mengocok seisi perutku sehingga membuat aku ingin muntah. Disisi lain aku menjadi mudah kelelahan dan dapat pergi tidur lebih cepat. Setelah meletakkan botol anggur yang sudah setengah kosong di atas meja aku, aku bergerak ke atas kasur. Kelopak mataku bergerak dengan sayup dan dengan cepat kesadaran ditarik menjauh dari tubuhku.
--
Beritahu saya tanggapan kalian..